Dialah jumbo oranda, sang jawara dari Betawi. Kesempurnaannya bagaikan magnet yang menarik perhatian. “Gaya berenangnya lebih lincah. Uniknya lagi sirip atas tegak, seperti bendera yang berkibar,” ujar Kris Widjojo, juri asal Jakarta.
Andalan Victor itu memang oranda, tetapi ekor mengembang ke atas dan ke samping mirip ryukin. Namun, kepala tetap menonjolkan kegagahan oranda. Ciri-ciri itu meyakinkan Kris, maskoki itu pasti tidak 100% turunan oranda. Ada darah ryukin alias tosakin dalam tubuhnya. Penyilangan seperti itu telah lama dilakukan peternak Thailand.
Secara keseluruhan berdasarkan standar penjurian, bentuk tubuh, kepala, dan seluruh sirip nyaris sempurna tidak ada cacat. Gaya berenangnya penuh pesona dan seimbang. Itulah keunggulan oranda jumbo, sehingga ia bisa mengempaskan jumbo ranchu milik TM Walet, juara kelas ranchu. “Tubuh, kepala, warna, cara berenang, dan kesehatan grand champion ini lebih prima dibanding kandidat juara—jumbo ranchu,” komentar Kris. Juri lain asal Singapura, Alvin Lee, juga sependapat.
Antusias
Lomba yang diselenggarakan Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Provinsi DKI Jakarta dan panitia Klub Maskoki Jakarta itu mempertandingkan 6 kelas: ranchu, ryukin, oranda, open, top view, dan breeder. Tercatat 152 peserta dari Jakarta, Depok, Tangerang, Batang, Bandung, Sumenep, dan Magelang turun berlaga. Kontes berlangsung di ITC Permata Hijau, Jakarta Selatan, awal September 2005.
Ajang kali ini dimeriahkan munculnya pemain baru, seperti Bogos (Borobudur Gold.sh Society) yang terbentuk pada Januari 2005. Klub yang diketuai Rudy Rianto menurunkan 52 ekor di setiap kelas, kecuali kelas top view. “Soalnya baru dilombakan sebulan lalu. Takut ikan sakit lalu mati. Itu kan ikan mahal,” ujar pria berusia 23 tahun itu. Gebrakan pertama klub itu lumayan sukses. Mereka mampu meraih gelar juara umum. (Lastioro Anmi
Tambunan)
