Friday, September 22, 2023

Jambu Air Yang Baru dari Batavia

Rekomendasi
- Advertisement -

Berulang-ulang Yanto menatap buah itu sambil mencocokkan dengan puluhan koleksi jambu air di kebunnya. ‘Saya belum pernah menemukannya. Ini pasti beda,’ kata ayah 5 anak itu.

 

Yanto tambah penasaran, ia memetik sebuah dan mencicipinya. ‘Hmm, jauh lebih manis ketimbang king rose apple. Rasanya juga renyah,’ katanya. Maklum, raja jambu air – sebutan king rose apple di Inggris – terkenal bongsor dan tidak berpinggang.

Keyakinan Yanto kian bulat saat panen kedua pada November 2005. Kerabat cengkih itu tetap berbeda dengan jenis lainnya. ‘Ini tak mungkin mutasi, pasti jenis lain yang belum diketahui,’ katanya. Ukuran rata-rata si loreng hanya ¾ dari king rose apple. Saat matang sekilo berjumlah 6 – 8 buah.

Bentuk daun hampir mirip dengan king rose apple. Namun, bila diperhatikan daun si loreng cenderung lebih besar dan mendatar. King rose apple lebih kecil dan agak melengkung membentuk perahu. ‘Karena mirip itulah, saya bisa tertipu. Beruntung buahnya istimewa,’ katanya.

Lebih manis

Penasaran dengan si loreng, Trubus memboyong beberapa buah ke Reza Tirtawinata, pakar buah di Taman Wisata Mekarsari (TWM), Cileungsi, Bogor. Ternyata, dugaan Yanto tak meleset. Begitu disodorkan, Reza langsung mengatakan si loreng bukan king rose apple. ‘Bukan dari golongan rose apple. Bentuk dan warna saja sudah berbeda.’ katanya. Golongan rose apple ialah sebutan – yang hanya populer di Indonesia – untuk jambu air yang didatangkan oleh almarhum Suwarto, importir buah, pada masa 90-an. Mereka antara lain: king rose apple, red rose apple, dan pink rose apple.

Menurut Reza, rasa manis si loreng mulai terlihat sejak buah dibelah. Kombinasi warna hijau dan merah setebal 1 cm tampak dominan pada daging buah bagian luar. Warna hijau itu menunjukkan proses fotosintesis tak hanya berlangsung di daun tapi juga di buah. Akibatnya, gula yang terbentuk di buah lebih banyak. ‘Kadar manisnya di kisaran 120 briks,’ katanya. Ciri itu lebih terlihat pada buah setengah tua.

Komentar serupa datang dari Eddy Soesanto, pemilik Tebu Wulung. ‘Warna lebih gelap dan bergurat. Mirip black diamond,’ katanya. Benar saja, ketika disandingkan antara si loreng dan black diamond keduanya hampir serupa. Namun, menurut Reza si loreng bukan king rose apple dan black diamond. ‘Mutiara hitam tidak loreng. Guratan seperti itu bisa kita temui pada jambu sukaluyu,’ katanya. Agar tak kecele memutuskan jenis apa, Reza menyarankan melihat perkembangan sosok jambu itu selama 2 tahun. Karena bisa saja perubahan warna dan sosok itu akibat musim dan lingkungan yang berbeda.

Wonoayu

Tak hanya si loreng jambu istimewa yang muncul sepanjang 2005. Pada pertengahan tahun, Trubus dikabari J Ong Gwan Lok, seorang tabib kelahiran Bojonegoro yang tinggal di Jakarta. Ia mengatakan jambu di halaman rumahnya termasuk jambu terbaik yang pernah ia temukan. Kolektor barang-barang kuno itu menyebutnya jambu wonoayu. Namun, ia baru memboyong cangkokan wonoayu ke Batavia di awal 80-an dari sebuah desa di Ponorogo, Jawa Timur.

Saat Trubus telusuri langsung ke rumahnya, di bilangan Pasarbaru, Jakarta Pusat, batang jambu setinggi rumah 2 tingkat berdiri kokoh di halaman rumah. Ia terlihat tangguh bertahan hidup karena sekeliling batang nyaris tertutup semen. Namun, di atasnya bergelayutan jambu berwarna hijau terang. Saat dicicipi bunyi kres terdengar jelas tanda buah renyah. Rasanya, manis dan harum. Ukuran buah tidak terlalu besar, 10 – 15 buah per kg. Sayang, biji besar dan berongga sehingga koclak bila digoyang.

Menurut Reza, sebagai buah lokal hanya 1 keistimewaan wonoayu. ‘Rasanya manis. Saya duga mencapai 120 briks,’ katanya. Ia setara dengan cincalo hijau dan camplong. Biji yang besar kurang cocok untuk buah konsumsi, tapi bagus untuk indukan persilangan karena mudah menghasilkan keturunan. Walau begitu, menurut Eddy, buah yang setara dengan cincalo hijau dan camplong layak untuk dikoleksi. ‘Di berbagai nurseri, keduanya tergolong laris diburu hobiis. Apalagi ini jenis baru!’ katanya. Penasaran dengan si loreng dan wonoayu? Bersabarlah 1 – 2 tahun lagi karena ia belum diperbanyak. (Destika Cahyana)

- Advertisement -
- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Menteri Teten Dorong Hilirisasi Bawang Merah Brebes

Trubus.id— Pengembangan produk turunan bawang merah menjadi salah satu solusi mendorong kesejahteraan petani dan usaha kecil menengah (UKM) di...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img