Trubus.id — Indonesia memiliki banyak durian lokal yang memiliki rasa enak. Kendati demikian, soal rasa, tidak semua durian mempunyai rasa yang enak. Ada beberapa faktor yang memengaruhi rasa durian.
Banyak penggemar mengatakan, durian lokal lebih enak ketimbang jenis asal Thailand. Rasanya lebih legit. Mereka merujuk pada durian asal Medan dan Rancamaya, Bogor, tapi tak jelas varietas mana.
Sebenarnya, itu bergantung pada selera masing-masing, baik perorangan maupun kelompok. Orang Indonesia, Malaysia, dan Singapura umumnya suka durian matang sekali. Daging buah lunak dan berbau keras. Sebaliknya, orang Thailand menyenangi durian agak mengkal tapi rasa manis. Di sana durian matang dijual separuh harga.
Banyak pula yang beranggapan, durian unggul dijamin enak. Semua varietas, baik unggul maupun bukan, tidak selalu enak pada setiap panen. Hal itu ditentukan oleh beberapa faktor.
Faktor pertama, varietas. Yang disebutkan di atas, semua varietas dengan kualitas relatif lebih bagus dibanding jenis lain. Itu pun enak-tidaknya masih bergantung pada faktor lain. Bila cuaca kondusif saat musim, buah pasti enak.
Faktor kedua, agroklimat seperti sifat tanah, ketinggian lahan, dan curah hujan. Durian petruk berasal dari Jepara yang kering. Durian petruk dapat ditanam di wilayah lain. Namun, kalaupun bisa tumbuh dan sukses berbuah, rasanya biasa-biasa saja, meski biji kecil.
Memang ada varietas yang memiliki daya adaptasi cukup tinggi. Namun, kesamaan agroklimat belum menjamin kualitas buah seragam.
Faktor ketiga, keadaan cuaca saat durian berbuah. Ini ada kaitannya dengan pembentukan karbohidrat hasil proses fotosintesis. Karbohidrat diubah menjadi gula dan komponen lain, misal pembuat aroma.
Pada musim kering dan cuaca terang, intensitas sinar matahari tinggi sehingga proses fotosintesis lebih lama dan sempurna. Rasa, aroma, dan warna daging buah jadi lebih bagus. Buah lebih besar.
Musim kering panjang, seperti El Nino bisa menjadi berkah buat pekebun asal sanggup memasok kebutuhan air tanaman. Tanpa itu, buah malah rontok. Sebaliknya, pada musim hujan, cuaca cenderung mendung dan intensitas cahaya matahari rendah.
Proses fotosintesis singkat dan tidak sempurna. Akibatnya, karbohidrat yang terbentuk juga sedikit dan komponen tidak lengkap. Ini sangat berpengaruh terhadap kualitas buah. Daging buah mengeras, kematangan tidak merata, rasa hambar, aroma kurang, dan warna daging pucat.
Curah hujan tinggi merangsang keluarnya daun muda. Akibatnya, sebagian karbohidrat dipakai untuk membesarkan daun baru itu. Dampak lain, daging buah berair.
Tak heran, buat pekebun durian, hujan adalah musuh utama. Curah hujan tinggi mampu merontokkan bunga dan buah muda. Kalau sudah begitu, tak ada yang bisa dilakukan. Pekebun hanya bisa berharap bulan hujan pendek dan curahannya tak terlalu tinggi.
Cuaca yang tak menentu—kadang hujan, kadang panas—jelas menjadi masalah. Kualitas buah jadi sulit ditentukan. Hari ini bisa enak, panen minggu depan belum tentu.
Faktor keempat, pemupukan dan pengairan. Pemupukan dan pengairan tepat meningkatkan kualitas buah, meski tak bisa menghilangkan pengaruh negatif kekurangan sinar matahari dan pertumbuhan daun muda. Nah, bagi penggemar fanatik yang hanya mau makan durian berkualitas prima, siap-siap sering kecewa. Tidak setiap tahun ada buah enak.