Thursday, March 28, 2024

Firdaus Buah Tropis

Rekomendasi
- Advertisement -
Karamunting Rhodomyrtus tomentosa
Karamunting Rhodomyrtus tomentosa

Anderi Satya memimpin rombongan menuju pohon kerantungan yang tengah berbuah di Hutan Harapan, kawasan konservasi seluas total 98.000 ha. “Di sana ada pohon durian karantungan yang sedang berbuah,” ujar asisten komunikasi PT Rekayasa Ekosistem Indonesia (Reki) itu dengan wajah berbinar. Setelah menempuh perjalanan menggunakan sepeda motor selama 15 menit dan berjalan sekitar 1 km, rombongan berhenti di sisi pohon yang menjulang. Semak-semak di sekitar pohon setinggi 30 m itu tampak rata dengan tanah.

Beberapa pohon kecil di sekitarnya juga rebah seperti telah ditebang. “Yang melakukan biasanya warga suku Batin Sembilan,” ujar Anderi. Menurut Anderi warga Suku Batin Sembilan yang menghuni Hutan Harapan membuka lahan di sekitar pohon kerantungan sebagai penanda bahwa pohon itu ada yang “memiliki”. Jadi, buah yang jatuh dari pohon itu tidak boleh diambil warga lain.

Anderi menuturkan kerantungan salah satu buah yang menjadi sumber kehidupan warga Suku Batin Sembilan. Ketika musim berbuah mereka biasanya berburu kerantungan. Selain untuk konsumsi sendiri, mereka juga menjual buah kerantungan kepada warga lain atau barter dengan komoditas lain. Di kawasan Hutan Harapan kerantungan berbuah pada Februari—April. Dari satu pohon setinggi 30 m mereka bisa memperoleh hingga 500—1.000 buah setiap musim.

Ara Ficus sp
Ara Ficus sp

Sayang, musim berbuah hampir habis. Di atas pohon hanya tersisa beberapa buah yang menggantung di dahan. Di lantai hutan juga tidak ada buah yang jatuh. Randi, salah satu anggota staf PT Reki lalu menyusuri sekeliling pohon yang masih bersemak. Syukurlah, Randi menemukan tiga buah kerantungan. Hasrat mencicip buah tanaman anggota famili Malvaceae itu akhirnya terwujud. Randi membelah kulit kerantungan dengan parang.

Kemungkinan buah baru jatuh karena sulit dibuka meski menggunakan parang. Menurut ahli botani di Bogor, Jawa Barat, Gregori Garnadi Hambali, kerantungan yang masih segar memang sulit dibuka. “Sebaiknya peram 1—2 hari sebelum dikonsumsi agar mudah dibuka,” katanya. Buah seukuran bola takraw itu akhirnya terbuka. Trubus pun mencomot salah satu pongge dan langsung melahapnya.

Artocarpus rigida
Artocarpus rigida

Dari satu juring hanya terdapat dua pongge. Tekstur daging buah terasa lembut, tapi masih terasa seperti bertepung. Citarasa tepung terasa kemungkinan karena buah belum matang sempurna. Rasanya sangat manis dan tanpa pahit sehingga cocok untuk penikmat durian pemula. Sayang, daging buah kerantungan tipis. Ukuran biji buah Durio oxleyanus tergolong besar bila dibandingkan dengan ukuran buah yang berbobot rata-rata hanya 500 g.

Kerantungan Durio oxleyanus
Kerantungan Durio oxleyanus

Nama ilmiah itu pemberian botanis Inggris, William Griffith, untuk menghormati sahabatnya yang telah mengirimkan kerantungan kepadanya, yakni dr Thomas Oxley, dokter di Singapura. Sejatinya Johann Voight-lah yang pertama kali mengumpulkan sampel durian itu ketika menempuh perjalanan ke Penang, Malaysia. Dokter asal Denmark itu kemudian memberikan sebagian sampel kepada Thomas Oxley.

