Saturday, December 9, 2023

Ikan Baru Dari Aquarama ke Pentas Dunia

Rekomendasi
- Advertisement -

Ucapan itu membuat pengusaha ikan hias lain asal Singapura, Malaysia, dan Cina yang berkunjung ke stan itu sontak mendekat. Sambil berdesakdesakan mereka meneliti gambar tosakin anyar tangkaran hobiis asal Bandung itu. “Ini kartu nama saya. Bila ada barang saya juga minta,” ucap mereka sambil menyodorkan kartu identitas masing-masing.

Sepulang dari perhelatan akbar itu, Ever kebanjiran permintaan dari pengusahapengusaha maskoki seluruh dunia terutama Jepang. “Jepang sangat tertarik. Namun, saya sedang perbanyak makanya produksi masih terbatas,” tutur Ever. Menurut pria kelahiran Bogor 26 tahun silam itu tosakin hijau salah satu jenis Carassius auratus langka. Kualitas warna, ukuran, dan kondisi ikan belum tentu sama dengan indukannya.

Tosakin hijau

Tak salah bila Trubus berkunjung langsung ke farm Ever di kawasan Setiabudi, Bandung. Di sana terdapat 60 paso—kolam dalam bahasa Jepang—berdiameter 1 m berisi belasan hingga puluhan tosakin hijau. “Warna hijau dominan dari kepala hingga ekor,” ujarnya sambil menunjuk sepasang indukan berukuran 5—7 cm.

Tosakin hijau tangkaran Ever memang terbilang unik. Warna hijau terang keemasan seakan tumpah di sekujur tubuhnya. Lazimnya, tosakin berwarna merah, oranye, dan putih. Keistimewaan kian mencorong lantaran kepala dan ekor rumbai juga berwarna hijau kekuningan. Tosakin hijau jantan memiliki tubuh lebih ramping dan panjang; betina, bulat dan pendek.

Wajar bila harga mencapai jutaan hingga puluhan juta rupiah. Selain baru, ikan keluarga maskoki itu sulit ditangkarkan. “Tidak bisa 100% berhasil. Paling banyak 60% . Itu pun belum tentu berkualitas,” ucap Ever. Menurut pemilik Weyver Goldfi sh Farm itu sekali bertelur dapat dihasilkan 1.000 anakan. Namun, hanya 10% yang berhasil. Itu lantaran perkawinan indukan sesama tosakin hijau tak melulu melahirkan anakan hijau.

Budidaya dan pemeliharaannya juga sulit. Si hijau sangat peka terhadap perubahan pH air. Kondisi ikan drop dan malas berenang bila tingkat keasaman air tidak sesuai. Ia membutuhkan pH 6,5—7 untuk tetap bertahan. “Ikan stres kalau pH air tidak sesuai. Saya sekarang lagi menyesuaikan pH agar sama dengan Jepang,” ucapnya. Untuk air ledeng diendapkan 2—3 hari; air sumur cukup 1 hari. Air mengalir disarankan, agar ketersediaan oksigen tercukupi.

Selain itu, untuk menjaga warna hijau tetap muncul perawatan intensif seperti pakan dan pencegahan penyakit wajib dilakukan. Pemberian pakan berupa cacing beku diberikan 3 kali sehari dan pelet sebagai pakan tambahan. Bila pakan dijaga dengan baik, ekor dapat mekar pada umur 3,5 bulan. Warna hijau pun mulai tampak mendominasi tubuh. “Tosakin hijau tidak akan berganti warna bila belum mencapai 8—9 cm,” katanya.

Ikan baru itu termasuk rentan penyakit insang lantaran cacing Dactylogyrus sp. Cacing penyebab napas tosakin tersengalsengal itu biasanya terbawa dalam pakan segar seperti cacing sutera atau jentik nyamuk yang kurang bersih. Jadi, kebersihan kolam harus terjaga, minimal seminggu sekali dibersihkan. Bila telah terserang gunakan antibiotik siproxin sesuai takaran.

Brownghost

Tak hanya tosakin hijau milik Ever yang mempesona. Brownghost tangkaran Apin pun mampu menarik perhatian pengunjung yang memadati stan Indag Agro Jabar. Sosoknya memang tidak jauh berbeda dengan saudaranya, blackghost. Tubuh memanjang dengan ekor yang ramping.

Bedanya, sekujur tubuh ikan asal Peru itu berwarna cokelat dominan. Itulah sebabnya ia disebut brownghost. Selain itu, sosoknya lebih ramping dan kecil dibanding dengan saudaranya. Tubuhnya memanjang hingga 25—30 cm.

