Pantas bila 7 dari 10 juri memilihnya menjadi the best of show. Sang juara memiliki belasan kuntum bunga yang bermekaran dalam satu tangkai. Meski cuma setangkai yang sarat bunga, tetapi tampilannya luar biasa. Saking banyaknya bunga, tangkai terlihat menjuntai.
Kelebihan lain warnanya langka, cokelat kehitaman dengan gradasi hijau di lidah. “Warna seperti ini jarang saya temukan,” ujar Dyah Widiastuty, salah seorang juri kontes. Ukuran bunga kecil, 5 cm, seimbang dengan ukuran tanaman yang juga mungil, 30 cm. Daun yang lebar, 8 cm, membuat bunga bak ratu yang mengintip dari balik tirai.
Ketat
Sebelum gelar tertinggi disandang, ia harus bertarung di kelas 46. Di sana ia berhasil menaklukkan Paphiopedilu m kolopakingii milik M. Sukni dari Dinas Pertanian Kalimantan Barat. Selanjutnya anggrek kesayangan Santy S Peeters itu masih harus bertarung di kelas section. Di sana bercokol grammathophyllum, bulbophyllum, dan coelogyne. Toh di penyisihan itu tak banyak hambatan menghadang. Gelar best in section pun direngkuhnya.
Usai berjaya di section, anggrek kebanggaan wanita asal Klaten, Jawa Tengah itu harus bertanding memperebutkan juara spesies. Di situ ia bertarung dengan jenis anggrek lain seperti dendrobium, phalaenopsis, dan vanda. Santy sempat kehilangan kepercayaan diri tatkala melihat saingannya yang begitu menawan. Sebut saja Phalaenopsis aphrodite milik Rose Farm. Jenis anggrek bulan berwarna putih itu berbunga lebat dan menjuntai sehingga layak diperhitungkan menjadi juara. Namun, kepercayaan diri Santy membuhul tatkala 5 juri menobatkan anggreknya sebagai the best in spesies.
Tibalah saat yang paling menegangkan. C . tenobrosom dipertemukan dengan jawara di kelas hybrid, phalaenopsis (Atien koala x Amabilis x Equestris ‘Alba’) milik Melrimba Sentra Agrotama untuk berebut tahta the best of show. Adrenalin Santy terpompa tatkala juri lama berembung menentukan yang terbaik.
Maklum phalaenopsis saingannya pun tak kalah cantik. Bunganya lebat sehingga tangkai menjuntai ke bawah. Warna putih bersih dengan corak ungu muda di petal. Belum lagi arah bunga yang seragam menambah cantik si bulan. Tak heran jika puspa pesona itu bisa merebut gelar hingga sampai juara di kelas hibrid. Hati Santy sontak gembira saat 7 juri yang datang dari Australia, Th ailand, Surabaya, Bali, Bandung, dan Jakarta itu menjatuhkan pita emas kepada anggrek nomor 061 itu.
Langka
Dari ratusan koleksi anggrek milik Santy, hanya Catasetum tenebrotum yang paling prima. “Tanaman lain belum berbunga,” ujarnya. Kemenangan itu tak lepas dari kerajinan Santy merawat anggrek itu. Anggrek yang dibeli dari Singapura 2 tahun lalu pada Singapore Orchids Festival 2003, disiram 3 hari sekali. Seminggu 2 kali ia menyemprotkan gandasil dan gaviota. Belum lagi minyak ikan yang kerap diberikan seminggu sekali. Insektisida seminggu sekali. Jika ada gejala serangan hama, semprotan insektisida meningkat menjadi 2 kali seminggu.
Alhasil, anggrek yang dibeli dari Yusuf Al Sagoff —penangkar anggrek senior Singapura—selalu tumbuh berbunga. “Anggrek dari Yusuf memang selalu menghasilkan bunga berkualitas,” ujar Santy. Saat ini sudah 3 pot anggrek garuda serupa yang mendiami rumahnya nan asri di Jagakarsa, Jakarta Selatan. (Dewi N Permas/Peliput: Syah Angkasa dan Corry Caromawati)