Asam kandis Garcinia laterifolia
Asam kandis Garcinia laterifolia

Pohon kerantungan di Hutan Harapan itu terancam maut. Di antara percabangan primer tumbuh akar pencekik Ficus annulata. Disebut demikian karena akar tanaman kerabat beringin itu tumbuh seperti mencengkeram pohon kerantungan yang menjadi inang. Ukuran akar pun besar yakni mencapai seukuran lengan orang dewasa. “Walau tumbuh hanya menempel pada pohon inang, tapi jika dibiarkan pohon inang akan mati,” ujar Greg Hambali.

Langsat hutan Lansium domesticum
Langsat hutan Lansium domesticum

Di bagian lain hutan itu, rombongan juga menemukan kerantungan yang berbuah lebat. Di bawah pohon tampak berserakan 30-an buah yang jatuh. Untuk membawanya Randi dan Feri membuat keranjang dari batang rotan dan memikulnya ke mobil. Mencicipi kelezatan buah kerantungan itu menjadi penutup perjalanan singkat pada 1 April 2015 itu. Eksplorasi buah pada hari itu memang berlangsung menjelang senja.

Saat itu Trubus baru tiba usai menempuh perjalanan Jakarta—Jambi—Hutan Harapan. Ketika hari semakin gelap, rombongan meninggalkan lokasi dan kembali ke kantor PT Reki. Rasa lelah menempuh perjalanan panjang dari Kota Jambi sirna oleh lezatnya si lai bengang—sebutan lain kerantungan di Pulau Kalimantan. Menurut Greg Hambali, D. oxleyanus tersebar di Pulau Sumatera dan Kalimantan.

Masam-masam Aporosa sp
Masam-masam Aporosa sp
Simpur Dillenia indica
Simpur Dillenia indica

Sebutan lain untuk kerantungan adalah sukang atau durian isu. Masyarakat Sumatera menyebutnya dian, lai bengong, kartungan, ketungan, ladyin tedak, dan durian daun. Adapun masyarakat Punan di Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara, menyebutnya tungen; yang luang (Merap, Kalimantan Timur). “Di Pulau Jawa tidak ada,” ujar ahli botani lulusan Birmingham University, Inggris, itu.

Satu-satunya pohon oxleyanus yang berbuah di Pulau Jawa tumbuh di kebun Greg Hambali di Kotamadya Bogor, Jawa Barat. Greg menanam kerantungan pada 28 tahun lalu. Ia memperoleh kerantongan dari Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara. Greg mengatakan Durio oxleyanus tergolong spesies durian langka karena hanya dijumpai di hutan-hutan.

Keragaman tanaman buah di sekitar Danau Rohani cukup tinggi.
Keragaman tanaman buah di sekitar Danau Rohani cukup tinggi.

Berbeda dengan kerabatnya Durio zibethinus yang sudah dibudidayakan sehingga populasinya melimpah. “Durio oxleyanus berpotensi dikembangkan jika menemukan varian berdaging lebih tebal,” kata master Biologi lulusan Universitas Birmingham itu. Menurut Dr Lutfi Bansir SP MP, ahli durian dari Fakultas Pertanian Universitas Kalimantan Utara, kerantungan layak dikembangkan karena produktivitasnya tinggi. Ukurannya yang mungil, berbobot 500 gram, membuat harganya terjangkau konsumen.

Keesokan hari eksplorasi buah-buahan di kawasan Hutan Harapan berlanjut. Pukul 08.00 rombongan menuju kawasan Simpang Rohani. Kali ini perjalanan ditempuh menggunakan mobil bergardan ganda karena rute lebih jauh. Kami juga membawa perbekalan dan peralatan untuk menginap di hutan. Setelah menempuh perjalanan sekitar 15 km, rombongan berhenti. Persis di sebelah kiri jalan tampak pohon pasak bumi Eurycoma longifolia setinggi 2—4 m yang tumbuh bergerombol.

Pohon kerantungan Durio oxleyanus yang tingginya mencapai 30 m.
Pohon kerantungan Durio oxleyanus yang tingginya mencapai 30 m.

Menurut Anderi populasi pasak bumi di kawasan Hutan Harapan relatif berlimpah. Di sekitar area tumbuh pasak bumi juga tumbuh beberapa pohon ara Ficus sp yang sedang berbuah. Randi menuturkan buah ara salah satu buah favorit burung rangkong yang juga menghuni Hutan Harapan. Sekitar 1 km, Randi kembali menghentikan laju mobil. Dari jalan besar, rombongan menyusuri jalan setapak yang sudah tertutup semak.

