
Pakan menentukan kualitas magot.
Ratusan kardus berukuran 50 cm x 50 cm dan berbobot masing-masing 0,5 kg itu tersusun rapi di ruangan berukuran 10 m x 10 m. Bagian depan kardus berwarna cokelat itu tertulis black soldier fly dried larvae. Itulah pemandangan di PT Sahabat Tani Farm pada pekan pertama Juli 2018. Black soldier fly lazim disingkat BSF merupakan serangga penghasil larva atau magot.

Menurut Sales and Marketing PT Sahabat Tani Farm, Arif Wicaksono S., 4 ton magot kering dalam kardus-kardus itu untuk memasok pasar ke Amerika Serikat. Perusahaan yang berlokasi di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat, itu memasarkan magot di dalam negeri. Sementara penjualan magot kering dan produk turunannya ke mancanegara tanggung jawab PT Bio Cycle Indo. Kedua perusahaan itu bernaung di bawah satu manajemen.
Berkualitas
Kini magot kering asal Indonesia itu berada di Negeri Abang Sam. Di sana magot berkadar protein 40,3% itu digunakan sebagai sumber protein alternatif untuk pakan hewan peliharaan. Itu adalah kali pertama PT Bio Cycle Indo mengekspor magot. Arif mengatakan magot dalam bentuk kering memiliki beberapa keuntungan antara lain penyimpanan awet hingga 2 tahun.
Ekspor magot kering bukti bahwa dunia mengakui produk larva BSF tanah air. Sebelumnya PT Bio Cycle Indo mengantongi sertifikat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat, Food and Drug Administration (FDA). Lembaga itu menyatakan magot produksi perusahaan yang berdiri pada 2018 itu aman dan sehat. Perusahaan itu memberi pakan bungkil sawit.

Peneliti magot di Balai Riset Budidaya Ikan Hias (BRBIH) Depok, Jawa Barat, Dr. Melta Rini Fahmi, S.Pi, M.Si., mengatakan, media pemeliharaan magot bisa apa pun asalkan limbah. “Jika di suatu tempat ada ampas tahu, gunakan itu. Ini berkaitan dengan sumber limbah di setiap wilayah,” kata Melta. Lihat saja Aminudi S.P. dan Pandudamai Insani Taufiq yang mengembangkan magot menggunakan limbah sayuran dan buah serta katering.

Hasil riset Aminudi dan Pandudamai menunjukkan kandungan protein dalam magot produksi keduanya 44,5%. Produsen magot di Kota Depok, Jawa Barat, itu memasok magot beku ke Taman Mini Indonesia Indah sebagai pakan ikan hias. Menurut Melta ciri magot bermutu bagus yakni berprotein 40—45%, tidak keras, dan ukuran seragam. Ciri lain, magot bersih tidak bercampur media dan tidak bau.
Melta menuturkan untuk mendapatkan magot berkualitas baik yaitu umur telur sama dan media pemeliharaan cukup nutrisi dengan kandungan protein 7—12%. Idealnya mesti dipisahkan pemeliharaan antara magot untuk penghasil telur dan magot sumber protein. Jenis media pemeliharaan mempengaruhi kandungan protein dan lemak magot seperti pada tabel. Budidaya magot relatif mudah.
Mula-mula pekerja menggiling halus bungkil sawit (PKM). Itu memudahkan magot mengonsumsi pakan karena cara makan larva itu dengan menyedot. Perusahaan itu membuat bak beton berukuran 16 m x 2 m. Tinggi bak hanya 20 cm. Arif menyebut bak itu bowling alley. Kini PT Bio Cycle Indo memiliki 16 bak beton. Bak-bak itu berjajar di ruangan beratap, tapi tanpa dinding. Pekerja meletakkan PKM dan larva mini ke bowling alley.

Pemberian PKM bertahap hingga mencapai sekitar 400 kg. Selang 14 hari setelah telur menetas pekerja memanen magot. Pekerja lalu mencuci magot hingga bersih. Kemudian pekerja mengeringkan magot menggunakan microwave bersuhu sekitar 220°C selama kurang dari 5 menit. PT Bio Cycle Indo menggunakan bungkil sawit atau palm kernel meal (PKM). Alasan pemilihan PKM antara lain salah satu sumber protein murah, tidak menjijikkan, dan mudah didapat. (Riefza Vebriansyah)