Saturday, April 12, 2025

Harga Kakao Meningkat Bisnis Kakao Bergairah

Rekomendasi

Trubus.id—Lima belas ton biji kakao organik setiap tahun. Itulah volume permintaan kakao organik dari importir di Singapura yang harus dipenuhi oleh Kadek Surya Prasetya Wiguna.

Potensi pendapatan cukup menggiurkan lantaran harga biji kakao organik bersertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI) seharga Rp90.000 per kg. Kadek Surya berpotensi mengantongi omzet Rp1,35 miliar.

Namun, Kadek Surya belum menyanggupi permintaan untuk mengirim 15 ton biji kakao organik itu. Pebisnis kakao di Tabanan, Provinsi Bali, itu baru mampu memasok 3 ton biji kakao ke pasar mancanegara.

Ia mesti bermitra dengan para petani kakao organik di Jembrana, Bali untuk memenuhi pasokan itu. Kadek Surya menuturkan bahwa ceruk pasar kakao baik dalam maupun luar negeri terbuka lebar.

Sebagai gambaran kebutuhan biji kakao kering dalam negeri saja mencapai 1 juta ton per tahun. Sementara produksi di lapangan baru 600.000 sampai 700.000 ton per tahun.

Pekebun kakao di Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatra Selatan, Yohanes Saputra, pun kewalahan memenuhi permintaan konsumen lokal. “Produksi menurun karena el-nino,” ujar Yohanes.

Sejak 2 tahun belakangan, Yohanes hanya mampu panen 300 kg biji kakao kering. Sementara permintaan yang datang sebanyak 3 ton biji kakao kering. Artinya Yohanes baru memenuhi 10% permintaan pasar.

Harga jual biji kakao kering Rp100.000 sampai Rp140.000 per kg. Melansir Consumer News and Business Channel Indonesia harga kakao di pasar dunia melonjak lebih dari US$ 1.000 setara Rp 15,6 juta atau hampir 40% sejak awal 2024.

Harga kakao mencapai level tertinggi sepanjang masa yakni US$ 5.874 setara Rp 91,8 juta per metrik ton pada Februari 2024. Harga biji kakao kering di pasar global tentu saja berpengaruh pada harga biji kakao kering di pasar lokal.

Sebagai contoh harga biji kakao kering asalan meningkat menjadi Rp60.000 per kg, semula Rp20.000 per kg. Sementara harga biji kakao kering standar ekspor mencapai Rp90.000 per kg.

Namun produksi kakao menghadapi ancaman lantaran berkurangnya area penanaman. Pada 2018, luas perkebunan kakao mencapai 1,61 juta hektare (ha) dan mengalami penurunan sebesar 11,79% pada 2022 menjadi 1,42 juta hektare.

Fenomena el nino yang membawa angin hangat turut memicu penurunan produktivitas tanaman. Akibatnya harga kakao melambung. Pada triwulan pertama 2024, harga kakao mengalami peningkatan tajam akibat el nino.

Menurut Kepala Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka), Dini Astika Sari, M. Biotech., peningkatan harga merupakan peluang yang perlu dioptimalkan sebagai salah satu momentum upaya meningkatkan kembali minat pekebun untuk membudidayakan kakao.

Baca selengkapnya pada Majalah Edisi 653 April 2024 mengupas tuntas Harga Meroket: Bisnis Kakao Bergairah. Dapatkan Majalah Trubus Edisi 653 April 2024 di Trubus Online Shop atau hubungi WhatsApp admin pemasaran Majalah Trubus.

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Catat Transaksi Fantastis di Pameran FHA 2025 Singapura, Kakao Hingga Madu Jadi Komoditas Unggulan

Produk makanan dan minuman (mamin) Indonesia berhasil mencatatkan nilai transaksi sebesar USD 43,7 juta atau sekitar Rp736 miliar dalam...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img