Friday, January 17, 2025

Jejak Kehidupan Rafflesia

Rekomendasi
- Advertisement -
Bunga Rafflesia patma berpenampilan elok saat sedang mekar.
Bunga Rafflesia patma berpenampilan elok saat sedang mekar.

Kebun Raya Bogor sukses menumbuhkan rafflesia di luar habitat.

Ia muncul sempurna hanya 3—4 hari. Setelah itu ia perlahan menghilang. Wajar jika masyarakat selalu menanti kehadirannya. Itulah bunga langka Rafflesia arnoldi. Bahkan masyarakat Eropa yang tak memiliki spesies itu takjub pada keunikan sebuah bunga berukuran raksasa yang muncul tanpa batang dan daun. Warna jingga berbercak putih tampak elok menyelimuti mahkota bunga.

Masyarakat Eropa mengetahui keberadaan bunga itu antara lain karena surat kabar harian berbahasa Jerman Botanische Zeitung yang terbit pada 7 April 1857 mengulas Rafflesia arnoldi. Keberadaan bunga itu menggemparkan masyarakat Benua Eropa. Nama, tanaman itu untuk mengabadikan penemunya, yakni Gubernur Jenderal Bencoolen alias Bengkulu, Sir Thomas Stamford Raffles, dan pencinta alam Dr. Joseph Arnold.

Mereka menemukannya di Pulau Lebar, Bengkulu Selatan. Hingga kini peristiwa mekarnya bunga rafflesia selalu menjadi kabar yang paling dinanti. Sejumlah media cetak dan elektronik berlomba memberikan kabar mutakhir. Contohnya saat R. patma mekar pertama kali pada 3 Juni 2010 di Kebun Raya Bogor. Sejumlah media berbahasa asing, seperti The Guardian, Jakarta Shimbun, Eurogate, Die Garten, memberitakan peristiwa langka itu.

Beragam jenis

Kenop bunga rafflesia.
Kenop bunga rafflesia.

Masyarakat juga begitu antusias melihat langsung kemegahan sang bunga. Kumpulan pelajar memenuhi unit reintroduksi dan pembibitan, Kebun Raya Bogor, Jawa Barat. Mereka terkesima menyaksikan mekarnya Rafflesia patma. Para pejabat tinggi dari berbagai negara juga berdatangan. Rafflesia menjelma bak primadona yang selalu ditunggu kehadirannya.

Rafflesia sejatinya terdiri atas banyak sekali spesies. Indonesia mempunyai 13 spesies—10 spesies di antaranya tumbuh di Sumatera—dari total 27 spesies rafflesia di dunia. Rafflesia arnoldii dan R. patma adalah spesies rafflesia yang populer di Indonesia. Contoh spesies lainnya adalah R. rochusenii, R. bengkulensis, R. meijeri, R. lawangensis, dan R. zollingeriana.

Semua anggota famili Rafflesiaceae itu hidup di kawasan khusus dengan lokasi yang sangat spesifik. R. arnoldii, misalnya, hanya dapat ditemukan di Pulau Sumatera, khususnya di Padang, Sumatera Barat, dan Bengkulu. Rafflesia juga hanya mekar sebentar, yakni hanya 3—5 hari. Pada hari berikutnya bunga tampak layu. Oleh karena itu menyaksikan rafflesia mekar menjadi momentum istimewa.

Calon bunga rafflesia.
Calon bunga rafflesia.

Kehidupan rafflesia sangat bergantung pada tanaman inang. Mereka tidak memiliki daun sebagai organ untuk berfotosintesis. Itu sebabnya rafflesia tergolong tanaman parasit. Sosok rafflesia hanya berupa bunga yang hidup menumpang pada tanaman berjenis anggur hutan Tetrastigma sp. Tetrastigma hidup menjalar dan merambat ke pohon-pohon di sekitarnya sebagai panjatan untuk menjangkau sinar matahari.

Bunga rafflesia berumah dua. Artinya bunga jantan dan betina terdapat pada individu berbeda. Oleh sebab itu untuk menghasilkan buah harus ada bunga jantan dan betina yang mekar bersamaan. Sayangnya peristiwa bunga jantan dan betina mekar serempak sangat sulit terjadi, sekalipun di habitat aslinya. Proses penyerbukan bunga pun bergantung pada serangga penyerbuk berupa lalat Lucillia sp yang membawa serbuk sari bunga jantan ke bunga betina.

Tanaman inang

Penampakan buah Rafflesia arnoldii.
Penampakan buah Rafflesia arnoldii.

Buah rafflesia mengandung ratusan ribu biji. Biji rafflesia sehalus gula pasir, tetapi bercangkang keras. Belum jelas diketahui bagaimana biji bisa masuk dan berkembang biak dalam tubuh inang. Para ahli menduga ada sejenis zat yang dikeluarkan tanaman inang yang menangkap biji rafflesia dan menyimpannya dalam jaringan tanaman inang. Namun, tidak semua inang mengeluarkan zat itu saat biji tersebar.

Hanya biji yang muncul pada saat yang tepat yang dapat menyusup, lalu tumbuh, dan berkecambah di dalam tubuh inang. Kesehatan tubuh inang sangat menentukan pertumbuhan rafflesia menjadi bunga dewasa. Harap mafhum, mereka menyerap nutrisi dari inang sebagai sumber energi agar mekar sempurna. Oleh sebab itu tanaman inang yang ditumbuhi bunga parasit berdiameter hingga 100 cm itu rentan merana.

