Trubus.id–Cabai bak tanaman keberuntungan bagi masyarakat di Desa Lubuk Cuik, Kecamatan Lima Puluh Pesisir, Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatera Utara. Komoditas itu menyejahterakan petani.
Luasnya lahan cabai di Kecamatan Lima Puluh Pesisir yang mencapai sekitar 630,52 hektare (ha). Desa Wisata Lubuk Cuik, menjadi sentra cabai terbesar di Sumatra Utara.
Menurut Ketua Kelompok Wanita Tani Sawitri Seroja, Sinta kesejahteraan masyarakat di sana berubah drastis. Dahulu saat menanam padi hanya beberapa orang yang bisa sekolah. Kini banyak warga yang bisa menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi.
“Rumah masyarakat di sini pun rata-rata sudah bangunan kokoh. Perputaran uang saat panen mencapai Rp1,2 miliar per hari selama 2 bulan panen di Desa Lubuk Cuik,” ujar perempuan berusia 36 tahun itu. Baca juga hilirisasi cabai.
Perbaikan nasib petani cabai di Desa Lubuk Cuik menjadi musabab desa tetangga turut menanam cabai. Desa lain yang menanam cabai yakni Desa Pematang Tengah, Desa Titi Merah, dan Desa Gambus Laut.
Total jenderal kebun cabai di Kecamatan Lima Puluh Pesisir mencapai 630,52 ha. Desa Lubuk Cuik memiliki kebun cabai seluas 85 ha yang menghampar di kanan dan kiri jalan.
Sebenarnya riwayat menanam cabai di Desa Lubuk Cuik melalui perjalanan yang cukup panjang. Semula padi menjadi komoditas utama dengan adanya bantuan sarana irigasi dari pemerintah Australia pada 1993. Baru pada 2004 lima petani mencoba tanaman selingan berupa mentimun, semangka, dan cabai.
Awalnya petani cuma coba-coba, tetapi cabai menunjukan hasil panen yang lumayan pada waktu itu. “Dari tiga tanaman itu, cabai lah yang harganya cukup bagus,” ujar Ketua Kelompok Tani Tani Makmur, Salidi. Baca juga Tanam Cabai Antirugi.
