Trubus.id—Pemanfaatan usaha pertanian sebagai objek wisata dikenal sebagai Agrowisata. Beberapa wilayah di Indonesia memanfaatkan agrowisata untuk meningkatkan perekonomian masyarakat lokal.
Komoditas pertanian untuk agrowisata itu beragam mulai dari kebun buah, sayuran, hingga peternak kakao. Berikut inspirasi bisnis agrowisata.
Agrowisata melon
Kebun melon premium kini terbuka bagi para pengunjung. Para pelancong dapat merasakan sensasi memetik melon. Di Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, misalnya terdapat agrowisata petik melon.
Gilang Aditya Mahendra S.T., mengelola agrowisata melon bernama Kampoeng Melon The Pradah. Ia menanam jenis melon honey, rock melon, kinanti, dan pearl lady. Ketika panen tiba pengunjung berdatangan sehingga buah ludes dalam sepekan.
Agrowisata kakao
Agrowisata dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing bagi pekebun kakao. Desa Ekasari ditetapkan menjadi Desa Kawasan Kakao Organik oleh bupati Jembrana. Para turis lokal dan mancanegara kerap mengunjungi Desa Ekasari.
Bahkan desa itu menjadi daerah tujuan para delegasi dari 40 negara yang menghadiri acara Indonesia International Cocoa Conference (IICC) pada 2023 Di Desa Ekasari para pengunjung bisa praktik memetik buah kakao yang benar-benar matang hingga pengolahan fermentasi.
Agrowisata lengkeng
Dusun Renjah, Desa Sumberagung, Kecamatan Ngaringan, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah, memiliki agrowisata lengkeng. Muhamad Puji Hendriyanto yang menerapkan konsep agrowisata.
Agrowisata itu di lahan 25 ha milik Hendri terdiri dari 16 ha milik keluarga dan 9 ha lahan sewaan. Harga tiket Rp30.000 per orang untuk dewasa dan Rp25.000 per orang untuk anakanak. Para pengunjung biasanya membeli dengan harga Rp40.000 per kg.
Agrowisata jeruk
Sensasi petik jeruk sekaligus menikmati pemandangan alam nan hijau di Kampung Saribu Gonjong.Ya, Kampung Saribu Gonjong (Sarugo), Jorong Sungai Dadok, Kecamatan Gunuang Omeh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatra Barat membuka agrowisata jeruk.
Mereka juga bisa bebas berswafoto dengan latar barisan tanaman jeruk. Pengunjung membayar Rp15.000 per kg untuk jeruk yang dipetik dan di bawa pulang. Luas penanaman jeruk di Kampung Sarugo mencapai 200 hektare.