Taman tropis dan pemanfaatan atap untuk budidaya tanaman.
Taman tropis itu mengelilingi rumah Maria Liopisa di Ciganjur, Jakarta Selatan. Di atas lahan 5.000 m², Maria hanya memanfaatkan 300 m² untuk hunian, selebihnya berupa taman. Itulah sebabnya ketika memasuki hunian itu bagai berada di oase yang menyejukkan. Barisan pohon pinang Areca catechu sebagai penanda memasuki area taman. Namun, batang tanaman pinang yang tinggi langsing justru nyaris tidak terlihat.
Sebab, dari pangkal sampai dua pertiga tinggi batang menempel berbagai tanaman hias daun seperti kadaka, monstera, dan paku-pakuan.
Maria menghamparkan rumput di bagian tengah taman. Bagian tepi berupa pot-pot kadaka. “Kadaka memang salah satu tanaman favorit saya. Tanaman itu bagus untuk ornamen taman, baik sebagai tanaman hias maupun ditanam dalam pot. Daunnya yang lebar menjuntai dan bentuknya beraneka ragam dapat menutup ruang kosong pada taman,” ujar perempuan berhobi yoga itu.
Rumah pohon
Pepohonan besar berdaun lebar seperti plumeria tumbuh mengelilingi kolam. “Pada musim kemarau, area sekitar kolam menjadi wilayah yang paling nyaman karena sejuk. Kalau sudah di sana, betah untuk berlama-lama,” ujar perancang taman itu.
Di dekat kolam berdiri beberapa bangunan untuk pembibitan tanaman hias seperti anthurium, aglaonema, bromelia, dan air mata pengantin Antigonon leptopus. Tanaman merambat anggota suku Polygonaceae itu sengaja ditanam untuk menutupi sisi ruangan yang terbuka. Dampaknya intensitas sinar matahari tidak terlalu banyak. Saat air mata pengantin berbunga pemandangan amat indah. Bunga merah jambu kontras dengan hijaunya dedaunan di sekitarnya.
Ikon taman itu rumah pohon yang menempel di pohon trembesi Samanea saman. Maria mendesain rumah pohon dengan bahan kayu pilihan serta konstruksi yang kokoh menggunakan kayu bangkirai dan kayu besi demi keselamatan pengguna bangunan. Bangunan yang berdiri pada 2003 berketinggian 2,5 meter di atas permukaan tanah itu pun dapat bertahan hingga lebih dari 10 tahun.
Taman atap
Kehadiran tanaman yang tumbuh di tepi rooftop membuat kesan kaku pada bangunan menjadi sirna. Di lantai pertama ia mengisi ruangan di luar jendela dengan beberapa pot lobi-lobi berumur 3 tahun dan tanaman hias seperti puring dan beberapa pot berisi melati air.
Adapun di lantai kedua, Maria memaksimalkan “lahan” yang tersedia sebagai sumber keragaman hayati yang dapat dikonsumsi sendiri. Ia membangun taman atap. Lahan 25 meter x 25 meter itu penuh dengan tanaman buah dan sayuran antara lain terung mini, jeruk nipis, miracle fruit, delima, pandan, bahkan nanas.
“Roof top sangat strategis dimanfaatkan sebagai tempat menanam tanaman yang berguna bagi rumah tangga seperti sayuran dan buah-buahan karena mudah dijangkau sewaktu-waktu memerlukan,” kata Maria. Meski total lahan hunian tergolong luas, Maria memanafaatkan bagian atap yang penuh sinar matahari itu untuk budidaya tanaman sayuran dan buah.
Arsitek senior dari Bekasi, Jawa Barat, Ahmad Djuhara, mengatakan masyarakat kian menggemari bangunan dengan konsep taman atap. Taman atap dapat mengurangi efek pemanasan global. “Pada dasarnya, orang ingin memiliki ruang alami, tetapi tidak punya lahan luas. Rooftop bisa jadi alternatif membangun ruang terbuka hijau,” ujar Djuhara.
Menurut dosen di Departemen Arsitektur Lanskap Institut Pertanian Bogor, Dr Ir Qodarian Pramukanto, taman tropis sebuah konsep taman yang didesain menyerupai hutan tropis. Perancang menggunakan tanaman yang mempunyai banyak corak warna dan memiliki bentuk daun yang lebar. Selain itu pesona keindahan taman tropis semakin tampak dengan rerumputan liar, kolam, atau batuan alam.
Menurut Qodarian Pramukanto kunci taman tropis yang sehat adalah banyaknya sinar matahari dan air. Sebab, daun besar yang terdapat pada tanaman tropis membutuhkan tanah yang lembap sepanjang waktu. (Muhammad Hernawan Nugroho)
