Meski terkesan sederhana, saat malam tiba pemandangan dalam akuarium seolah berubah total. Di bawah sorot lampu metal halide berkekuatan 450 watt ditambah suasana temaram di sekeliling akuarium, Blarrr…suasana romantis dunia air pun tercipta. Istimewanya dunia air itu berada di halaman rumah. Sesuatu yang tak lazim dibuat oleh hobiis aquascape.
Perancang akuarium aquascape itu hanya seorang ahli komputerisasi akuntansi yang tinggal di Pulogebang, Jakarta Timur. Tak seperti kebanyakan teman kuliahnya yang memilih bekerja di perbankan, Rully Lukita lebih memilih menekuni aquascape. Suatu bidang baru yang dirasakannya mampu merangsang kreativitas seninya.
Bermula dari sering berkunjung ke seorang perancang aquascape jempolan di bilangan Pondokindah, ide membuat aquascape di halaman rumah datang. Maklum sang perancang yang kemudian menjadi panutan itu memiliki sebuah akuarium aquascape pentagon berkapasitas 5.000 l air yang benar-benar membuatnya betah duduk berlama-lama memandangi.
Rully pun tahu benar risiko membuat aquascape di luar ruangan. Kualitas air mudah berubah setiap saat terutama di musim penghujan. Perubahan pH misalnya, sering membuat beberapa tanaman air mati. Saat turun hujan air akuarium bisa berubah menjadi asam. Akibatnya tanaman seperti cryptocorin yang tumbuh bagus pada pH 7 tampak meleleh.
Dampak lain membludaknya pertumbuhan alga. Tumbuhan bersel satu itu cepat berbiak kala mendapat sinar matahari langsung. Bila alga dibiarkan bukan keindahan aquascape yang dapat dinikmati, tapi justru kematian penghuni seperti ikan dan tanaman air terjadi. Harap mafh um pertumbuhan alga yang tidak terkontrol membuat oksigen terlarut di air menipis. “Perlu cara khusus agar aquascape di luar ruangan bisa stabil mirip di dalam ruangan,” ujar Rully.
Di pinggir halaman
Agar semua kendala bisa ditekan, Rully mulai merancang akuarium yang dibangunnya di pinggir halaman. Penentuan lokasi itu tidak lepas dari sumber pengetahuan yang diserapnya dari berbagai media cetak dan internet. Posisi akuarium perlu mengikuti arah sinar matahari yang terbit di ufuk timur dan tenggelam di ufuk barat. Supaya akuarium tidak terpapar sinar matahari secara langsung, Rully memilih memakai net sebagai naungan. “Fungsi net selain menahan sinar matahari, juga dapat menjadi benteng bagi akuarium dari percikan air hujan,” ujar Anton Saksono, hobiis aquascape di Tebet, Jakarta Timur.
Net itu diletakkan Rully di atas beberapa penyangga kayu setinggi 1,5 m. Dari pengalaman saat hujan turun, percikan air seringkali masuk setelah menyentuh tanah di salah satu sisi akuarium bersudut 5 itu. Tak pelak ide memasang net di samping akuarium pun terlintas. “Tujuannya mencegah tanah yang terpercik air hujan masuk ke akuarium yang memperburuk kualitas air,” ujar alumnus Universitas Bina Nusantara itu.
Saat merancang akuarium Rully sengaja membuat cekungan sekitar 5 cm sebagai tempat media tanam. Lantaran akuarium yang dipakai berukuran 2,5 m x 2, 5 m x 1 m, Rully memilih ketebalan media sekitar 15 cm. Media itu dikelompokkan ke dalam 3 lapisan. Lapisan pertama di dasar akuarium diisi pasir setebal 5 cm. Pasir itu lantas ditutupi lapisan kedua berisi pupuk dasar. Untuk pupuk, ayah 1 putra itu memakai aquabasis atau fl orapall. Bahanbahan itu ditebar setebal 0,5—1 cm sebelum kemudian ditutupi pasir setinggi 10 cm.
Ganti air 50%
Setelah mempersiapkan media di akuarium, Rully lantas memasukkan air dengan volume setengah tinggi akuarium. Disusul proses penanaman tanaman air. Tanaman biasanya ditancapkan langsung pada media. Namun saat menemukan tanaman yang memperlihatkan gejala sakit seperti muncul bintik-bintik hitam dan koreng, mereka dikarantina terlebih dahulu dengan merendam dalam larutan permanganat dosis 5 tetes per liter air.
Menciptakan suasana hutan aquascape di akuarium sangat disukai Rully. Sebab itu pula ia mengatur tata letak tanaman agar terkesan rimbun. Tanaman air berdaun besar seperti echinodorus, nymphea, dan anubias diletakkan di bagian belakang sebagai latar. Tanaman berukuran daun kecil seperti crinium, bolbytis, dan moss ditaruh di bagian depan. “Agar indah beberapa jenis ikan seperti tetra dapat dimasukkan,” papar Rully.
Untuk menciptakan kondisi stabil, Rully mengganti air seminggu 2 kali dengan volume yang sama. Pergantian itu terus dilakukan selama 2 minggu berturutturut. Setelah kondisi akuarium dirasakan stabil yang dicirikan air terlihat jernih, Rully menguras kembali air akuarium . “ IsI lagi sampai air meluber agar sisasisa kotoran terbuang,” ujarnya. Akuarium di halaman itu mudah sekali mengalami penguapan. Sebab itu pula Rully mempersiapkan selang air untuk menambah air jika diperlukan.
Dari berbagai sumber bacaan, Rully pun melengkapi akuarium dengan sistem fi lterisasi untuk menjamin kualitas air terjaga baik. Sistem fi lter itu terdiri dari 3 ruang. Ruang pertama merupakan ruang penampungan air dari pipa output. Ruangan lain terdiri dari brush dan bioball. Setelah melewati semua ruangan, air dipompa kembali ke akuarium. Pengecekan air tetap rutin dilakukan berdasarkan patokan bila ekosistem stabil rata-rata memiliki kesadahan 4, suhu 26—27ºC, dan pH 7.
Meski tidak mutlak memerlukan chiller, akuarium outdoor dianggap Rully tetap membutuhkan CO2. Selain berperan dalam proses fotosintesis, CO2 pun dapat mempertahankan suhu air yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman air. Semua tanaman pun tampak terlihat gemuk bila CO2 dipakai. “Aquascape yang membutuhkan sistem CO2 dan chiller sebenarnya lebih cocok dipakai di negara-negara beriklim sub tropis,” ujar Anton Saksono.
Dari pengalaman Rully, merawat aquascape outdoor tak berbeda jauh dengan indoor. Mengganti air hingga 50% dilakukan Rully 1—2 bulan sekali atau dipercepat jika alga tampak menempel di dinding kaca. “Alga dapat diatasi dengan menaruh satwa pemakan alga seperti udang hias dan kerang turbo,” tutur Rully. Untuk tanaman, rutin diberi pupuk cair agar sehat. Dengan semua cara itu Rully merasa puas menikmati akuarium aquascape di halaman rumah. Anda ingin juga turut menikmati? (Dian Adijaya S)