Tuesday, March 4, 2025

Juri Kelinci Berlisensi

Rekomendasi

Agustina Arie Wardhani satu-satunya juri dari benua Asia berlisensi American Rabbit Breeder Association (ARBA). Kini ia berhenti berbisnis kelinci yang memberikan omzet besar.

Agustina Arie Wardhani (paling kanan) menjadi apprentice dengan juri Melissa Magee dan Armando Cabrera sebagai
syarat meraih juri bersertifikat American Rabbit Breeder Association (ARBA).

Trubus — Mulai November 2017 hingga pertengahan 2018, sulit menemukan Agustina Arie Wardhani di kediamannya. Agenda penggemar kelinci di Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat, itu amat padat. Ia menjadi juri di kontes kelinci di Jawa Timur dan Jakarta serta menghadiri West Coast Classic-Rabbit Show (WCC) 2018 di Reno, Nevada, Amerika Serikat. Arie Wardhani satu-satunya perempuan juri kelinci dari Asia yang terdaftar di American Rabbit Breeder Association (ARBA).

Aturan standar ARBA menjadi kiblat utama pehobi dan pelaku bisnis kelinci di dunia. Sebutan untuk Arie pun tidak main-main, yaitu The First Native-Born Asian ARBA Licensed Judge atau juri pertama yang berasal dari Asia dan terdaftar di ARBA. Itu predikat yang membanggakan Arie sekaligus mengharumkan nama Indonesia. Untuk memperolehnya, ia harus mengorbankan waktu, materi, dan bahkan perasaan. Itu lantaran Arie harus menjalani serangkaian ujian di Amerika Serikat.

Ujian bertahap
Arie menuturkan, untuk memperoleh predikat itu, tiga kali ke Amerika Serikat untuk ujian. Pertama pada 2012 untuk ujian registrar. Registrar ialah orang yang diberi otoritas untuk meregister berbagai jenis kelinci dengan standar ARBA. Kelinci yang sudah lolos registrasi berarti sosoknya sesuai dengan Standard of Perfection (SOP) dari ARBA. Dengan demikian, kelinci itu layak mengikuti berbagai kontes yang terdaftar dalam agenda ARBA.

Agustina Arie Wardhani (ketiga dari kiri) menjadi juri pada kontes kelinci di Kelantan, Malaysia, setelah menyandang status registrar.

Arie pun harus menjalani ujian lisan dan tertulis dengan materi berupa SOP dari 49 jenis kelinci yang diakui oleh ARBA. Pengujinya juri senior ARBA. Saat itu ia menjadi satu-satunya peserta ujian registrar. “Alhamdulillah saya lulus. Namun, itu baru satu tahapan dari jalan panjang yang harus dilalui,” kata Arie. Setelah lulus ujian tertulis dan lisan, ia harus menjadi apprentice atau magang sambil praktik pada 3 acara kontes di bawah 3 juri yang berbeda.

Ia merasa beruntung, proses yang dilaluinya termasuk cepat yaitu 28 hari saja, setelah itu ia kembali ke tanah air.  Keberangkatan kedua pada Oktober 2016, saat berlangsung pertemuan tahunan tingkat internasional asosiasi pencinta kelinci Amerika Serikat itu. “Ujian tertulis dan lisan harus dijalani lagi. Namun, kali itu jalannya tidak semulus proses pertama. Saya gagal dalam ujian tertulis,” ujarnya. Akibatnya harus mengulang lagi 6 bulan kemudian, meskipun ujian lisan lulus.

Arie Wardhanie dan kelinci jenis holland lop kesayangannya.

Kegagalan itu membuat proses ujian terhenti untuk sementara. Padahal, perempuan pehobi yoga itu membeli tiket perjalanan pulang ke Indonesia 2 bulan dari keberangkatannya. Akhirnya, ia menghabiskan waktu tersisanya untuk membantu pekerjaan di pet shop rekannya warga Amerika Serikat sesama pencinta kelinci. Harap mafhum, Arie memilih untuk menumpang di rumah temannya lantaran biaya hidup di California cukup tinggi.

Alumnus Universitas Gadjah Mada itu juga melakukan perjalanan ke beberapa negara bagian untuk melihat jalannya kontes kelinci. Kegiatannya setiap pekan menghadiri kontes kelinci. Pantang menyerah menggapai impian, Arie kembali menyambangi Abang Sam pada Mei 2017 barsamaan dengan pelaksanaan West Coast Classic-Rabbit Show (WCC) di Reno, Nevada. Ujian tertulis dan lisan di arena WCC saat itu berbeda dengan sebelumnya.

Ia tidak sendirian, ada 5 orang peserta lain yang semuanya warga setempat. Kerja keras ibu 2 anak itu terbayar. Ia lulus tes tertulis dan lisan sekaligus. Namun, ia belum bisa langsung bernapas lega. Lulus dalam dua tes itu tidak serta-merta mendapatkan lisensi ARBA. Ia harus menjalani lagi tahapan apprentice. Persyaratannya lebih berat daripada sebelumnya, yaitu mengikuti 8 kontes di bawah pengawasan 8 juri.

Juri internasional

Meskipun tidak sedang menjadi penangkar, Arie Wardhani masih memiliki koleksi kelinci berjenis holland lop dan netherland dwarf.

