Monday, March 3, 2025

Jalan Lain Menjual Kung

Rekomendasi

Ada yang menawar lebih tinggi?” teriak salah seorang di antaranya. Sambil menatang tinggi sebuah sangkar, kedua gadis berlenggak-lenggok di hadapan pengunjung layaknya pembawa papan ronde di atas ring tinju. Kepada penawar tertinggi perkutut itu diserahkan.

Bisa ditebak yang menggelar lelang perkutut dengan bantuan sales promotion girl (SPG) pasti Graha Sampurno Pekti (GSP) Entertainment. Pengelola acara yang khusus menjual perkutut-perkutut jawara itu punya banyak trik pemasaran. Ia yang pertama dan satu-satunya penjual perkutut dengan menggunakan tenaga SPG. Seperti pestapesta belanja yang digelar di mal-mal, GSP pun memberi titel khusus setiap program bursanya. Di antaranya Burmunan alias Bursa Murah Tenan, ada lagi Burgaring, pemendekan Bursa Harga Miring, dan Bursa Harga Khusus (Burgasus).

GSP bukanlah penangkar kelas kakap. Ia sekadar makelar di dunia perkutut. Namun, setiap acara pameran dan bursa yang digelarnya selalu ditunggu-tunggu para mania perkutut. Maklum, burung yang dihadirkan keluaran penangkar papan atas, seperti PSP, Selancar, ACC, Palem, Wayang, HSN, hingga IBM Bird Farm. Bahkan, berkali-kali pula ia mengusung perkutut hasil ternakan sejumlah farm besar di Thailand untuk mengisi ruang pamerannya.

ko Hadianto, pemiliknya, juga piawai dalam menyiapkan perkutut yang akan dilelang. Sebelum dipasarkan, perkutut yang dipasok para penangkar dipantau dan diseleksi kualitasnya. “Kalau ada yang tidak istimewa kualitasnya akan dikembalikan ke penangkar,” papar lajang 44 tahun itu.

Jemput bola

Dalam memasarkan perkutut, Eko tak hanya sekadar menjadi “penjaga gawang” di gerainya. Ia malah menerapkan teknik jemput bola dengan menggelar pameran dan bursa di berbagai daerah seperti di Jawa, Sumatera, Bali, hingga Lombok.

Di setiap pelelangan ia merekrut sales promotion girl (SPG). Mereka bukan sekadar pajangan yang mengumbar senyum kepada pengunjung. “Tugas utama mereka menarik perhatian konsumen sehingga mengenal produk lebih dalam,” ungkap sulung dari 6 bersaudara itu. Karena itu di setiap acara yang digelar para wiraniaga itu selalu aktif melayani konsumen. Pengetahuan seputar perkutut diberikan sebelum lelang.

Produk bermutu

Dengan inovasi itu setiap gelaran berhasil mengangkat pamor beberapa peternak yang sebelumnya belum dikenal. Di kalangan peternak besar pun ia menjadi jaminan pasar. Tak heran jika Eko memiliki posisi tawar kuat dengan farmfarm raksasa. “Mereka percaya, di tangan saya perkutut dapat dijual dengan harga baik,” kata Eko.

Eko tidak mengada-ada. Dialah yang pertama kali pada 1998 menggelar Gebyar Nasional Perkutut Trah Susi Susanti, perkutut legendaris Indonesia. Dua tahun berselang ia menggelar Bursa Rakyat Sepanjang Tahun dengan menggandeng farm besar tanah air dan Thailand.

Di kalangan para mania perkutut, nama Eko sangat populer. Jejaring yang dibangun memang sangat luas. Ia menjalin hubungan dengan Nurbuat Srimulat, GPH Prabukusumo, GKR Hemas, hingga Taufi k Kiemas. Bila mereka butuh perkutut berkualitas ia menyediakan. Oleh karena itu Eko perlu membangun ruang pamer di halaman belakang rumahnya. “Tak jarang sampai tengah malam, sekeliling kandang ramai dipenuhi pengunjung,” tuturnya. Mereka datang dari Yogyakarta, Depok, Cikarang, Palembang, Batam, dan Banjarmasin.

Dari halaman belakang rumahnya di bilangan Sapen, Yogyakarta, setiap pekan 10—15 perkutut berkualitas kontes terjual. Dengan harga minimal Rp500.000/ekor, Rp5-juta diraup. Saat Trubus berkunjung November lalu, 4 pasang perkutut berumur 9—12 bulan baru saja dikirim ke pemesannya. Total jenderal Rp15-juta masuk ke kantong Eko dari burung-burung berdarah TL-4 keluaran Edo Birdfarm. Sementara belasan sangkar lain menggantung di sana, siap dikirim kepada pemesan.

Peduli wong cilik

Di kalangan para mania, Eko juga dikenal peduli kemitraan. Ia memberikan induk unggul kepada para tukang becak dan mahasiswa di lingkungan tempat tinggalnya untuk dipelihara. Eko yang memasarkan hasil penangkaran itu dengan sistem bagi hasil.

“Saya ingin meyakinkan masyarakat, beternak perkutut menjadi solusi dalam perbaikan taraf hidup,” jelasnya. Ia memberi kesadaran pada masyarakat, bisnis seputar perkutut bisa dijadikan pilihan usaha. Banyak perajin sangkar, perajin cincin, dan peracik pakan kelas bawah yang dibinanya untuk meningkatkan penghasilan. Kiprahnya diganjar penghargaan oleh Persatuan Pelestari Perkutut Seluruh Indonesia (P3SI) dan GKR Hemas.

Hotline 24 jam

Tak pernah terlintas di benak Eko untuk berkecimpung di dunia perkutut. Kelahiran Semarang, Mei 1959 itu baru tertarik setelah diajak paman berkunjung ke salah satu farm besar di Bandung pada 1990. Ia membawa pulang beberapa ekor untuk dipelihara di Cimanggis, Depok.

Tertarik keberhasilan sang pemilik farm, ia memboyong beberapa pasang saat pulang ke Yogyakarta 1995. Di sana ia membangun belasan kandang. Dengan indukan jawara, lahir anakan berkelas. Generasi itulah yang dipasarkan sendiri dengan menggelar bursa dan pameran di berbagai kota.

Ia pun melayani jasa konsultasi gratis untuk para mania perkutut. Tak tanggungtanggung, 2 telepon di rumahnya menjadi jalur hotline 24 jam. Kadang sampai dini hari ia sibuk di ujung telepon melayani diskusi tentang unggas klangenan para priyayi. Jasa konsultasi salah satu langkah jitu untuk mempertahankan posisinya sebagai penguasa pasar.

Tak berlebihan bila perkutut keluaran GSP masuk ke kawasan Kebagusan Raya, Jakarta, kediaman presiden. “Waktu itu Taufik Kiemas melalui orang kepercayaannya meminta dicarikan beberapa perkutut bagus,” paparnya. Merasa puas dengan perkutut yang disodorkan, salah seorang putra beliau pun beberapa kali memesan lagi. (Fendy R Paimin)

 

 

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Daya Tarik Padi Jarwo

Hamparan sawah untuk budidaya padi jajar legowo menjadi daya tarik wisatawan. Trubus.id-“Mulyaharja ini surga tersisa di Kota Bogor.” Muhammad Khoerudin...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img