Jutaan dolar dihamburkan tidak sayang dikeluarkan. Tak heran jika di usianya yang menginjak setengah abad lebih, tubuh peraih 5 kali Grammy Award itu, tetap kencang dan sintal.
Serupa tapi tak sama, di Sragen, Jawa Tengah, juga ada jamur kuping berukuran ekstrabesar lantaran rutin disuntik. Bukan dengan silikon tapi dengan ekstrak campuran tetes tebu dan kecambah kacang hijau. Efeknya diameter jamur kuping membesar hingga 25—30 cm. Itulah hasil riset Ir Ujang, pekebun jamur kuping di Sambungmacan, Sragen, Jawa Tengah.
Hasil temuan Ujang telah diterapkan oleh beberapa pekebun di Karanganyar, Jawa Tengah. Trubus sempat menyaksikan deretan baglog dengan jamur kuping meraksasa di rumah beberapa pekebun. Sayang, masa produksi belum usai sehingga belum dapat diketahui total produksi.
Lima kali lipat
Disebut ekstra lantaran ukurannya yang tidak biasa. Diameter mencapai 25—30 cm. Padahal biasanya hanya berkisar 15—20 cm. Ukuran membesar otomatis mendongkrak bobot jamur. Tidak tanggung-tanggung, lonjakan produksi meningkat 4—5 kali lipat produksi normal. Dari baglog ukuran 1,4 kg alumnus Universitas Tunas Pembangunan itu bisa memanen 3/4 kg Auricularia polytricha segar sekali petik. Total dari 7 kali panen, ia menuai 4—5 kg segar. Masa produksi Oortjeszwam—sebutan jamur kuping di Eropa—itu mencapai 5 bulan. Umumnya pekebun, produksi hanya 0,8—1 kg dari baglog berukuran sama.
Rahasianya ada pada penambahan ekstrak tetes tebu dan kecambah kacang hijau. Kedua bahan diblender, diendapkan, dan disaring. Bahan itulah yang disuntikkan secara periodik ke dalam baglog. Dosis 2 cc per baglog. Interval pemberian tiap 3—4 hari sekali sejak miselium tumbuh. “Kecambah kacang hijau kaya auksin, zat pengatur tumbuh yang fungsinya mendorong pembesaran sel. Sedangkan tetes tebu mengandung hara yang baik untuk pertumbuhan jamur,” ungkap Ujang. Tetes tebu mengandung 50—60% gula, sejumlah asam amino, dan mineral.
Kedua bahan itu nutrisi tambahan bagi jamur. Selama ini pemeliharaan jamur kuping tidak menuntut pemberian pupuk atau hara tambahan setelah tanam. Kebutuhan nutrisi untuk tumbuh, 100% bergantung pada substrat di dalam baglog.
Adi Yuwono, pakar jamur yang dihubungi secara terpisah mengakui, ”Itu penemuan spektakuler,” ujarnya. Selama ini produksi jamur kuping antara 50—85%. Artinya jika bobot baglog 1,4 kg, produksinya antara 0,7—1,1 kg. Dengan tambahan pupuk milik Ujang, produksi mencapai 4—5 kg, bahkan pernah hingga 6 kg.
Hal sebaliknya diungkapkan Harry Handoko, praktisi jamur kuping di Ciloto, Cianjur. Menurut Harry peningkatan produksi hingga 4—5 kg sangat langka dan jarang terjadi. Apalagi dengan teknologi penambahan suplemen. Masih perlu penelitian lebih lanjut. Ia juga mengingatkan bahaya kontaminasi yang mungkin terjadi saat pupuk tambahan disuntikkan.
Murah
Proses mendapatkan formulasi pupuk sendiri tidak segampang pembuatannya. Ujang melakukan penelitian selama 2 tahun untuk mendapatkan takaran yang pas. Empat ribu baglog jamur kuping sempat dijadikan media percobaan. Hasilnya memuaskan. Produksi terendah saja 3 kg.
Untuk mendapatkan produksi itu Ujang hanya membutuhkan tambahan biaya sangat kecil, hanya Rp25.000/2.000 baglog. Tetes tebu bisa didapat dari hasil samping pabrik gula atau dari gula jawa (merah). Kecambah kacang hijau bisa didapatkan dengan mudah di pasaran.
Selain pada jamur kuping, Ujang juga memberikan pupuk ini di jamur tiram. Hasilnya bahkan lebih luar biasa. Umur panen terdongkrak nyata hingga 7 bulan, dari sebelumnya hanya 4 bulan. Peningkatan hasilnya pun signifikan, 4—5 kali lipat. (Laksita Wijayanti/Peliput: Sardi Duryatmo)