Arie harus lulus di bawah pengawasan minimal 6 juri. Bila hanya lulus 5 juri, ia harus mengulang dari awal lagi. Sebuah perjuangan yang sulit. Proses ujian tertulis dan lisan hingga magang menjadi juri itu menghabiskan waktu 2,5 bulan. Menurut Arie waktu yang relatif panjang itu termasuk cepat untuk melalui seluruh rangkaian kegiatan. Ia mampu menyelesaikan 8 kontes itu dalam waktu hanya 3 pekan. “Beruntung, di California berlangsung 2 kontes dalam sepekan,” kata Arie.

Pada Juni 2017, Arie meraih cita-citanya sebagai juri berlisensi ARBA. Ia satu-satunya perempuan juri dari Asia. Perempuan kelahiran Samarinda, Kalimantan Timur, itu langsung membuktikan kemampuannya dalam kontes kelinci Alameda County Fair di Pleasanton, California pada 21 Juni 2017. Kehadirannya menarik perhatian khususnya bagi warga setempat. “Selama itu mereka belum pernah melihat orang Asia yang perawakannya mungil menjadi juri kontes di negara bagian Amerika,” kata Arie.

Agustina Arie Wardhani terbiasa merawat semua kelincinya secara langsung.

Perjuangan Arie menjadi juri bertaraf internasional itu meninggalkan kesan mendalam kepada teman dan pencinta kelinci di Amerika. Ketika hendak pulang ke tanah air, sejumlah juri senior ARBA menyempatkan diri menemui Arie sekaligus melepas kepulangannnya. Kini Arie fokus menjalani profesi barunya sebagai juri dalam berbagai kontes kelinci di dalam dan luar negeri. Sebelum mengenal ARBA, ia menjadi juri kontes kelinci tingkat lokal, di Jakarta dan sekitarnya.

Namun, saat itu cara penilaiannya belum memiliki standar baku. Itulah salah satu pemicunya sehingga Arie bertekad mempelajari standar penilaian juri ala ARBA. Setelah menjadi registrar, ia boleh menjadi juri kelinci di dalam dan luar negeri. Pada awal 2017, ia menjadi juri di kontes kelinci di Kelantan, Malaysia. Setelah itu, undangan menjadi juri di luar negeri semakin banyak, antara lain dari Malaysia dan Singapura.

Buku panduan registrar
American Rabbit Breeder
Association (ARBA) menjadi salah satu modal utama meraih
impian menjadi juri kelinci internasional.

Makin berkembangnya komunitas-komunitas kelinci di berbagai daerah, terutama kelinci hias, sehingga hampir setiap bulan terselenggara kontes kelinci. “Gejala itu terlihat sejak 2 tahun lalu dan saat ini semakin banyak pencinta kelinci hias baru yang mengikuti kontes,” ujarnya. Jika sedang menjalankan kewajiban sebagai juri di luar kota, mau tak mau ia harus meninggalkan keluarga selama beberapa hari. Ia bersyukur memiliki keluarga yang mendukung penuh perjuangan dalam menggapai impian.

Posisinya sebagai satu-satunya juri di Asia yang bersertifikat ARBA memang membanggakan, tetapi di sisi lain kadang membuatnya gundah. “Saya ingin ada generasi muda yang muncul menjadi penerus sebagai juri ARBA. Kini perkembangan teknologi membuat segalanya sudah jauh lebih simpel dibanding dengan 5 tahun lalu,” ujar Arie. Kini fasilitas komunikasi makin canggih. Untuk memperoleh materi pelajaran dan persiapan ujian kian mudah.

Debut menjadi juri setelah menyabet
lisensi resmi dari American Rabbit Breeder
Association (ARBA) adalah di gelaran WCC di Reno, Nevada.

Ia menuturkan bahwa saat memutuskan mengejar mimpi sebagai juri, bekalnya adalah tekad yang kuat dan literatur yang terbatas. Arie masih ingat bagaimana ia setiap malam bergabung dalam sebuah forum diskusi pencinta kelinci di dunia maya. Dari situlah ia mengenal ciri-ciri bermacam jenis kelinci hias. Adapun sumber literatur cetak, Arie masih mengandalkan fotokopian lantaran buku SOP ARBA sulit diperoleh.

Setelah menjadi juri, Arie pun menghentikan kegiatan sebagai penangkar. “Profesi sebagai juri nyaris tidak memungkinkan bagi saya untuk menjalani bisnis secara bersamaan,” ujar Arie. Selain itu menjadi juri sekaligus penangkar sangat berpotensi tidak fair dalam kontes. Sampai kini masih banyak pehobi kelinci yang beranggapan bahwa jika mengikuti kontes dengan kelinci yang dibeli dari penangkaran juri, maka berpeluang besar menjadi juara. Padahal, hal itu keliru. (Muhammad Hernawan Nugroho)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Meningkatkan Produktivitas dan Kesehatan: Unsoed Teliti Green Super Rice dan Beras Hitam

Trubus.id–Dosen Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Prof. Dr. Ir. Suwarto, M.S., mengembangkan varietas unggul padi Green Super Rice (GSR). Menurut...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img