Trubus.id— Ella Rizki Farihatul Maftuhah, S.Si., M.Sc., bersama Kelompok Wanita Tani (KWT) Nira Lestari rutin memproduksi 3—3,5 ton gula semut saban bulan. Sebanyak 300—500 kg gula semut untuk memenuhi permintaan dalam negeri.
Sementara 3 ton untuk memenuhi permintaan ekspor ke Malaysia dan Korea Selatan. Permintaan ekspor mencapai 7 ton per bulan, tetapi kapasitas produksi belum memenuhi permintaan.
Pemilik PT Nira Lestari International, itu tidak hanya memproduksi gula semut. Ibu satu anak itu juga menghasilkan beragam produk turunan kelapa seperti minyak kelapa murni atau virgin coconut oil (VCO), asap cair, dan vegan nektar yang dipasarkan sejak 2019.
Semua produk berasal dari kelapa organik. Saat ini ada 45 anggota KWT. Sekitar 70% anggota kelompok memiliki pohon kelapa sendiri. Warga Dusun Semen, Desa Trenten, Kecamatan Candimulyo, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, itu memanen sekitar 15 pohon saban hari.
Satu pohon menghasilkan 1—2 liter nira. Untuk menghasilkan 1 kg gula semut membutuhkan 7—10 liter nira kelapa. Dalam sehari anggota kelompok memproduksi 4—5 kg gula semut.
“Butuh waktu 4—5 jam sekali pemasakan gula semut,” kata Ketua KWT Nira Lestari, Yuni Setyaningsih.
Setelah para suami membawa pulang hasil sadapan (deresan), para istri bergelut di dapur untuk membuat gula. Sayang harga gula cetak tidak banyak berubah bahkan cenderung stagnan.
Sebagai salah satu putri daerah, Ella pun tergerak mencari solusi. Ia mengajak warga beralih memproduksi gula semut. “Gula semut memiliki beberapa keunggulan seperti daya simpan yang bertahan tahunan hingga harga yang bersaing,” kata perempuan berusia 28 tahun itu.
Bandingkan dengan gula cetak yang hanya bertahan hitungan pekan. Harga gula semut juga dua kali lipat dibandingkan dengan gula cetak. Harga gula cetak hanya Rp13.000—Rp16.000 per kg, sedangkan gula semut Rp40.000—Rp80.000 per kg.
Peluang itulah yang dilihat Ella sebagai motivasi untuk mengajak perajin gula batok di Dusun Semen membuat gula semut. Menurut Ella, hanya nira berkualitas yang dapat diolah menjadi gula semut.
Nira berkualitas baik tidak berwarna (jernih). Sementara nira berwarna keruh memiliki kualitas kurang baik, meskipun rasa manis cenderung sama. Nira juga harus memiliki pH 5,3—5,8.
“Dusun Semen sebagai penghasil produk turunan kelapa perlu dikembangkan sehingga kehidupan masyarakat dapat sejahtera dengan mengolah potensi lokal yang ada,” kata Ella.