Semula hobi menjadi bisnis. Gemar memelihara burung paruh bengkok mendatangkan pendapatan besar.
Yanuar Bayu memanen 20 anakan burung paruh bengkok jenis sun conure—berumur rata-rata 3—4 bulan—pada Oktober 2018. Penangkar burung paruh bengkok di Kampung Makasar, Jakarta Timur, itu memiliki 8 pasang indukan produktif. Burung bertampang elok itu langsung terserap pasar dalam sekejap. Yanuar menjual seekor anakan burung anggota keluarga Psittacidae itu cukup fantastis, Rp3 juta—Rp3,5 juta per ekor tergantung kualitas.
“Jika sudah terampil hingga burung bisa terbang bebas atau free fly harga bisa sampai Rp5 juta per ekor,” kata pria yang akrab disapa Bayu Joe itu. Artinya pada bulan Oktober 2018 Bayu meraup omzet sekitar Rp60 juta—Rp70 juta dari perniagaan paruh bengkok. Menurut Bayu rata-rata omzet hasil perniagaan paruh bengkok Rp10 juta—Rp15 juta saban bulan. Artinya pria asal Jakarta itu melepas 3—5 anakan sun conure saban bulan.
Hobi burung
Menurut Bayu biaya perawatan 8 anakan total Rp3 juta per bulan. Rinciannya merawat 8 pasang indukan sun conure, 6 pasang indukan cocktail, dan 11 pasang lovebird. Dengan demikian laba rata-rata Rp7 juta—Rp12 juta per bulan. Meski begitu permintaan burung di atas kapasitas produksinya. Tak ayal Bayu kerap bekerja sama dengan beberapa rekan untuk memenuhi permintaan itu.
Permintaan tinggi itu lantaran banyak muncul pehobi anyar paruh bengkok. Jenis paruh bengkok yang tergolong ekonomis dan cocok untuk pemula adalah jenis sun conure. Menurut pemuda 28 tahun itu merawat burung jenis sun conure cukup mudah. Bagi yang sudah bisa menangkarkan lovebird pasti bisa menangkarkan sun conure. Namun, perbedaan dari jenis pakan. Sun conure lebih dominan mengonsumsi biji-bijian dibandingkan sayuran.
Pemberian sayuran hanya sesekali. Dalam setahun sun conure dan lovebird bisa sampai 6 kali bertelur, adapun cocktail 8 kali setahun, dengan jeda pemulihan kondisi indukan 1—2 bulan. Sekali bertelur rata-rata 4 butir. Pria kelahiran 18 Januari 1990 itu memang senang memelihara beragam jenis satwa klangenan, di antaranya pernah memelihara reptil dan burung elang. Namun, ia menjatuhkan pilihan hanya pada paruh bengkok sejak 2014.
Sebelum fokus pada pekerjaannya kini, Bayu adalah seorang penyunting video musik di salah satu perusahaan rekaman ternama di Indonesia.
Komunitas
Pada awal 2014 barulah dunianya berubah, Bayu keranjingan menangkarkan paruh bengkok. Pada tahun yang sama pula Bayu bimbang menentukan masa depannya. Musababnya pendapatan dari pekerjaan dan hobi bernilai sama.
“Dulu gaji saya Rp6 juta saban bulan, sama dengan hasil perniagaan paruh bengkok,” katanya. Atas dasar kecintaan dan kenyamanan Bayu memilih jalan total di paruh bengkok. Pilihannya tepat, kini setiap bulan pendapatnnya bisa 2—3 kali lebih banyak dibandingkan dengan pekerjaan sebelumnya. Menurt Bayu terjun di dunia paruh bengkok tidak terlepas dari komunitas. Musababnya, informasi tren baru datang dari komunitas. Bayu akan menggarap saluran video pribadi di media sosial bertema paruh bengkok.
Upaya itu dilakukan untuk ajang promosi dan membangun komunitas. Harap mafhum, berkembangnya banyak hobi dan komunitas pesat akibat media sosial. Harapannya semakin banyak acara berkaitan dengan paruh bengkok. Sehingga menunjang makin banyak acara merangsang tumbuhnya pehobi baru pencinta paruh bengkok. (Muhamad Fajar Ramadhan)