Friday, June 13, 2025

Eloknya Rimba di Rumah Deng

Rekomendasi

Net memayungi tanaman eksklusif bernilai ratusan hingga jutaan rupiah. Itulah kegilaan Thanachai Charusorn mengumpulkan tanaman.

Pintu gerbang kayu setinggi 3 m seolah menyambut kedatangan setiap tamu. Di sisinya tampak 4 pakis-pakisan jumbo berdiri tegak di atas pilar bonggol kayu. Di sampingnya beberapa platycerium jumbo menggelayuti pohon berukuran raksasa. Sebuah taman mungil menghampar berisi walisongo variegata, alocasia, dan dracaena variegata menjuntai mirip pandan bali.

Pemandangan di belakang rumah lebih menakjubkan. Hampir setiap jengkal tanah diisi beragam tanaman unik dan langka. Pantas jika kebun di kawasan elit Shukumvit 36, Bangkok, itu terasa nyaman meski matahari bersinar terik.

Variegata dan kristata

Dari ratusan jenis tanaman, variegata dan kristata mendominasi kebun Thanachai. Jenis anthurium, philodendron, dan dracaena favorit Deng—sapaan akrab Thanachai. Alasannya bentuk dan corak daun lebih indah dan bervariasi.

Lihat saja 2 dracaena variegata di deretan terdepan kebun. Mereka berbeda, lebih menarik dengan motif putih di daun. Jauh lebih indah ketimbang dracaena biasa berdaun hijau.

Anthurium berdaun besar kristata, bromelia warna-warni, hanjuang berwarna merah dan hijau menyemarakkan kebun.

Kekaguman bertambah jika melihat ke pojok belakang kebun. Di sana tampak philodendron setinggi 2,5 m. Tanaman daun itu membuat asplenium, palempaleman, dan walisongo di sekelilingnya kelihatan cebol. Padahal tinggi mereka rata-rata 1,5 m.

Tanaman eksklusif berharga puluhan juta rupiah ditempatkan di tengah kebun. Beberapa di antaranya aglaonema daun hijau tua totol putih, sikas, melastoma berdaun panjang, dan palem mini. Harga per tanaman Rp1-juta—Rp30-juta. Itu berarti yang dipilih Deng memang berkualitas tinggi. Agar kesayangan itu tetap prima, net ganda dibentangkan di atas seluruh areal untuk meredam terik matahari.

Terus berburu

Tanaman itu diperoleh pria 56 tahun dengan berburu ke berbagai penjuru dunia. Lokasi perburuan antara lain Amerika Serikat, Singapura, dan Eropa. Jika melancong ke luar negeri, setiap waktu luang Deng pasti menyempatkan diri mengunjungi nurseri ketimbang tempat hiburan.

Asal melihat tanaman indah yang belum dikoleksi ia bergegas membeli, tidak peduli harga mahal. “Tanaman itu selalu terbayang-bayang jika tak langsung dibeli. Minimal US$10.000, setara Rp85- juta per tahun dianggarkan untuk membeli tanaman,” ujar pecinta olahraga tenis itu.

Selain Amerika Serikat dan Eropa, Indonesia juga jadi lokasi perburuan. Hampir tiap bulan ia menjelajah nusantara mencari tanaman variegata atau kristata. Deng juga kerap diundang menjadi juri di kontes tanaman hias di Indonesia. Tak heran jika koleganya banyak. Internet juga jadi mak comblang Deng dengan tanaman. Ia sering mendapat tawaran dari berbagai negara lengkap dengan foto dan harga penawaran. Kalau memang sreg Deng tak segan-segan meluncur ke sana.

Meski sudah menghutan, Deng terus mengumpulkan tanaman. “Ada kepuasan tersendiri menikmati tanaman-tanaman cantik itu,” ujarnya. Tak hanya Deng dan keluarga yang menikmati keindahan kebun. Mania tanaman hias dari segala penjuru dunia kerap menyambangi kebun di pusat kota Bangkok itu.

Saat Trubus bertandang ke kebun, di sana berkumpul kolektor-kolektor asal Filipina, India, Taiwan, Pakistan, dan Jepang. Pujian tak henti-hentinya menghujani ayah 3 anak itu. Maklum saja, selain penataannya apik kondisi tanaman juga prima. Ed A Ladores, kolektor tanaman hias asal Filipina berujar, “Luar biasa. Belum pernah saya temui kebun selengkap dan sebagus ini.”

Koleksi variegata paling banyak mengundang decak kagum. Tak Cuma indah, jenisnya pun beragam. Sayang, para kolektor tanaman itu hanya bisa mengambil foto untuk kenang-kenangan karena semua koleksi Deng tidak dijual. Namun, jika koleksi lebih dari 1 pot ia rela menukar dengan jenis lain.

Intensif

Hobi mengoleksi tanaman dimulai sejak 20 tahun silam, berawal dari anggrek. Segala jenis anggrek terutama phalaenopsis dikumpulkan hingga 1.000 jenis. Gara-gara kesibukannya sebagai vice president di perusahaan minyak terbesar di Thailand, banyak anggrek merana dan mati.

Cuma bertahan 10 tahun kerabat vanili itu kemudian dihibahkan ke rekanrekannya. Ia lantas berpaling ke tanaman daun, lantaran bentuknya unik dan eksklusif. Lagipula perawatan tanaman itu lebih gampang ketimbang anggrek.

Kakek 1 cucu itu tidak sembarangan menyerahkan perawatan koleksinya. Di bantu 2 pegawai keduanya sarjana pertanian—setiap pukul 05.00 Deng memulai aktivitas berkebun. Satu per satu tanaman disibak, jika menemukan daun sakit langsung dipetik. Kegiatan itu berlangsung sejam sebelum bersiap ke kantor.

Pulang kantor pukul 17.00 ia langsung bergegas menuju ke kebun. Di sana ia asyik berkutat menyiram atau memupuk tanaman. Setelah pensiun, 2 tahun silam, Deng lebih terkonsentrasi merawat tanaman kesayangannya.

Karena jenis beragam, pupuk yang dibenamkan juga berbeda. Untuk tanaman berukuran jumbo Deng membenamkan pupuk ikan setiap 3 bulan sekali. Tujuannya untuk memacu pertumbuhan.

Tanaman berwarna seperti bromelia dan variegata, dibenamkan pupuk tulang binatang tiap 2 bulan sekali agar warnanya makin ngejreng. Pupuk rutin lainnya NPK 21:21:21 ditaburkan setiap minggu. Dengan perawatan yang intensif itu tanaman tampil prima. (Bertha Hapsari)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Tuna Kaleng dari Bitung Tembus Pasar Amerika dan Belanda

Trubus.id - Komitmen mendorong ekspor produk perikanan terus diperkuat. Bea Cukai Bitung mengawal pelepasan ekspor perdana tuna kaleng milik...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img