Keistimewaan lain Apteronotus leptorhychus itu memiliki garis oranye kekuningan yang melintang mulai dari kepala hingga ujung ekor. Garis terang dan tebal itu seakan membelah ikan menjadi dua bagian. Keunikan itulah yang membuat hobiis ikan asal Jepang, Singapura, dan dalam negeri berlomba-lomba untuk mendapatkannya. “Sampai sekarang belum dilepas dulu. Nanti kalau produksinya banyak kita jual,” kata Apin, penangkar ikan unik asal Bandung.

Menurut Apin ikan yang ditangkarkan sejak 2002 akhir itu membutuhkan perhatian ekstra untuk budidaya dan perawatan. “Ikan cukup rewel. Untuk dikembangbiakkan membutuhkan waktu lama,” ucapnya. Menurut pemilik Laksana Akuarium, Bandung, itu pemijahan dilakukan pada indukan jantan dan betina yang berumur minimal 0,5—1 tahun. Enam bulan kemudian ikan bertelur. Walaupun indukan betina mampu bertelur 100 butir, tetapi hanya 40—50 yang menetas.

Apin melakukan perawatan intensif. Pergantian air dilakukan seminggu sekali. “Air tidak boleh terlalu sering diganti. Proses adaptasinya bertambah lama,” ujarnya. Pemilihan air pun harus teliti. Sebelum ikan dimasukkan ke dalam akuarium, air harus diinapkan selama 2 — 3 hari. “Setidaknya pH turun bila telah diinapkan,” ujarnya. Untuk menstabilkan pH 6,5—7, Apin tidak menggunakan aerator. Daun ketapang kering 4—5 lembar diberikan untuk antibiotik.

Red frontosa

Ikan asli benua Afrika itu bersosok mungil. Panjangnya mencapai 30—40 cm. Ia istimewa karena tubuh pipihnya dihiasi lurik-lurik merah kecokelatan. Lazimnya lurik tebal itu berwarna hitam. Tak pelak, nama red frontosa melekat padanya. Ia kian istimewa lantaran lurik itu luber hingga sirip atas dan bawah.

Cyphotilapia frontosa membutuhkan pH tinggi untuk hidup, 8,5—9. “Di Afrika air sangat basa. Perlu dikondisikan seperti negara asal,” ujar Apin. Pria kelahiran Bandung 40 tahun silam itu menggunakan batu karang steril untuk menaikkan pH. Selain tingkat keasaman air tinggi, ia juga membutuhkan suhu rendah. Untuk pakan, bloodworm dan udang dapat diberikan.

Perbanyakan ikan bersifat agresif itu membutuhkan 1 jantan dan 4—5 betina dalam 1 akuarium. “Bila 2 jantan dalam satu akuarium bisa berantem. Akibatnya betina tidak bisa bertelur,” ujar Apin. Menurutnya red frontosa bisa dikawinkan massal asal jumlah jantan dan betina 1:2 dalam satu akuarium. Dengan cara demikian dalam sebulan ribuan anakan dapat diperoleh.

Zungaro

Sepintas warna anggota keluarga catfi sh itu mirip botia. Sekujur tubuh penuh dengan lurik hitam kuning. Namun, ia tampak beda lantaran warna lebih kontras dan tidak teratur. Corak kedua warna mirip loreng harimau, memanjang dan berselang-seling. Kombinasi kedua warna menjadi ciri khasnya karena selain tubuh, sirip hingga ekor pun berwarna serupa.

Kalau diteliti secara saksama, bentuk dan ukuran tubuh Pseodopimeladus zungaro itu seperti lele. Kepala lancip dihiasi sepasang sungut hitam yang panjang bak kumis. Bedanya, kepala zungaro lebih besar dan berwarna kuning gelap.

Namun, jangan tertipu dengan kecantikan ikan asal Peru itu. Ia memiliki sifat kanibalisme yang tinggi. “Dari 50.000 telur, yang menetas mungkin cuma 4.000 saja. Kalau tidak diperhatikan malah lebih gawat lagi,” kata Apin. Karena itu, setelah bertelur, indukan dan burayak harus segera dipisahkan. Tak pelak, untuk menernakkan zungaro diperlukan akuarium yang banyak dan tempat luas. Untuk mendapatkan anakan yang bagus, pilih indukan dewasa berumur 1,5 tahun lalu kawin suntik.

Ia termasuk ikan yang tidak rewel. Namun, bukan berarti perawatan diacuhkan. “Daya tahan ikan bagus. pH tinggi maupun rendah tidak masalah,” ujarnya. Untuk tetap menjaga kondisi prima, ia menyarankan pH 7,5—8. Pemberian pakan pun tidak perlu neko-neko. Cukup diberi bloodworn dan ikan cere sehari 3 kali. (Rahmansyah Dermawan/Peliput: Lastioro Anmi)

 

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Berkah dari Gunung Berapi

Trubus.id— Letusan gunung merapi kerap dianggap sebagai bencana bagi sebagian orang karena meninggalkan kerusakan fisik maupun korban jiwa. Namun,...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img