Trubus.id — Warna dan pola sayap kupu-kupu memang beragam. Antarspesies mempunyai pola dan warna berbeda. Hal itu bermanfaat sebagai identitas diri. Pola dan corak warna kupu-kupu untuk mengenali sesamanya.
Contoh kupu-kupu anggota famili Nymphalidae cenderung berwarna cokelat kekuningan. Dengan pembeda warna seperti itu, antarspesies kupu-kupu dalam satu keluarga tak dapat berkopulasi alias melangsungkan perkawinan.
Bila terjadi kopulasi, biasanya lahir keturunan yang infertil. Dengan perbedaan warna dan corak sayap, perkawinan beda spesies jarang terjadi. Kupu-kupu cukup tahu diri: ia memang binatang lemah.
Toh, ia memiliki senjata pamungkas, menyesuaikan diri dengan mengubah warna sesuai lingkungan di sekitarnya. Sayap yang ngejreng itu berubah menjadi gelap seperti tempat persembunyiannya. Ada pula yang mampu mengubah warna sayap persis warna kulit predator.
Bola mata kupu-kupu burung hantu Caligo sp malah mampu memancarkan cahaya. Predator yang bersiap memangsa pun silau sehingga justru menyerang sayap. Yang rusak, ya sayap kupu-kupu. Meski demikian, ia mampu bertahan. Kerusakan sayap biasanya menyebabkan kupu-kupu sulit terbang. Akhirnya, mati juga. Pemangsa tak khawatir menyantap kupu-kupu yang lucu.
Namun, ketika masih menjadi kepompong ia membalut tubuhnya lantaran risiko dimangsa predator sangat tinggi. Bahkan, sebagai pertahanan diri, beberapa jenis larva sengaja mengonsumsi daun yang mengandung zat beracun bagi pemangsa.
Sebelum meregang nyawa, kupu-kupu sudah berjasa. Sebab, kupu-kupu tidak cuma mengisap nektar, tetapi juga menjadi penghulu yang mempertemukan serbuk sari dan kepala putik beragam tanaman. Serbuk sari menempel di antena saat kupu-kupu mengisap nektar.
Serangga cantik itu mempertemukannya ke kepala putik tanaman lain. Ketika itulah penyerbukan terjadi. Itulah sebabnya hilangnya kupu-kupu mempengaruhi keseimbangan ekosistem. Terutama, keragaman hayati tumbuhan berumah dua—bunga jantan dan betina terpisah pada 2 pohon. Kupu-kupu berjasa mempertemukannya.
Meski ajal menjemput, serangga itu tetap berjasa sebagai pendaur ulang mineral. Sembilan puluh persen penghuni bumi adalah serangga. Serangga seperti kupu-kupu mengisap nektar sembari mengambil zat besi. Begitu mati, tubuh kupu-kupu hancur sehingga zat besi kembali ke tanah. Dengan demikian, jumlah mineral di bumi konstan.