Tangkai bunga yang bisa mencapai 1—1,5 m dihiasi bunga berlainan rupa. Yang dekat dengan pangkal berwarna kuning cerah dengan bintik-bintik merah darah. Bentuknya seperti bintang. Semakin ke bawah mendekati ujung tangkai, bunga berbentuk seperti laba-laba bermotif belang-belang merah tua dan kuning.
Yang ada di kebun Anggrek Kepitu, nurseri milik Rini, hanya bertangkai sepanjang 10 cm. Maklum itu kali pertama kerabat vanili itu berbunga. “Yang merah belang kuning di ujung ini sudah 2 minggu muncul. Yang kuning menyusul 10 hari kemudian,” tutur alumnus Universitas Negeri Yogyakarta itu sambil menunjuk anggrek kebanggaannya. Menurut Wirakusuma S, penganggrek senior di Jawa Timur, bunga seperti itu tidak pernah ditemukan pada anggrek lain. Aroma harum menguar dari bunga yang tengah mekar.
Lembap dan gelap
Rini pantas sumringah anggrek asli Borneo itu berbunga di kebunnya di Sleman, Yogyakarta. D. lowii biasanya sulit hidup di luar habitat asli. Tempat tumbuh di pohon-pohon di tepian sungai dan rawa berkelembapan sangat tinggi dan gelap. Curah hujan tinggi. Makanya tanpa perlakuan khusus, tanaman efipit itu tak bakal bertahan hidup. Terbukti dari 200 tanaman yang dibawa seorang kolektor ke Jawa Timur hanya 25 yang selamat. Sampai kini belum satu pun berbunga.
Lain halnya dengan D. lowii di kebun Rini. Dari 12 tanaman hanya 1 pohon yang mati. Anggrek terbilang langka itu pun belajar berbunga hanya 6 bulan setelah dirawat. Rahasianya, Rini membungkus batang si cantik dan unik itu dengan pakis moss, lalu disiram rutin. Itu supaya kelembapan tinggi. Anggrek berdaun seperti vanda itu diletakkan di bawah rak di dalam greenhouse dengan naungan ganda.
Dengan begitu suasana di sekitar tanaman berkesan gelap. Hasilnya, anggrek borneo itu tampil mempesona. Rekan-rekan Rini pun berebut ingin memiliki. “Ada yang berani beli Rp1-juta per tanaman, tapi tidak saya lepas dulu. Malah saya ingin menambah koleksi lagi,” kata guru sebuah SMU Negeri di Magelang itu.
Bersanggul
Tak hanya D. lowii yang tampil cantik di kebun Rini. Di sana juga ada sanguino lantum—anggrek berukuran ekstra mini. Penampilannya unik. Petal atas menggulung mirip model sanggul perempuan di Cina. Anggrek asal Borneo itu kelihatan kian menarik dengan daun berkerut dengan warna hijau di permukaan atas dan merah keunguan di bawah.
Yang tak kalah cantik dendrobium keriting berwarna kombinasi hijau dan kuning lembut. Penampilannya mirip Dendrobium johanis. “Tapi karena berwarna pupus Pak Moling—Moling Simardjo, penganggrek senior di Jawa Timur, red—menduga itu johanis alba,” kata Rini. Jenis-jenis dendrobium berpetal keriting memang banyak dikoleksi ibu 2 anak itu. Waktu Trubus meliput ke sana terlihat si keriting berwarna merah kecokelatan dan kuning kecokelatan.
Koleksi lain yang jadi kebanggaan ialah Grammatophyllum marthae asal Filipina. Jenis itu juga banyak ditemukan di Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara. Namun, yang ada di kebun Rini lebih besar dan totol-totol cokelatnya dominan di atas warna kuning. Anggrek berumur 3 tahun itu digelayuti tangkai bunga sepanjang 2 m yang dihias ratusan bunga cantik.
Bahan silangan
Anggrek cantik pun Trubus temukan di ajang Trubus Expo awal Desember silam. Dendobrium singkawangense di anjungan Rahayu Orchids menjadi salah satu pusat perhatian. Maklum anggrek spesies itu salah satu yang berbunga kuning. Penampilannya kian menarik dengan lidah kejinggaan dan daun yang hijau terang tanda sehat. Dendrobium asli Indonesia itu pun kerap jadi incaran para penyilang. “Jenis-jenis formosum type seperti D. singkawangense ini banyak dicari sebagai indukan,” ujar Wirakusuma. Mereka berharap sang induk akan menurunkan warna jingga yang dimiliki pada anakan.
D. debra-debri milik Mazna Hashim juga menarik. Sosok bunga mirip cattleya. Warnanya campuran merah muda tua dengan semburat merah muda pucat. Warna merah muda tua pun menghiasi “lidah”. Sayangnya kecantikan bunga D. debra-debri hanya bisa dinikmati bila dirawat di dataran tinggi di atas 1.000 m dpl. “Di dataran menengah bisa berbunga tapi tidak maksimal,” tutur Wirakusuma. Kalau di dataran tinggi puluhan bunga muncul dalam setangkai, di dataran menengah paling hanya 5 kuntum. (Evy Syariefa/Peliput: Syah Angkasa)