Trubus.id— Produk unggas yang awalnya tinggi kolesterol kini bisa dibuat menjadi rendah dengan rekayasi nutrisi pangan fungsional. Oleh karena itu masyarakat tidak perlu khawatir lagi terhadap kandungan kolesterol pada unggas.
Guru Besar IPB University dari Fakultas Peternakan (Fapet), Prof. Sumiati, mengatakan, produk unggas fungsional dapat mengatasi beberapa masalah kesehatan. Di antaranya mampu menurunkan kolesterol darah dan stroke, mengatasi defisiensi vitamin A dan mengatasi kekurangan protein.
Menurut Sumiati yang bisa dijadikan patokan adalah rasio kandungan asam lemak omega-3 dan omega-6 yang sehat. Pangan sehat mengandung rasio omega-6 terhadap omega-3 senilai 1:1 sampai 1:4.
Nilai ini menjadi patokan untuk merekayasa pangan telur dan daging agar mendekati sehat. Rekayasa nutrisi ini dapat dilakukan melalui pemberian pakan khusus. Produk telur dan daging unggas sehat dapat diproduksi melalui fortifikasi sehingga meningkatkan kandungan vitamin dan omega-3.
“Dengan pemberian pakan khusus rekayasa nutrisi telur atau daging akan menawarkan fungsi sempurna di alam yang telah disediakan dalam produk itu sendiri,” jelas Sumiati, dilansir dari laman IPB University.
Misalnya, dengan pemberian minyak ikan dari limbah pengolahan ikan atau alga. Hasil penelitian menemukan bahwa dengan fortifikasi tersebut, kandungan omega-3 pada produk unggas meningkat.
Hasil produksi telur itik mengandung asam lemak omega-3 yang tinggi dengan pemberian lima persen minyak ikan lemuru dan tepung pucuk daun singkong. Kandungan omega-3 meningkat hingga 78 persen.
“Di samping tinggi omega-3, rasio omega-3 dan 6 juga bernilai 5,3 atau mendekati sehat,” tuturnya.
Sementara, produk unggas kaya vitamin A dapat diproduksi dengan suplementasi seng organik dari tepung daun katuk dan penggunaan minyak sawit dalam pakan. Rekayasa nutrisi ini menghasilkan produk unggas rendah lemak dan kolesterol serta kaya vitamin.
Lebih lanjut, menurut Sumiati, bukti nyata hubungan antara pangan yang dikonsumsi dengan kejadian serangan jantung ditemukan pada rasio kandungan asam lemak omega-3 terhadap omega-6 di berbagai belahan dunia.
Bila makanan dengan rasio omega-6 lebih tinggi, kejadian serangan jantungnya juga sangat tinggi. Bukti tersebut dapat dilihat dari masyarakat Jepang dan Greenland yang mengonsumsi pangan seperti ikan dengan rasio omega-3 lebih tinggi.
Saat ini kesadaran akan hidup sehat, memperhatikan nutrisi yang mereka konsumsi dan menghindari terjadinya risiko penyakit menyebabkan kebutuhan pangan fungsional meningkat di tengah masyarakat. Tidak terkecuali produk unggas fungsional.
“Paling tidak, sebagai produsen ternak telur dan daging unggas harus mampu memproduksi pangan yang sehat sehingga dapat mencegah penyakit degeneratif akibat tingginya kandungan kolesterol,” papar Sumiati.