Trubus.id — Bagi para pekebun, daun ubi jalar hampir tak ada harganya. Mereka hanya menjual umbi Ipomoea batatas ketika panen. Namun, bagi penderita diabetes melitus, daun ubi jalar justru sangat berharga karena mampu menurunkan kadar gula darah.
Itulah hasil riset Wahyu Widyaningsih, Apt., M.Si., beserta mahasiswanya, dari Fakultas Farmasi, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Periset berusia 39 tahun itu menguji daun ubi jalar secara praklinis menggunakan tikus putih jantan berumur 2–3 bulan dan berbobot 150–200 gram.
Ia mengelompokkan satwa pengerat itu dalam 7 grup, masing-masing 6 tikus. Selain grup satu sebagai kontrol, Wahyu membuat semua kelompok hiperglikemik atau berkadar gula darah tinggi. Caranya, dengan pemberian 125 mg diabetogen aloksan tertrahidrat per kg bobot tubuh.
Pemberian aloksan menyebabkan kadar glukosa darah naik 80 mg/dl tiga hari kemudian. Wahyu Widyaningsih lantas memberikan ekstrak daun ubi jalar kepada tikus-tikus yang mengidap diabetes melitus itu.
Frekuensi pemberian sekali setiap hari selama 2 pekan. Ia menghitung kadar gula darah tiap pekan. Di luar kelompok kontrol positif, penurunan kadar gula darah terbesar terdapat pada grup yang mengonsumsi fraksi etil asetat ekstrak daun ubi jalar, yakni 70,37 mg/dl.
Kadar gula darah pada grup yang mengonsumsi insulin alias kelompok kontrol, mencapai 80,78 mg/dl. Efek penurunan kadar glukosa darah ketiga fraksi daun kerabat kangkung itu lebih kecil daripada kontrol positif (insulin).
Pankreas memproduksi hormon insulin untuk mengatur metabolisme karbohidrat, menyerap glukosa darah, lalu menyimpannya sebagai glikogen di hati dan otot sebagai sumber energi. Namun, pada penderita diabetes melitus terjadi penurunan sekresi insulin, penurunan sensitivitas insulin, atau keduanya.
Defisiensi insulin menyebabkan daya tahan tubuh menurun karena pembentukan zat antibodi terhambat sehingga mudah timbul infeksi serta susahnya penyembuhan infeksi pada penderita diabetes. Oleh karena itu, penderita diabetes melitus, terutama tipe satu, memerlukan insulin dari luar tubuhnya. Celakanya, harga insulin di pasaran tergolong mahal, mencapai Rp150.000 per 3 ml.
Sebagai alternatif pengobatan yang murah dan alami, daun ubi jalar bekerja seperti insulin, yakni menurunkan kadar glukosa darah. Fraksi ekstrak etil asetat daun ubi jalar menurunkan kadar glukosa darah paling besar.
Wahyu menduga ekstraksi daun ubi jalar mengandung zat antihiperglikemik, yakni ipomoelin. Struktur ipomoelin berkerangka dasar arginin atau asam amino penyusun insulin.
Ekstrak kloroform daun ubijalar mengandung vitamin E atau tokoferol. Vitamin E sebagai antioksidan memperbaiki fungsi sel beta di kelenjar pankreas yang menghasilkan insulin. Lambat-laun insulin kembali diproduksi.
Fraksi air daun ubi jalar juga terbukti menurunkan kadar gula darah. Senyawa yang diduga terkandung dalam fraksi air adalah niasin dan mineral magnesium. Magnesium membantu penyerapan glukosa ke dalam sel.
Niasin menurunkan kadar glukosa darah karena bentuk aktif niasin (niasinamid) merupakan komponen dari koenzim nikotinamid adenin dinukleotida (NAD) dan nikotinamid adenin dinukleotida fosfat (NADP).
Kedua koenzim itu berperan sebagai transfer atom hidrogen dalam reaksi yang menghasilkan energi. Proses itu terdapat pada reaksi glikolisis, yaitu penguraian glukosa menghasilkan energi.