Trubus.id—Menurut Guru Besar di Laboratorium Biologi Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Prof. Dr. Ir. Tualar Simarmata, M.S., pupuk berimbang merupakan salah solusi pemenuhan pupuk dengan mengombinasikan pupuk anorganik dengan pemanfaatan sumberdaya lokal atau pupuk organik.
“Jenis pupuk terbagi menjadi pupuk kimia sintesis alias anorganik dan kimia alami atau sohor dengan istilah pupuk organik,” katanya.
Lantas bagaimana jika sekadar mengandalkan pupuk organik? Menurut Tualar tantangannya perlu volume besar jika sekadar mengandalkan pupuk organik. Alasannya unsur hara dalam pupuk organik relatif lebih sedikit dibandingkan dengan pupuk anorganik.
Lebih lanjut ia mencontohkan, kebutuhan pupuk anorganik komoditas hortikultura sekitar 200 kg per ha per musim. Jumlah itu meroket menjadi 5—10 ton per ha per musim jika menggunakan pupuk organik dalam bentuk kompos atau pupuk organik padat.
Oleh sebab itu, kerap kali petani melakukan kombinasi antara pupuk anorganik dengan pupuk organik untuk pemenuhan kebutuhan tanaman. Tualar menuturkan inovasi pupuk dan pemupukan upaya intensifikasi meningkatkan hasil panen.
Keruan saja kini bermunculan inovasi pupuk. Misalnya POC kreasi PT Mandraguna Pusaka Indonesia berbahan baku lemak hewani yang mengandung asam amino. Inovasi itu terbilang baru, lantaran belum ada yang memanfaatkan lemak hewani sebagai pupuk.
Sumber pupuk organik asal hewan paling banter dari kotoran dan urine. Inovasi itu Rian temukan pada 2021 dari rangkaian percobaan sejak 2020. Sejumlah petani kian merasakan manfaat penggunaan pupuk organik yang mengandung asam amino itu.
Baca selengkapnya pada Majalah Edisi 652 Maret 2024 yang mengupas tuntas Inovasi Pupuk : Tingkatkan Produksi Hingga 100%. Dapatkan Majalah Trubus Edisi 652 Maret 2024 di Trubus Online Shop atau hubungi WhatsApp admin pemasaran Majalah Trubus.
