
Kontes serama Piala Walikota Prabumulih berhadiah terbesar sepanjang kontes di tanahair, bahkan dunia.
Mata H Yusuf Dearly berbinar-binar setelah Nying Nying menyabet gelar best of the best (BOB). Atas prestasi serama kebanggaannya itu, Yusuf menerima uang pembinaan Rp7-juta. “Senang sekali, karena lebih dari Rp10-juta bisa saya bawa pulang. Sebagai juara pertama di kelasnya, jantan tanpa lawi, Nying Nying dapat juga uang pembinaan. Belum lagi tambahan dari serama lain yang juara,” kata pehobi asal Kota Depok, Jawa Barat, itu.
Walikota Prabumulih, Provinsi Sumatera Selatan, Ridho Yahya, yang mengundang seramamania—julukan untuk para pehobi serama—di seluruh tanahair memang ingin memanjakan mereka. “Prabumulih harus yang terbaik, baik dalam penyediaan hadiah maupun penyelenggaraan kontes,” kata Ridho. Keinginan itu terlihat ketika pada malam sebelum kontes, 25 Oktober 2014, Ridho Yahya menjamu para pehobi makan malam dan menyuguhkan hiburan musik di panggung pendopo rumah dinasnya yang ditata apik.
Tumpahruah
Kontes serama untuk memeriahkan hari ulang tahun ke-13 Kota Prabumulih. Ridho bersama jajarannya tetap mengawal kontes yang diikuti 280 serama dari seluruh penjuru tanahair. Serama-serama legendaris seperti Pesona Sembilan, Black Gigolo, dan Megat Taraweh yang menyandang BOB di Pali pada kontes beberapa pekan sebelumnya, ikut ambil bagian. Itulah sebabnya persaingan sangat ketat di setiap kelas.
Namun, yang paling menonjol penampilan Audie, milik Zikry dan Joti dari Jambi. Serama berumur 2 pekan itu memukau karena gaya dan stamina yang luar biasa, sehingga juri pun mendaulatnya sebagai best of chick (BOC). “Seramanya bagus-bagus, tapi tetap tidak bisa mengalahkan ayam saya hasil silangan ayam hutan merah liar dengan ayam kampung,” kata Ridho.

Selain itu Kontes Serama Asean IV juga berlangsung di Kediri, Jawa Timur, pada 16 November 2014. Serama-serama terbaik dari Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi mengikuti kontes serama. Itu kontes keempat kalinya diikut oleh 339 serama berkualitas berlaga dalam 16 kelas. Kelas jantan muda dengan peserta terbanyak, 36 ekor dan kelas anakan betina B (35). Sementara kelas laga bintang betina yang baru pertama kali diadakan diikuti 9 ekor.
“Daya tarik kontes ini selain diikuti serama dari dalam dan luar negeri, juga mendatangkan juri kenamaan asal Malaysia,” kata Edy Yuwono, ketua penyelenggara yang sekaligus Presiden Republik Serama Kediri. Dari 10 juri terpilih, 3 di antaranya dari Malaysia yakni Sahasdi Yusof, Nik Ibrahim Nik Daud, dan Suhaimey Haron.
Juri memilih Kenmaster, serama tanpa lawi kebanggaan Mario dari Serama Independent Community Jakarta, sebagai best of the best dan Philipines dari kelas anakan B didaulat sebagai best of chick. Sahasdi Yusof menilai, “Serama Indonesia sudah cantik-cantik sama dengan Malaysia.” Terbukti di kelas anakan yang diikuti sekitar 105 ekor terjadi persaingan yang sangat ketat.
Menurut Yusof para pehobi di Indonesia kini tidak bergantung kepada para peternak di Malaysia. Senada dengan pernyataan Edy Yuwono, “Peningkatan kualitas serama sejak Asean Contest I hingga IV sangat signifikan. Sayang, keinginan untuk menghadirkan pehobi dari Thailand serta Filipina, sebagai pembanding belum terwujud. (Karjono)