Trubus.id—Maraknya perburuan, rangkong gading membuat Yokyok Hadiprakarsa dan tim Rekam Nusantara Foundation Rangkong Indonesia mengevaluasi status populasi dan ancaman rangkong gading melalui rapid assessment selama 2013— 2015 di Sumatra dan Kalimantan.
Salah satu metode yang ia lakukan yakni dengan mewawancarai warga yang tinggal di pinggir hutan. Musababnya pada situasi normal sebelum maraknya perburuan, rangkong gading sangat sulit ditemui. Spesies itu hidup di dalam zona inti hutan.
“Saya mengambil kesimpulan ini memang masif di semua habitat bahkan diperkirakan di beberapa habitat tertentu sudah mengalami kepunahan lokal akibat maraknya perburuan,” kata Yoki. Baik di Sumatra maupun Kalimantan, Yoki mendengar cerita serupa.
Ia menyampaikan hasil investigasi pada pertemuan komunitas ahli konservasi burung dunia di Singapura pada September 2015. Pada pertemuan itu hadir pula tim dari IUCN Red List. Pada Desember 2015, IUCN Red List meningkatkan status konservasi rangkong gading dari mendekati terancam (near threatened) menjadi kritis (critically endangered).
Meski demikian hingga kini Yoki mengatakan, belum ada data pasti terkait populasi satwa yang dipercayai sebagai jembatan atau penghubung antara roh leluhur dan masyarakat suku Dayak itu. Observasi untuk mendata populasi tetapi trennya diyakini terus menurun.
Kata vigil dalam nama Rhinoplax vigil itu berasal dari Bahasa Latin vigilante yang artinya sensitif. “Di hutan dia memang sangat sensitif untuk bertemu dengan manusia atau yang sekiranya mengancam,” kata Yoki. Harap mafhum bila tak banyak penelitian yang dilakukan.
Peneliti dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB, Ditro Wibisono Wardi Parikesit, meneliti distribusi rangkong gading di Kabupaten Kapuas Hulu selama 280 jam pengamatan.
Hasilnya dari beberapa jenis rangkong, tingkat perjumpaan tertinggi yakni rangkong gading dengan rincian 60 perjumpaan tidak langsung dan 4 perjumpaan langsung. Perjumpaan langsung Ditro secara langsung saat rangkong gading terbang dan bertengger pada siang menjelang sore. Sementara itu, perjumpaan tidak langsung melalui suara panggilan pada pagi dan sore.
Lokasi perjumpaan pada ketinggian 86—320 meter di atas permukaan laut. Enggang gading tergolong pemilih lantaran menginginkan diameter pohon sarang minimal 1 meter. Menurut Yoki spesies picky itu menyukai jenis pohon bernilai ekonomi tinggi seperti anggota famili Dipterocarpa atau meranti-merantian.
Kompetisi perebutan sarang cukup ketat saat memasuki musim berbiak. “Misal ada 100 pasang yang siap berbiak, hanya sekitar 10% yang berhasil menemukan lubang ideal,” kata Yoki.
Lazimnya rangkong berbiak 2—3 bulan dengan 2—3 anak tetapi rangkong gading lebih lama yakni sampai enam bulan dengan hanya satu anak. Rangkong gading juga diketahui monogami alias tidak berganti pasangan. Sifat pemilih rangkong gading juga berlaku untuk makanan yakni berupa buah beringin Ficus sp. (99%) dan binatang kecil (1%).
Buah ara F. xylophylla salah satu makanan favorit rangkong gading dan mamalia frugivora lainnya. Kompetitor pakannya yakni owa kelawat Hylobates muelleri dan binturong Arctictis binturong. Padahal rangkong lain bisa memakan rambutan, durian, atau sejenis pala hutan.
Pada 2017 Pemerintah Republik Indonesia mengambil inisiatif menyusun strategi rencana aksi konservasi (SRAK) dan meresmikannya pada 2018. Lembaga di dalam dan luar negeri mulai menunjukkan kepedulian dengan memasukkan rangkong dalam prioritas konservasinya.
Minat penelitian turut meningkat terbukti banyaknya makalah yang diajukan pada Konferensi Peneliti dan Pemerhati Burung di Indonesia (KPPBI) ke-6 pada 5—6 November 2021. Komponen yang tak kalah penting yakni masyarakat sekitar hutan habitat rangkong gading turut menjadi fokus Rangkong Indonesia.
Masyarakat dapat menjadi penjaga atau justru pemburu. Yoki dan tim tengah merancang ekowisata pengamatan rangkong gading agar masyarakat dapat memperoleh nilai ekonomi dari keberadaan rangkong tanpa membunuhnya.
Program lain yakni adopsi pohon sarang dan pohon pakan juga akan dijalankan sebagai alternatif penghasilan masyarakat sekitar habitat rangkong. Menurut Yoki, peran masyarakat sangat sentral. Musababnya 70% habitat rangkong termasuk rangkong gading ada di luar kawasan konservasi. Praktis peran menjaga habitat dan populasi ada di pundak mereka.