Friday, June 13, 2025

Filter Degup si Jantung Akuarium

Rekomendasi

Fungsi fi lter itu semakin garang berkat pemasangan ultra violet carbon (UVC) alias biotron. Ia akan membuat alga dan bakteri patogen berpikir seribu kali untuk menetap.

Filter untuk kolam kecil berkapasitas 3.000—11.000 l air itu mengusung high quality technology. Kombinasi sistem di dalam rumah siput itu miniatur dari penerapan sistem filter kombinasi biologi-mekanik. Sebuah proses fi lterisasi yang umumnya memakai bak-bak besar tersusun pararel seperti di kolam koi.

Meski berteknologi tinggi, tapi cara kerja filter sederhana dan efisien. Prinsipnya isap—saring—keluar. Air akan terisap melalui lubang-lubang seukuran dadu yang mengitari seperempat punggung rumah siput. Dengan tekanan tertentu air tersaring disemprot lewat pipa yang mendongak. Pipa keluar fi ltoclear—nama dagang filter—dapat ditambah pipa panjang berujung tumpul tertutup, tapi sedikit bercelah. Pipa yang tingginya melampaui batas air itu akan berperan sebagai bak pancuran.

Sayangnya barang yang dipopulerkan di Aquarama 2003 itu belum bisa dijumpai di tanah air. Peminat fi lter yang diyakini pembuatnya dapat mempertahankan kualitas air di kolam jangka waktu lama itu, paling-paling dapat membelinya di negara tetangga, Singapura.

Murah tapi bagus

Filter selalu menjadi incaran para hobiis ikan hias. Maklum peran utamanya mengubah senyawa berbahaya hasil dekomposisi kotoran dan sisa pakan tidak dapat tergantikan. Pemelihara ikan tanpa filter ibarat menyuruhnya mati. Sebab itu fi lter sering dijuluki hearts of the Aquarium.

“Dari semua aksesori, filter yang banyak dibeli,” ujar Suryo Budianto di Surabaya. Menurut penjual besar aksesori di bilangan Wonorejo itu, fi lter akuariumlah terbesar. Maklum banyak hobiis yang memiliki akuarium daripada memiliki kolam. “Akuarium kan tak perlu tempat besar. Bisa diletakkan di dalam rumah,” ujar Suryo.

Menurut pemilik Modern Aquarium itu penjualan filter akuarium paling kencang terjadi saat lou han ngetren selama 2002—2003. Setiap pekan lebih dari 1.000 fi lter aneka ukuran dan merek habis dipesan hobiis dan pedagang di kota-kota Indonesia Timur seperti Balikpapan, Samarinda, dan Bali. Harga fi lter bervariasi tergantung ukuran dan kapasitas. Termurah Rp25.000; termahal, Rp150.000—Rp250.000.

Namun, kini penjualan fi lter akuarium menurun hingga 75% seiring pudarnya lou han. “Dulu yang berharga mahal juga dibeli, sekarang yang dicari yang berharga murah,” tutur alumnus Universitas Surabaya itu. Hal senada diucapkan Yoyo dari Lou Han Strore di sentra penjualan ikan hias Kelapagading, Jakarta Barat. “Sekarang hobiis memilih membeli power head fi lter-nya saja. Harganya Rp15.000—Rp20.000,” ujarnya. Power head filter adalah alat pompa yang menyedot air ke saringan fi lter.

Toh, meski menurun tetapi tetap diakui penjualan filter akuarium menempati urutan teratas. “Setidaknya seminggu bisa terjual 8—10 fi lter,” ujar Alex dari Exotic Aquarium di Jakarta Barat. Meski yang dibidik hobiis yang murah, tapi soal kualitas mereka pilih-pilih. “Merek yang tidak dikenal sukar laku meski harga dipotong lebih rendah,” ujarnya. Beberapa merek pilihan antara lain; Resun, Boyu, Jeco, Altman, dan Aquila.

Mahal tetap diminati

Meski pasar filter akuarium cukup besar, tapi filter-filter kolam berharga jutaan hingga ratusan juta rupiah tetap ada peminatnya. Mereka hobiis berkocek tebal dan memiliki klangenan berharga mahal seperti koi. “Orang-orang seperti ini tak sayang membuang uang untuk fi lter mahal yang diimpor, asalkan ikannya tetap tampil prima,” ujar Suryo.

Setiawan Hardi misalnya merogoh kocek hingga Rp80-juta untuk membuat sistem fi lter biologi-mekanik yang akan menyaring air di kolam bervolume 3.000 l. Cara kerjanya, air kotor dari kolam dipompa masuk ke bak-bak berisi berbagai media penyaring seperti kassa, bioball, dan zeolit. Air yang sudah terbebas dari amonia itu masuk kembali ke dalam kolam secara gravitasi melewati bebatuan yang mendongkrak oksigen terlarut. “Meski mahal tapi hasilnya memuaskan,” ujar ayah 2 putri di Sunter, Jakarta Utara, itu.

Pemanfaatan teknologi komputer dipakai Erick Jonathan untuk mengatur sistem fi lter koi di kolam berkapasitas 40 ton. Sistem vortex yang dipakai Erick menggunakan 8 bilik yang tersusun seri. Dari bilik-bilik itu setiap 4 jam, 5% air kolam terganti secara otomatis dan terkomputerisasi. “Sistem pengolahan mirip air PAM,” ujarnya. Untuk fi lterisasi Erick tak segan-segan mengucurkan dana hingga Rp400-juta.

Meski kebanyakan produk filter berasal impor, tapi belakangan buatan lokal pun mencoba menerobos. “Buatan lokal masih bisa bersaing dengan impor,” papar Herman Oei di Bumi Serpong Damai. Pengusaha ikan hias eksotik itu kini mulai meluncurkan filter akuarium sederhana. Filter yang didesain tegak dengan selimut busa dan selang sebagai sumber oksigen bahkan kini sedang dicoba ditawarkan ke Singapura. (Dian Adijaya S/Peliput: Pupu Marfu’ah & Fendy RP)

 

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Tuna Kaleng dari Bitung Tembus Pasar Amerika dan Belanda

Trubus.id - Komitmen mendorong ekspor produk perikanan terus diperkuat. Bea Cukai Bitung mengawal pelepasan ekspor perdana tuna kaleng milik...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img