Thursday, June 8, 2023
spot_img

Gurun Tandus Berubah Subur

Rekomendasi
- Advertisement -
Tekstur tanah di Qatar berbatu, berpasir, dan berdebu.(Dok. Admansyah Lubis)

Mengubah gurun yang tandus menjadi sentra produksi beragam sayuran. Kuncinya pembenahan tekstur tanah dengan bahan organik.

Admansyah Lubis, penyuluh pertanian swadaya Kabupaten Aceh Tamiang.(Dok. Admansyah Lubis)

Trubus — Setiap pukul 04.30 Admansyah Lubis bergegas ke kebun untuk mengaktifkan mesin penggerak. Mesin itu membuka-tutup katup pipa yang menyalurkan air dan nutrisi ke bedengan tanaman sayuran. Fertigasi itu terbuka tiga kali sehari, yakni pada pukul 04.30 untuk mengalirkan nutrisi serta pukul 10.00 dan 17.00 untuk air. Itu salah satu keseharian Adman sebagai tenaga ahli di kebun Izghawa Farm 370, Kota Al Rayan, Qatar.

Ia berada di Qatar sejak Februari 2020. Kebun berjarak 15,3 km dari Doha, ibu kota Qatar. Di lokasi itu ia membudidayakan beragam sayuran dan buah seperti mentimun Cucumis sativus, tomat Solanum lycopersicum, terung Solanum melongena, paprika Capsicum annuum, buncis Phaseolus vulgaris, kacang panjang Vigna unguiculata, labu Lagenaria siceraria, dan melon Cucumis melo. Luasnya sekitar sepuluh hektare.

Beralih ke organik

Sebelum Adman datang, kebun Izhgawa 370 menggunakan pupuk anorganik untuk menunjang produksi. Namun, ternyata hasil panen cenderung menurun sedangkan biaya produksi terus meningkat. Sekadar contoh di lahan 1 ha menghabiskan biaya produksi QR50.000 setara Rp200 juta per bulan. Harap mafhum tanah Qatar sangat tandus sehingga usaha pertanian cukup sulit dilakukan.

Panen tomat mencapai 50 ton per hektare sebulan. (Dok. Admansyah Lubis)

Beberapa kebun menerapkan metode hidroponik. Namun, Izghawa Farm 370 menggunakan budidaya konvensional dengan membuat bedengan-bedengan. Lebar bedengan sekitar 50 cm dan panjang menyesuaikan lokasi tanam. Bedengan ada yang ternaungi di dalam rumah tanam ataupun di lahan terbuka. Izghawa mengelola 99 rumah tanam masing-masing seluas sekitar 400 m2. Ada pula dua rumah tanam masing-masing satu hektare.

Menurut Admansyah Lubis komoditas yang dibudidayakan di dalam rumah tanam atau greenhouse antara lain mentimun, tomat, dan melon. Konsultan pertanian dan perkebunan asal Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh, itu menuturkan, lazimnya tanah yang baik untuk budidaya tersusun atas bahan organik, pasir, debu, dan liat dengan proporsi tertentu. Oleh karena itu, ia membenahi tekstur tanah terlebih dahulu.

Harap mafhum, tanah Qatar begitu tandus hingga sayuran sulit tumbuh. Data Hela Miniaoui dan rekan-rekan dari Gulf Studies Center, Qatar University menunjukkan hanya 1,1% dari luas Qatar 11.610 km2 yang dapat ditanami. Karakteristik tanahnya kapur berpasir. Selain itu porositas dan salinitasn pun tinggi. Hujan turun pada November—Mei. Curah hujan tertinggi hanya 14 mm per bulan.

Budidaya mentimun, tomat, dan melon dalam rumah tanam. (Dok. Admansyah Lubis)

Laki-laki berusia 56 tahun itu membenahi tekstur tanah dengan penambahan bahan organik berupa fermentasi kotoran sapi (70%) dan ayam (30%). Proses fermentasi memanfaatkan bantuan mikroorganisme lokal (MOL) dari lapisan tanah di Izghawa Farm. Kedua sumber nutrisi itu berasal dari peternakan sapi dan ayam di sekitar Izghawa. Di Al Rayan, Qatar, terdapat budidaya sapi perah.

Admansyah mendapatkan pupuk itu dari farm di sana. Ia perlukan mengeluarkan biaya untuk masing-masing 30 ton kotoran sapi dan ayam QR4.000 atau Rp16 juta. Cukup hemat untuk satu periode tanam. Pemberian bahan organik sebanyak 3 ton per hektare. Itu cukup untuk 2—3 periode tanam sayuran. Setelah tanam, aplikasi pupuk organik cair (POC) dilakukan setiap hari.

Suhu tinggi

Pupuk organik cair mengandung amonium fosfat dan senyawa lain. Admansyah melarutkan 20 liter pupuk organik cair dalam 180 liter air bersih. Ia mengalirkannya melalui pipa irigasi yang menetes di area perakaran. Pada fase vegetatif, Adman memberikan POC dari fermentasi kotoran sapi dan ayam. Sementara itu, POC untuk fase generatif berbahan kotoran kambing dan limbah ikan.

Upaya Adman dan rekan-rekan di Izghawa Farm membuahkan hasil. Setiap bulan mereka memanen 50 ton tomat dari sehektare lahan. Populasi mencapai 31.669 tanaman per ha. Adapun produktivitas mentimun mencapai 40 ton per hektare dengan populasi seperti tomat. Mereka memasarkan hasil panen ke pasar swalayan di Izghawa, Doha, dan sekitarnya.

Pupuk organik padat sebagai pembenah tekstur tanah

Setelah beralih ke budidaya organik, biaya produksi jauh lebih hemat dan produktivitas tetap tinggi. Menurut pengamatan laki-laki kelahiran Lhokseumawe, 28 Agustus 1964 itu, kondisi tanaman sebelumnya tak pernah optimal. “Pertumbuhan tanaman di lahan gurun kurang optimal dengan pupuk anorganik. Setelah kami merombak tekstur tanah dan memberikan pupuk organik cair setiap hari, tanaman tumbuh dengan baik sehingga hasil panen juga tinggi,” kata Adman.

Selama delapan bulan di Qatar, alumnus Institut Teknologi Medan, itu belum pernah menyaksikan hujan. Suhu pada siang hari pernah mencapai 48ºC. Pada kondisi seperti itu, kuncinya adalah tekstur tanah yang baik dan cukup air. Cuaca kering dan suhu tak masalah jika dua hal itu terpenuhi. Di Qatar tidak ada penyiraman pada daun atau tajuk. Air dan nutrisi langsung diberikan di sekitar perakaran tanaman.

Menurut penyuluh pertanian Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, Bali, Ir. I Gusti Ayu Maya Kurnia, M.Si., kesuburan tanah merujuk pada kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Selain bahan organik, Maya Kurnia menyebutkan kesuburan tanah juga disebabkan adanya komponen pasir dan lempung. Pasir dapat menunjang drainase dan penyerapan air dari tanah. Lempung berfungsi untuk mengikat berbagai mineral sehingga tidak mudah terbawa air. (Sinta Herian Pawestri)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Mentan Syahrul Dorong Peningkatan Produksi Kedelai Nasional

Trubus.id— Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) melakukan kegiatan penanaman kedelai di Desa Candirejo, Kecamatan Senin, Kabupaten Gunungkidul,...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img