Di tangan Soeprijanto dan rekan, tongkol jagung bukan sekadar pakan ternak. Para periset dari Jurusan Teknik Kimia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, itu memanfaatkan tongkol jagung sebagai sumber glukosa. Soeprijanto mengubah selulosa limbah tongkol jagung menjadi glukosa dengan bantuan cendawan Aspergilus niger. Ia menggunakan enzim kasar yang dihasilkan A. niger dengan dosis 50 ml untuk 10 g tongkol jagung. Sebelum pemberian enzim, Soeprijanto menghaluskan tongkol jagung hingga berukuran 100 mesh. Hasilnya 51,01% glukosa yang bermanfaat dalam industri makanan dan minuman. ”Semakin tinggi dosis enzim dan semakin kecil ukuran partikel tongkol, maka konversi selulosa menjadi glukosa semakin besar,” katanya.***
Operasi dengan Getah
Getah pisang ternyata bahan benang jahit operasi. Itulah hasil riset Satrio Adhitioso beserta rekan dari Universitas Airlangga, Surabaya. Mereka mencacah pelepah batang pisang, memeras, mencampur dengan asam glikolat, polivinil alkohol, dan ZnO nano secara homogen. Lalu mereka mencetak menjadi lapisan tipis edible film, mendiamkan hingga kering pada ruangan bersih dan steril. Sampel yang terbentuk kemudian diiris menjadi kecil dan memanjang agar dapat dikarakterisasi. Uji tarik menggunakan autograph menunjukkan nilai modulus young benang getah 2,386 GPa. Itu lebih besar daripada benang jahit operasi (2,3 Gpa). Semakin tinggi nilai modulus young, maka bahan semakin elastis.***