Saat buah dibelah, tercium aroma tak menyengat tanda kadar alkohol rendah. Itu cocok untuk mereka yang takut mabuk durian. Pantas saja jika Arry Supriyanto, kepala Loka Penelitian Jeruk dan Hortikultura Subtropik, Batu, yang semula tidak menyukai Durio zibethinus pun terpikat. “Yang ini beda,” ujar Arry. Selain kualitas isi istimewa, ukuran buah kecil, tidak menyeramkan.
Memang bila dibandingkan dengan monthong, ripto terlihat mungil. Bobot durian asal Th ailand itu bisa mencapai 7 kg, durian andalan Trenggalek hanya 1,5—2,2 kg. Lingkar buah 47,7—52,1 cm, panjangnya 20—24 cm dengan bentuk bulat agak lonjong. Toh itu tak pernah mengurungkan niat para mania durian untuk membeli langsung ripto ke pohon induk setiap musim panen pada Desember—Januari.
Di balik kulitnya kuning kehijauan berduri runcing bak jarum yang gampang dibelah, daging buah istimewa siap memanjakan lidah para penggemar ripto. Sayangnya meski daging buah tebal, tapi bijinya juga besar,” kata Ir Agus Sugiyanto, peneliti di Lolit Jeruk, Batu. Rasa manis legitnya mengenyangkan, sehingga meski tergolong kecil, jarang ada orang yang bisa menghabiskan 2—3 buah. Rasa itu berubah agak pahit jika buah dipetik terlalu matang.
Pohon warisan
Ripto dipetik dari pohon berumur 100 tahun yang tumbuh di kebun warisan milik orang tua Suripto, di Desa Dukuh, Kecamatan Watulimo. Di sana satu-satunya pohon ripto—nama itu diambil dari nama Suripto—yang dikelilingi buah-buahan lain, seperti manggis. Meski sudah terbilang tua, tapi produktivitasnya masih tinggi. Suripto masih memanen 225 buah setiap tahun.
Para pedagang kerap mencatut nama itu kala menjajakan durian lain yang kurang berkualitas di kios-kios buah di tepi jalan. Padahal, ripto tidak pernah dijual di pedagang kakilima, di pohon saja orang berebut,” tutur Agus. Pembeli mesti mengeluarkan Rp15.000—Rp20.000 untuk mendapat buah berbobot 1,5—1,8 kg. Buah berbobot lebih dari 2 kg dibandrol Rp25.000. Sayang, karena buah ripto terbatas, di antara calon pembeli banyak yang pulang dengan tangan kosong.
Meski mempunyai keunggulan yang luar biasa, sampai saat ini belum ada yang berusaha mengebunkan ripto. Dari 1 pohon induk di kebun Suripto, pohon-pohon ripto yang lebih muda ditanam penduduk di Desa Dukuh di pekarangan masingmasing. Padahal, berdasarkan pantauan Agus anggota famili Bombaceae itu adaptif ditanam di ketinggian mulai 2—750 m dpl.
Kepala daerah
Ketersediaan bibit asal biji dan okulasi sangat terbatas, jadi kendala. Olah karena itu, Arry Supriyanto lantas memperkenalkan teknik top working untuk meningkatkan populasi ripto. Toh cara ini mudah dipraktekkan oleh masyarakat di sana. Jenisjenis durian yang tidak unggul ditebang, lalu ditempel entres dari batang durian ripto. Dalam waktu 3 tahun tanaman sudah mulai belajar berbuah. Kelak para mania durian tak perlu lagi pulang dengan tangan hampa.
Trenggalek sebagai sentra durian enak. Sejak dulu sebetulnya mempunyai banyak jenis durian unggul. Selain ripto ada juga durian kepala yang terdapat di Desa Selawe. Rasanya tidak kalah enak dibanding ripto. Nama itu disematkan lantaran buah hanya boleh dibeli oleh penguasa di daerah itu. Wajar jika ia juga selalu diburu para mania durian. (Lastioro Anmi Tambunan)