Dua pisang unik tumbuh di Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Masih ada ratusan jenis pisang lain yang belum diidentifikasi.
Pisang yang tumbuh di Desa Karyamukti, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat itu terdiri atas 20—25 sisir per tandan. Masing-masing sisir berisi 24—30 buah. Dengan jumlah buah itu setiap tandan berbobot mencapai 30—45 kg. Bobot itu lebih tinggi dibandingkan dengan pisang cavendish yang hanya menghasilkan 25—30 kg per tandan. Masyarakat Desa Karyamukti menyebutnya pisang kole.
Menurut peneliti dari Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran (Unpad), Ade Ismail S.P., M.P., pisang kole adalah varietas lokal asli Indonesia yang tumbuh di Desa Karyamukti. Kole termasuk jenis pisang olahan. Masyarakat di sana biasanya mengolah kole menjadi gorengan atau kolak. Masyarakat lebih suka menanam pisang nan manis dan lezat itu karena tahan layu bakteri dan penyakit darah.
Varietas lokal
Mahasiswa doktor Jurusan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Unpad, itu menuturkan pisang kole siap panen pada umur 80—95 hari sejak muncul bunga atau jantung. Pisang kole tumbuh optimal pada iklim tropis yang hangat dan lembap. “Suhu merupakan faktor utama untuk pertumbuhan. Di sentra-sentra produksi suhu optimum untuk pertumbuhan sekitar 25—27°C, maksimal 38°C.
Pisang tak dapat tumbuh di ketinggian lebih dari 1.600 meter di atas permukaan laut,” ujar pekebun pisang di Desa Karyamukti, Amat. Pisang kole mendapatkan sertifikat tanda daftar varietas tanaman sebagai varietas lokal dari Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian Kementerian Pertanian pada 3 November 2017. Selain pisang kole, Ade juga menemukan pisang manggala hitam saat berkunjung ke Desa Karyamukti dan Mekarsari, Kecamatan Cibalong, Garut.
“Saya belum menemukan Musa acuminata itu di daerah lain,” ujar ayah 3 anak itu. Menurut Ade ciri khas pisang manggala hitam dapat
dikenali dari penampilan fisik yang menyerupai pisang tanduk. Perbedaannya, batang atau pelepah pisang manggala hitam berwarna hitam pekat. Selain itu kulit buah tua berwarna hijau pekat dengan panjang buah 17—20 cm dan diameter buah 3—4 cm. Buahnya bengkok, gemuk, dan ujungnya mengecil.
Bandingkan dengan pisang tanduk yang lebih kurus dan cenderung lurus. Tinggi batang manggala hitam berkisar 150—200 cm dan tinggi tanaman mencapai 300 cm. Sosok manggala hitam terlihat ramping karena berdiameter batang rata-rata hanya 10 cm. Panjang daun 105—135 cm dengan lebar 40—50 cm. Buah manggala hitam tersusun agak tidak beraturan, mirip pisang tanduk. Namun, jumlah buahnya lebih banyak daripada pisang tanduk.
Roid
Dalam satu tandan manggala hitam terdiri atas 2—3 sisir dengan jumlah buah 12—15 buah per sisir atau 25—35 buah per tandan. Selain buah, masyarakat di sana juga kerap mengolah jantung pisang sebagai penganan pendamping nasi. Seperti halnya pisang kole, pisang manggala hitam juga sudah terdaftar sebagai varietas lokal di Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian Kementerian Pertanian pada 3 November 2017.
Di Kabupaten Sumedang, Ade juga menemukan pisang roid. Pisang itu menjadi favorit penduduk di sana sebagai hidangan pesta atau kenduri. Ciri khas pisang roid dapat dikenali dari ukuran buah yang kecil. Pekebun pisang di Kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang, Asep Khaeruddin, menyebutnya pisang jarum karena ujung buah meruncing.
Eksplorasi
Menurut pekebun 20 jenis pisang lokal itu pisang roid tidak mudah rontok. Diameter batang 10 cm dengan tinggi pohon 1,5—2 m. Setiap tandan menghasilkan 9—10 sisir dengan 12—15 buah per sisir. “Buahnya mirip dengan pisang susu atau muli,” ujarnya. Namun, bentuknya lebih gemuk dan berisi. Asep menanam pisang roid berjarak 1 m x 1 m. Untuk menghindari genangan air, ia membuat drainase selebar 40 cm. Pisang asal Jatigede itu juga memiliki kelebihan seperti tahan naungan, aman untuk penderita maag, daya simpan tahan hingga 2 minggu, serta tahan serangan penyakit layu fusarium.
Ia menutup permukaan lahan dengan sekam padi atau daun pisang kering untuk mencegah tumbuhnya gulma dan mengurangi penguapan. Ketiga jenis pisang lokal itu adalah hasil eksplorasi Ade di Kabupaten Garut dan Kabupaten SUmedang, pada awal 2015. Di sana terdapat ratusan jenis pisang yang belum diidentifikasi tampak berbuah lebat. Menurut Ade keragaman pisang di Kecamatan Cibalong tergolong tinggi karena tumbuh di zona agroekologi lahan kering dataran rendah beriklim basah.
Curah hujan di Cibalong 1.500—2.000 mm per tahun dan pH tanah 5,5—6,5. Kondisi iklim seperti itu cocok untuk pertumbuhan pisang. Meski demikian untuk menghasilkan pisang berkualitas perlu sokongan unsur hara yang cukup banyak. “Oleh karena itu lokasi budidaya pisang di tanah berhumus dan ketersediaan pupuk yang cukup,” ujar Ade. (Tiffani Dias Anggraeni)