Sunday, September 8, 2024

Inovasi Pakan Wafer Kangkung Kering : Penyelamat Musim Kemarau

Rekomendasi
- Advertisement -

Trubus.id— Ketersediaan akan hijauan saat musim kemarau amat rendah. Selain itu, sumber hijauan makin terkikis dengan maraknya konversi lahan pertanian. Hal itu menjadi tantangan bagi para peternak.

Maka para periset di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (IPB),  Prof. Dr. Ir. Yuli Retnani, M.Sc., Dr. Indah Wijayanti, S.TP, M.Si., Sazli Tutur Risyahadi S.TP.,MT.,M. Si., Taryati, S.Pt., M.M, dan Novira Marle Setyani S.Pt., membuat pakan alternatif pengganti hijauan dari hasil sampingan pembenihan kangkung berupa kangkung kering.

Alasannya kangkung banyak dibudidayakan. Hasil sampingan itu tidak bersaing dengan bahan pangan manusia. Kangkung kering pakan lokal yang kian diminati oleh peternak rakyat. Terutama peternakan di perkotaan yang jauh dari sumber hijauan.

Sentra kangkung tersebar di Gresik, Jombang, Lamongan, dan Tuban—semua ada di Provinsi Jawa Timur. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi kangkung di Provinsi Jawa Timur sebesar 38.480 ton per tahun. Produksi kangkung dapat mencapai 50—60 ton per hektare (ha).

Di akhir musim hujan dan awal musim kemarau, petani menanam kangkung untuk memproduksi benih. Sementara daun dan batang tua (Ipomoea reptans) itu menjadi limbah karena tidak dapat dikonsumsi dan mengandung serat kasar yang tinggi. Sejatinya hasil sampingan pembenihan kangkung itu dapat dijadikan pakan ternak.

Caranya mudah para periset mengeringkan bahan itu supaya tidak busuk dan tahan lama. Setelah kering pakan pun dihaluskan. Setelah halus lazimnya menimbulkan debu yang menyebabkan iritasi pernapasan ternak sehingga para periset berinovasi mengolah kangkung kering menjadi wafer.

 Bahan pembuatan wafer terdiri atas kangkung darat kering yang dihaluskan dan molase dengan persentase 9%. Mula-mula periset mencampurkan semua bahan dalam mixer selama 10 menit. Pastikan homogen atau tercampur secara merata. Selanjutnya pencetakan dengan mesin kempa.

Pada mesin itu pemanas bagian bawah bersuhu 120—135°C dan bagian atas 80— 85°C. Tekanan mesin 1 atm dengan variasi waktu 3 menit, 5 menit, 7 menit. Ukuran ketebalan wafer yakni 2 cm dan 3 cm. Selanjutnya pendinginan pada udara terbuka hingga kadar air dan bobot wafer konstan. Terakhir timbang untuk mengetahui presentasi wafer.

Pakan itu telah melalui uji pola tingkah laku dan waktu makan wafer kangkung kering lebih cepat. Pengamatan daya terima selama 1 jam dengan pakan masing-masing 100 g wafer kangkung kering (P1) memiliki tingkat penerimaan 99%. Pola tingkah laku dan waktu makan mencium pakan (1,00 detik), menjilat (3,33 detik), dan mulai makan (7,33 detik).

Hasil analisis proksimat menunjukkan serat kasar kangkung kering 36,81—36,88%. Besar kecilnya total digestible nutrient—total energi yang berasal dari pakan yang dikonsumsi oleh ternak—tergantung pada kecernaan bahan organik pakan dan nutrien (protein kasar, serat kasar, lemak kasar, dan Beta-N).

Bentuk makanan, aroma, rasa, tekstur, dan temperatur lingkungan memengaruhi tingkat konsumsi ternak. Aroma pada wafer kangkung kering berasal dari pemanasan. Terdapat reaksi mailard (kecokelatan) karena penambahan molase.

Ketersediaan kangkung kering tidak bersaing dengan manusia. Namun, saat rumput gajah melimpah, itu yang utama. Wafer kangkung kering berpotensi untuk peternakan daerah perkotaan, pakan saat bencana, dan saat ternak dalam perjalanan.

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Produksi Ikan Nila Milik Pembudi daya di Sumatra Barat Meningkat dengan Sistem Bioflok

Trubus.id—Pembudi daya di Kota Sawahlunto, Provinsi Sumatra Barat,  Dwi Fandy mampu menuai 450 kg dari kolam berukuran 40 m2....
- Advertisement -
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img