Trubus.id—Berdasarkan data Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) pada 2019, jumlah penduduk diperkirakan akan mencapai 9,7 miliar dan 70% dari penduduk tersebut tinggal di perkotaan. Artinya pada 2050, diperkirakan lebih dari dua pertiga umat manusia tinggal di daerah perkotaan.
Membangun tata kelola sistem pangan yang berkelanjutan dan inklusif menjadi penting. Masyarakat global menyoroti pangan di dalam konteks iklim dan keragaman hayati. Transformasi pangan merupakan salah satu upaya bersama untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional dan global.
“Sehingga urgensi dan nilai penting dari membangun sistem pangan agar mendukung tata kelola perkotaan yang inklusif dan berkelanjutan sangat penting,” tutur Direktur Pangan dan Pertanian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/Bappenas) Jarot Indarto dalam acara, Kick-off Program Urban Futures Tingkat Nasional (18/12/2023).
Pertama kalinya dalam Hasil Pencacahan Sensus Pertanian 2023 tahap pertama juga, mencakup pertanian perkotaan. Total Usaha Pertanian Perorangan (UTP) pada sektor urban farming di Indonesia mencapai 13.019 unit. Baca selengkapnya pada Sensus Pertanian 2023 Tahap 1 : UTP Urban Farming di Indonesia 13.019 Unit.
Menanggapi hal itu, Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial (Humanis) bersama dengan Kementerian PPN/Bappenas meluncurkan program Urban Futures (UF), sebuah program multi-pihak yang mengedepankan peran orang muda untuk sistem pangan perkotaan yang berkelanjutan dan inklusif.
Direktur Eksekutif Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial,Tunggal Pawestri menjelaskan Urban futures (UF) salah satu program yang berada dalam area keadilan iklim (Climate Justice). Ada 2 fokus strategi yakni food sustainability dan just energy transition.
“Visi misi terkait pangan yang inkulsif dan tahan iklim. Secara singkat program UF berupaya dengan sistem pangan perkotaan yang berkelanjutan dengan mengedepankan peran anak muda melalui pendekatan berfikir sistem. Program ini rencananya hingga 2027,” tutur Tunggal Pawestri dalam sambutannya.
UF akan dilaksanakan di dua kota Indonesia, yaitu Kota Bandung, Jawa Barat dan Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Lebih lanjut ia menjelaskan, alasan kedua lokasi tersebut.
“Bandung merupakan anggota aktif dari Milan Urban Food Policy Pact (MUFPP) sejak 2020. Komitmen dari pemangku kepentingan utama perihal Forum Multi Pemangku Kepentingan, serta agenda pemerintah kota saat ini terkait pengembangan dokumen RAD-PG (Rencana Akasi Derah Pangan dan Gizi) merupakan momentum yang tepat untuk membantu pemerintah Kota Bandung dalam pengembangan RAD-PG dan menyelaraskan agenda agar sejalan dengan program kerja UF di Kota Bandung,” kata Tunggal Pawestri.
Selain itu, Bandung memiliki rekam jejak program terkait sistem pangan dan juga banyak inisiatif dan komunitas orang muda yang berkembang dinamis. Alasan lain potensi industri sektor makanan di Bandung.
Lebih lanjut, Tunggal Pawestri menuturkan untuk Manggarai Barat, khususnya Labuan Bajo, adalah situs pariwisata premium. Untuk mewujudkan potensi pariwisata secara utuh, maka fokus terhadap ketahanan pangan dan ketersedian pangan diperlukan, termasuk mengurangi ketergantungan pada makanan impor.
Pengelolaan limbah juga perlu menjadi perhatian penting untuk memastikan lingkungan bersih dan berkelanjutan.
Tunggal menuturkan berdasarkan assessment dan diskusi dengan pemerintah di sana, melemahnya keragaman pangan lokal dan meningkatnya ketergantungan terhadap beras sebagai makanan pokok utama menjadi alasan UF di Manggarai Barat.
“Persoalan varietas benih pangan lokal yang terancam hilang, dan alih lahan pertanian juga menjadi alasan UF di sana,” kata Tunggal Pawestri.
Selain itu, keterlibatan orang muda sebagai aktor dalam sektor pangan masih terbatas di Manggarai Barat. “Selain bekerjasama dengan pemerintah daerah UF juga bekerjasama dengan berbagai organisasi di 2 lokasi itu,” kata Tunggal Pawestri. Total ada 8 konsorsium yang akan bekerjasama dalam program UF ini.
Urban futures akan beroperasi di 10 kota di Kolombia (Cali dan Medellin), Ekuador (Manabi dan Quito), Indonesia (Bandung dan Manggarai Barat), Zambia (Chongwe dan Kitwe), dan Zimbabwe (Bulawayo dan Mutare).
“Program UF menjembatani mitra lokal, innovator, dan para pemuda dalam membangun sistem pangan perkotaan yang lebih inklusif terhadap perubahan yang terjadi. Termasuk dinamika demografi, sosial , perubahan iklim, dan lain sebagainya. Pemerintah kota berperan penting dalam kolaborasi multi-pihak tersebut dalam mewujudkan hal ini,” pungkas Jarot.