Apabila tidak terganggu pertumbuhannya, bunga rafflesia akan matang dalam waktu 8—12 bulan. Seandainya nutrisi dalam tubuh inang sedikit, maka bunga gagal mekar. Oleh karena itu rafflesia harus menjaga laju pertumbuhannya selambat mungkin agar inang tidak terlalu terganggu. Dengan begitu keduanya dapat bertahan hidup. Kelangsungan hidup inang semakin rentan jika puluhan calon bunga hidup menumpangi.

Rafflesia hidup di lokasi tertentu dan spesifik.
Rafflesia hidup di lokasi tertentu dan spesifik.

Itu lantaran mereka menyadap habis nutrisi dalam tubuh tanaman inang. Siklus kehidupan itulah yang menyebabkan rafflesia berkarakter langka dan para ahli pun sulit memanipulasi dalam kondisi buatan maupun budidaya. Para ahli berupaya menumbuhkan rafflesia di luar habitatnya. Pada 1830 Johannes Elias Teijsman—direktur Kebun Raya Bogor—memindahkan R. patma beserta tanaman inang dari Nusakambangan, Jawa Tengah.

Laporan menyebutkan pada 23 Maret 1850 dan 6 Oktober 1850, R. patma berkelamin jantan itu berbunga. Pada tahun yang sama, ahli botani berkebangsaan Belanda, Simon Binnendijk, juga sukses membawa R. rochusenii jantan ke Kebun Raya Bogor. Seorang profesor sekaligus ahli botani dari Universitas Leiden, Hugo Marie De Vries, mengabarkan bahwa rochusenii pernah tumbuh di rumah kaca Hortus of Amsterdam pada 1851.

Luar habitat

Bunga Rafflesia arnoldii merupakan jenis rafflesia yang paling populer di tanahair.
Bunga Rafflesia arnoldii merupakan jenis rafflesia yang paling populer di tanahair.

Hasil penelusuran ahli botani dari Belanda, Willem Meijer, pada 1997 tidak menemukan bukti kebenaran berupa catatan asal-usul dan kelanjutan rafflesia itu di Leiden. Pada 2007, rekan sejawat Meijer, Jan Frits Veldkamp, juga berupaya mengungkap kebenaran itu, tetapi juga gagal. Upaya untuk membudidayakan rafflesia setelah zaman penjajahan Belanda sebenarnya tidak berhenti. Namun, belum ada yang berhasil.

Upaya mengulang sejarah membawa rafflesia ke Kebun Raya Bogor kembali dilakukan pada 2004. Yang menjadi sasaran penelitian adalah populasi R. patma yang hidup di cagar alam di sudut pantai selatan Jawa Barat. Para peneliti mengumpulkan informasi dasar, melakukan berbagai percobaan seperti yang dilakukan peneliti pendahulu, hingga menjajal teknik budi daya baru.

Salah satu percobaan teknik budidaya baru yang diharapkan berhasil adalah menyambung akar tanaman inang koleksi Kebun Raya Bogor dengan akar inang yang terinfeksi rafflesia di cagar alam. Tiga bulan berselang penyambungan berhasil. Para peneliti lalu membawa kedua inang yang telah tersambung ke Kebun Raya Bogor. Lima tahun kemudian parasit raksasa itu terdeteksi tumbuh di salah satu pohon inang yang dikoleksi.

Tumbuhan anggur hutan Tetrastigma sp.
Tumbuhan anggur hutan Tetrastigma sp.

Pada Juli 2009 tampak benjolan atau kuncup kecil yang mucul di dekat perakaran inang. Kuncup itu tertutup kulit inang dengan permukaan khas. Setahun berselang bunga R. patma berjenis betina mekar. Para peneliti memastikan bahwa bunga itu adalah hasil percobaan penyambungan inang rafflesia. Keberhasilan itu membawa harapan baru agar rafflesia bisa dinikmati di luar habitatnya seperti di Kebun Raya Bogor.

Berlanjut
Sejak pertama kali mekar pada 2010, R. patma sudah 10 kali mekar di Kebun Raya Bogor. Dua kali di antaranya berbunga jantan dan 8 kali berbunga betina. Namun, keberhasilan itu tak menghentikan penelitian tentang budidaya rafflesia. Tantangan selanjutnya menghasilkan bunga jantan dan betina yang mekar bersamaan. Hingga kini belum ada peralatan maupun metode canggih yang dapat mengatur bunga jantan dan betina muncul dan mekar serempak agar terjadi penyerbukan.

Daun tumbuhan anggur hutan Tetrastigma sp.
Daun tumbuhan anggur hutan Tetrastigma sp.

Sejak pertama kali ditemukan 200 tahun silam, sosok rafflesia masih menyimpan misteri. Oleh sebab itu penelitian tentang rafflesia harus terus berlanjut. Apalagi ancaman kepunahan menghantui setiap detik. Habitat rafflesia kian menyempit dan tergusur. Tsunami yang melanda pantai selatan Pulau Jawa pada Juni 2006 menyebabkan kerusakan termasuk habitat R. patma.

Sementara itu penelitian untuk mempercepat reproduksi rafflesia belum menunjukkan titik terang. Oleh karena itu upaya melindungi habitat rafflesia di alam merupakan alternatif terbaik untuk menjaga kelangsungan hidup puspa langka kebanggaan bangsa.

Apalagi kini rafflesia sudah menjadi salah satu tujuan wisata yang ditunggu para wisatawan baik dalam dan luar negeri. Sebab, tak setiap saat kita bisa menyaksikan keelokan bunga langka itu. (Ir. Sofi Mursidawati, M.S.c, Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Rumah Kaca Nepenthes Kebun Raya Cibodas

Trubus.id–Pembukaan rumah kaca Nepenthes di Kebun Raya Cibodas menjadi salah satu langkah penting dalam upaya konservasi tanaman endemik di...
- Advertisement -

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img