Untuk melewati jalan setapak itu Randi mesti beberapa kali menebaskan parang untuk membabat semak yang menutupi jalan. Di tengah perjalanan Trubus menjumpai buah berwarna hijau kekuningan sebesar telur puyuh yang terserak di lantai hutan. Dari sosok buah terlihat seperti keluarga manggis-manggisan atau famili Clusiaceae. Ciri khas kerabat manggis terlihat dari adanya kelopak pada bagian pangkal buah.

Kerabat markisa Passiflora foetida mudah dijumpai di tepi jalan menuju Danau Rohani
Kerabat markisa Passiflora foetida mudah dijumpai di tepi jalan menuju Danau Rohani

Menurut Feri Antoni, anggota staf PT Reki yang juga memandu Trubus, buah itu adalah asam kandis. Namun, begitu mencicip buahnya ternyata berasa manis menyegarkan, bukan masam seperti asam kandis yang kerap menjadi bumbu masakan khas Sumatera Barat. Daging buah berwarna jingga dan berbiji kempis sehingga daging buah bisa dikonsumsi seluruhnya. Greg menduga kerabat manggis itu adalah Garcinia laterifolia.

Rasa daging buah yang manis membuatnya layak menjadi buah konsumsi. Sayangnya kulit buah lunak sehingga kemungkinan tidak tahan lama bila dipajang di toko buah. Di sekitar pohon Garcinia laterifolia yang tinggi menjulang juga tumbuh aneka jenis buah lain yang sedang berbuah. Salah satunya pohon berbuah jingga nan lebat. Karena pohon sangat tinggi, Trubus pun hanya bisa memungut buah yang jatuh di lantai hutan.

Cempedak hutan Artocarpus integer yang sedang berbuah lebat.
Cempedak hutan Artocarpus integer yang sedang berbuah lebat.

Buah itu hanya seukuran kelereng. Menurut Feri buah itu adalah masam-masam Aporosa sp. Benar saja, seperti namanya rasa masam langsung menyergap lidah ketika buah tergigit. Di dekat pohon masam-masam ada juga buah keben hutan Barringtonia sp yang juga sedang berbuah lebat. “Tapi buah itu tidak bisa dikonsumsi,” kata Feri.

Ada pula buah seukuran bola pingpong yang berserakan di lantai hutan. Menurut Feri buah itu adalah mentimunan Xanthophyllum sp. “Saya tidak tahu apakah buah itu dapat dikonsumsi atau tidak,” ujarnya. Tak jauh dari pohon mentimunan tumbuh pohon berbuah lonjong sebesar jempol orang dewasa. Buah juga terserak di lantai hutan. FerI menuturkan buah itu adalah keranji Dialium platysepalum. Buah itu berasa masam dan dapat dikonsumsi seperti asam keranji di Pulau Jawa. Namun, ukuran buah lebih besar.

Tim eksplorasi PT Reki dan reporter Majalah Trubus, Syah Angkasa, sedang mengidentifikasi foto hasil eksplorasi.
Tim eksplorasi PT Reki dan reporter Majalah Trubus, Syah Angkasa, sedang mengidentifikasi foto hasil eksplorasi.

Tak lama kemudian, Anderi Satya menemukan buah seukuran sekepalan tangan orang dewasa yang seluruh permukaan buahnya seperti berduri. Buah itu mudah sekali terbelah. Cukup dengan menekan permukaan, buah akan terbelah. Ciri khas buah seperti cempedak. Pada bagian dalam buah terdapat nyamplung yang menempel pada empulur dan diselimuti dami. Namun, jumlah nyamplung sedikit.

Rasa buah kombinasi manis dan masam sehingga terasa menyegarkan. Menurut Greg Hambali buah itu adalah Artocarpus rigida. “Keragaman artocarpus di Pulau Sumatera juga tergolong tinggi,” katanya. Buah yang sama juga pernah Trubus jumpai di dalam hutan di kawasan Kecamatan Simpangtritip, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Bangka Belitung. Menurut K Heyne dalam “Tumbuhan Berguna Indonesia” A. rigida buah yang sangat enak dan bijinya dapat dikonsumsi.

