Di sebelah saya, Siti Endang Adiningsih dengan penasaran mencomot sebuah dan memakan buah tanpa mengupas kulit. Gandaria Indonesia rasanya masam dan hanya cocok buat sambal atau manisan.
Alun-alun di depan kantor walikota Nakorn Nayok, 1—7 Maret silam berubah jadi serbajingga. Di setiap sudut terlihat tumpukan gandaria berwarna kuning menyala. Bibit berbagai ukuran berbaris rapi di setiap anjungan. Maklum minggu itu sedang berlangsung perhelatan festival dan lomba gandaria manis. Acara rutin yang digelar setiap tahun di sana.
Gandaria yang ikut lomba ditata rapi di meja terpisah. Para juri sabar berkeliling mencicipi satu per satu mencari buah terbaik. Selain buah, pemilik harus menyertakan pula riwayat pohon induk supaya jelas asal-usul buah. Penampilan gandaria calon juara mesti prima, berukuran seragam, dan memiliki tingkat kemanisan minimal 140 briks. Pohon induk pun mesti sehat.
Buah peraih predikat terbaik akan didata dan didaftar oleh panitia sebagai buah unggul. Pohon induknya dicatat dan diberi sertifikat resmi pemerintah. Proses itu persis seperti yang dilakukan panitia Lomba Buah Unggul Nasional yang kerap Trubus selenggarakan.
Dikupas dulu
Saya mampir di anjungan milik seorang ibu. Penasaran sekali untuk bisa mencicipi gandaria sebesar telur ayam itu. Habis, penampilannya begitu memikat. Selain berukuran jumbo, warna buah kuning terang. Kulitnya tipis, mulus, dan kencang sehingga tahan benturan. Bandingkan dengan gandaria lokal yang hanya sebesar tomat ceri. Warnanya kala mentah hijau muda dan saat matang kuning pucat. Rasanya jangan ditanya, masam sekali.
Betul-betul bagaikan langit dan bumi dengan gandaria unggul asal Thailand. Begitu lidah mencecap buah, terasa manis bak memakan mangga gedong gincu. Daging buahnya tebal, berserat halus, dan juicy sekali. Ia merupakan jenis baru silangan antara gandaria lokal Bouea oppositifolia yang manis tapi kecil-kecil dan jenis besar asal Myanmar Bouea burmanica.
Penduduk negeri Gajah Putih biasanya mengupas kulit sebelum menyantap buah. Saya dan Siti Hutami Endang Adiningsih, direktur PT Mekar Unggul Sari, yang datang bersama, justru langsung mengunyah buah dengan kulitnya. Sampai-sampai membuat ibu penjual di gerai terkejut bukan kepalang. Padahal ia sedang mengupaskan 2 buah untuk kami cicip.
“Justru begini lebih enak,” kata Mamiek, sapaan akrab Siti Hutami. Rasa buah jadi lebih segar dan nyakruk. Karena terpikat rasa dan penampilan buah, Mamiek langsung membeli sebuah bibit setinggi 1,5 m yang sedang berbuah untuk koleksi Taman Buah Mekarsari.
Bibit unggul
Pembeli yang tergoda si gandaria jumbo bukan hanya para pendatang. Warga Thailand juga sangat menggemari Bouea macrophylla itu. Buktinya di pameran yang dipadati pengunjung hingga hari terakhir itu terlihat orang-orang menjinjing kantong kresek putih. Rata-rata isinya 5 kilo gandaria manis. Buah kelas A berisi 18 buah per kg dijual 100 baht per kg setara Rp20.000.
Para pengunjung pun tak ketinggalan memboyong bibit dalam polibag hitam. Harga bibit ukuran paling kecil setinggi 75 cm mencapai 200—300 baht setara Rp40.000—Rp60.000. Untuk mendapatkan bibit berukuran besar setinggi 2,5 m dalam ember plastik besar pembeli mesti merogoh kocek lebih dalam. Harganya 4.000—5.000 baht atau sekitar Rp1.250.000. Maklum bibit itu berpenampilan rimbun dan sarat buah.
Bibit hasil sambung pucuk itu sudah siap tanam. Umur 2 tahun ia sudah berbuah. Perawatannya mudah dan tahan serangan penyakit. Jika rajin memangkas, kanopi pohon semakin rimbun dan makin banyak calon buah. Uniknya dalam 1 pohon bunga muncul bertahap. Buah dapat dipanen kontinu 2 bulan penuh. Buah yang dipetik bisa tahan simpan hingga 4 minggu pada suhu 12oC.
Marian plum
Buah lonjong berbiji ungu itu kini menjadi simbol provinsi berjarak tempuh 2,5 jam perjalanan darat ke arah timur laut Bangkok itu. Udara kering berangin dan tekstur tanah berpasir di sana memang habitat paling cocok.
Musim gandaria manis berlangsung pada Februari—Maret. Kala itu mayomchit atau ma-prang waan—namanya di Thailand—mudah ditemukan di pedagang pinggir jalan hingga pasar swalayan. Saya sempat melihat gandaria manis dijajakan di kios oleh-oleh yang berderet di sepanjang jalur dari Nakorn Nayok menuju Bangkok. Bila diekspor ia berganti nama beken menjadi marian plum. (Ir Nancy Martasuta, konsultan pertanian Thailand—Indonesia)