
Beragam jenis batu berperan dalam dunia pertanian.
Ayub S. Pranata, penangkar anggrek senior di Lembang, Bandung, Jawa Barat, hanya mengandalkan batu kerikil dari kawah gunung Tangkubanparahu sebagai media tanam paphiopedilum. Ia tidak menambahkan media lain seperti pakis atau arang sekam. Menurut Ayub batu kerikil menjaga pH tetap netral sehingga pertumbuhan paphiopedilum optimal. “Perakaran pun sehat lantaran media tidak terlalu lembap,” ujarnya.
Ayub menuturkan sebagian besar paphiopedilum tergolong anggrek teresterial alias tumbuh di permukaan tanah atau di sela-sela batu. Itu sebabnya, ia memilih batu sebagai media tanam tunggal sesuai habitat sang anggrek berkantong. Hasilnya, paphiopedilum tumbuh subur. Lembaran daunnya besar, hijau, dan mengilap. Koleksi yang menghuni rumah tanam seluas 100 m2 itu pun berbunga produktif.

Multimanfaat
Ayub menjelaskan membudidayakan anggrek butuh kejelian. Penggunaan media yang kurang tepat memicu cendawan penyebab busuk akar. “Batu menjadi pilihan lantaran memudahkan aerasi dan lebih awet,” ujarnya. Aplikasinya pun mudah. Ia cukup mencuci bersih batu seukuran kelereng itu sebelum dimasukkan ke dalam pot. Cara serupa juga digunakan untuk membudidayakan anggrek bulan.
Di dunia pertanian pemanfaatan batu bukan hal baru. Pasir, rockwool, perlite, dan zeolit merupakan contoh media tanam dari bebatuan yang gampang dijumpai. Malahan, pasir dianggap sebagai media tanam alternatif yang menggantikan fungsi tanah. Adapun perlite menjadi andalan pehobi tanaman hias untuk menjaga porositas media tanam sehingga akar tanaman bebas busuk.
Perlite alias pearlstone berasal dari batuan vulkanik yang dipanaskan pada suhu tertentu. Pehobi sansevieria di Bekasi, Jawa Barat, Pangestu Hadi, menggunakan perlite untuk merangsang pertumbuhan akar sansevieria. Ia membenamkan perlite mengelilingi akar tanaman lantas menutupnya dengan arang sekam dan pasir malang.

Zeolit mengambil peran penting dalam budidaya akuaponik. Zeolit bertugas menyaring air dari senyawa-senyawa berbahaya sebelum dialirkan kembali ke kolam ikan. Kelebihan lain, batu zeolit lambat urai sehingga bisa digunakan dalam jangka waktu lama. Itu sebabnya, penggemar akuaponik menambahkan zeolit dalam komposisi media tanam.
Sementara itu rockwool kondang sebagai media tanam terbaik untuk budidaya sayuran hidroponik. Purwantoro DS, pemasok perlengkapan hidroponik di Jakarta, menuturkan rockwool terbuat dari batuan vulkanik yang diproses sedemikian rupa hingga berbentuk lembaran dan bertekstur lembut seperti kapas. Kapas batu itu menjadi favorit pekebun hidroponik lantaran mampu menyerap banyak air. Selain itu, mudah dibawa dan ramah lingkungan.

Taman batu
Kini peran batu bukan sekadar untuk media tanam. Batu alam berguna untuk memperindah taman. Para perancang taman menggunakan bebatuan untuk menciptakan kesan natural dan memberi aksen dalam taman. Guru besar Departemen Arsitektur Lanskap Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Dr Ir Hadi Susilo Arifin menuturkan taman yang memadukan tanaman dan bebatuan di lahan terbuka yang cukup luas merupakan karakter taman-taman Jepang pada awal periode Edo, era 1600-an.
Adapun batu-batu alam bercorak artistik menjadi incaran pencinta seni batu indah alias suiseki. Menurut Kepala Museum Geologi di Bandung, Jawa Barat, SR Sinung Baskoro, ukiran alami yang terbentuk pada batu itu terjadi akibat proses pengikisan selama ribuan tahun. Batu-batu indah itu dapat dijumpai di sungai, tepian pantai, perbukitan, dan pegunungan. Namun, kehadirannya bagai mata pisau. “Eksploitasi tanpa kontrol dapat merusak lingkungan dan memicu bencana alam,” ujarnya.

Pencinta batu alam tetap dapat memanfaatkan batu tanpa merusak alam. PT Puri Kemenangan Jaya menyediakan keramik Centro seri terbaru dengan warna dan corak khas batu alam yaitu rock series. Presiden direktur PT Puri Kemenangan Jaya, Jusmery Chandra menuturkan rock series untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang menginginkan keramik bertekstur batu alam. “Permukaan rock series khas batu alam yakni terasa kasar bila diraba,” ujarnya.
Kusno Widjaja Sunadi di Cempakaputih, Jakarta Pusat, tertarik menggunakan rock series sebagai materi kolam. Kusno membangun kolam berukuran 7 m x 5 m x 3 m untuk koi koleksinya. Awalnya ia berniat menggunakan batu alam. “Sayangnya, batu alam gampang berlumut,’ ujarnya. Pilihannya pun jatuh pada rock series yang memiliki motif dan corak mirip batu alam. (Andari Titisari)