Buah cempedak hutan.
Buah cempedak hutan.

Heyne mengutip pendapat ahli botani asal Inggris, Henry Nicholas Ridley, yang ditulis dalam Straits Bulletin halaman 543 yang terbit pada 1902, A. rigida salah satu buah terbaik dari timur. Kawasan Danau Rohani di Hutan Harapan juga menyimpan banyak buah-buahan unik. Di lantai hutan berserakan buah sekepalan tangan orang dewasa. Aromanya amat menyengat. Begitu buah dibelah tampak daging buah berwarna kuning dan berserat.

Menurut Feri warga di sana menyebutnya buah bacang atau embem Mangifera foetida. Rasa daging buah masam sehingga biasanya dikonsumsi dengan cara diolah menjadi sambal. Setelah 30 menit berjalan kaki, rombongan menjumpai pohon cempedak hutan yang berbuah lebat. Ratusan buah seperti menutupi sekujur batang. Randi menemukan buah cempedak yang jatuh. Buah mudah sekali dibelah pertanda sudah matang.

Kumpulan pohon pasak bumi Eurycoma longifolia di kawasan Simpang Rohani, Hutan Harapan.
Kumpulan pohon pasak bumi Eurycoma longifolia di kawasan Simpang Rohani, Hutan Harapan.

Dari balik dami menyembul gerombolan nyamplung menyelimuti empulur. Rasa manis buah cempedak menjadi sumber energi sebelum makan siang. Tak jauh dari pohon cempedak, tumbuh pohon langsat hutan Lansium domesticum yang sedang berbuah. Sayangnya rasa buah masam. Tak jauh dari sana ada pohon Baccaurea sp yang berbuah unik. Buah itu hanya seukuran duku. Pada saat matang kulit buah pecah dan hanya tersisa isi buah yang menempel di tangkai buah sehingga bisa langsung dikonsumsi.

Di sana juga tumbuh pohon tampui Baccaurea macrocarpa yang memamerkan buah. Dengan cekatan Randi memanjat pohon tampui setinggi 20 m itu untuk memanen buah. Kulit buah tampoi keras dan tebal hingga 5 mm. Untuk membukanya mesti menggunakan pisau. Daging buah putih dan berasa manis menyegarkan. Hasil panen kali itu terkumpul hingga 2 kantong plastik penuh. Di sepanjang jalan kami juga menemukan rambutan hutan.

Buah-buahan hasil eksplorasi tanaman buah di kawasan Hutan Harapan.
Buah-buahan hasil eksplorasi tanaman buah di kawasan Hutan Harapan.

Perjalanan kali itu ibarat mendapat berkah. Meski hanya satu bagian kawasan yang dijelajahi, tim eksplorasi mampu mengidentifikasi 22 jenis buah-buahan. Tanaman buah yang ditemukan bukan hanya berupa pohon, tapi juga tanaman buah berupa semak seperti karamunting Rhodomyrtus tomentosa dan Passiflora foetida. Menurut Anderi Satya kawasan Hutan Harapan seluas 98.000 hektar terdapat 558 spesies tanaman yang sudah teridentifikasi.

Populasinya sebagian besar di dominasi tanaman kayu seperti aneka jenis meranti Shorea sp, medang Litsea sp, dan balam Palaquium sp. Dari jumlah spesies itu beberapa di antaranya tergolong terancam punah seperti pohon dipterocarpus Hopea mangerawan, Hopea sangai, Shorea acuminata, dan Syzygium ampliflorum. Greg Hambali menuturkan peran PT Reki yang mengelola Hutan Harapan sangat penting untuk menjaga kelestarian aneka spesies tanaman dari ancaman kelapa sawit yang terus meluas. Dengan begitu kelezatan rasa buah kerantungan kelak bukan menjadi kisah belaka. (Imam Wiguna/Peliput: Syah Angkasa)

 

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Analisis Usaha Ikan Dewa : Waktu Singkat Laba Memikat

Trubus.id— Ingin terjun dalam usaha budidaya ikan dewa Tor sp.,? Anda  dapat memilih segmentasi usaha yang diminati. Menurut peneliti...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img