Memang pantas bila adenium jagoan Joelang Arwanto menduduki kursi jawara I kategori Total Performance dalam kontes adenium bertajuk Apresiasi Seni Adenium Indonesia, Mei 2005. Dompolan bunga di setiap pucuk menunjukkan ia paling siap di antara peserta lain. Kesan pertama yang ditampilkan sungguh menggoda. Alur bonggol, batang, dan percabangan terlihat mengalir. “Keharmonisan, alur, dan komposisinya selaras. Selain itu dimensi yang ditimbulkannya mampu menampakkan gambaran pohon di alam,” ujar Aris Budiman, anggota juri.
Delapan kriteria penilaian juri dilalui tanaman gurun istimewa itu dengan sukses. Adenium yang tingginya kurang dari 45 cm itu mendapatkan angka di atas 52 untuk semua unsur yang dinilai. Kesan pertama, alur dasar, komposisi, dimensi, penjiwaan, tahapan, kesehatan, dan bunga. Fook hui hwa—sebutan adenium di Cina—kebanggaan Joelang itu memang unggul dalam kesehatan, porsi, dan tampilan bunga. Tak ayal bila ia sanggup mendepak ketiga rivalnya yang tak kalah apik.
Meski begitu, langkahnya menuju tangga jawara sempat dibayangi kamboja jepang unggulan Sunarno. Faktor kesehatan bunga yang dinilai lemah membuatnya mesti puas di posisi kedua. Sementara di posisi ketiga dengan poin 45,5 ada adenium unggulan Yudantoro.
Gelar bergengsi
Di kategori Total Performance B (tinggi 45—90 cm) giliran koleksi Sunarno terlahir sebagai yang terbaik. Dengan perolehan nilai 64,5, ia langsung menyingkirkan 6 saingannya. Mawar gurun penghuni pot 62 itu mempunyai dimensi dan karakter kuat. Alur dasar dan komposisinya juga pas. Tempat kedua dihuni adenium unggulan Djaswadi. Meski mampu menimbulkan kesan pertama yang manis, daun adenium di pot 65 itu dinilai kurang sehat. Di posisi ke-3 bertengger adenium milik Diah Novita Sari yang mengantongi poin 44,8.
Di kelas Antik Unik yang merupakan kategori bergengsi menyedot peserta terbanyak. Lagi-lagi Sunarno mendulang sukses dengan poin terbesar 50,1. Bertemakan naga, ia tampil memikat karena menampilkan sisi unik dan tingkat kesulitan tinggi. Saingan terberatnya, Kakek Berjanggut andalan Djaduli mesti puas di peringkat kedua. Diikuti Curug Sewu, kamboja jepang koleksi Maryanto, di posisi ketiga.
Kontes adenium yang diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STTP) Yogyakarta itu digelar untuk menyemarakkan pameran tanaman hias tahunan yang rutin diadakan. Hajatan besar-besaran itu bertempat di lapangan STTP. “Ini kontes adenium pertama yang diselenggarakan di STTP,” ujar Radjendra, staf pengajar STTP sekaligus ketua panitia pelaksana.
Tercatat 81 adenium beradu cantik di kontes yang diikuti oleh peserta dari Yogyakarta, Jakarta, Solo, Semarang, dan Kediri. Kategori yang dilombakan meliputi Total Performance kelas A, B, dan C; Arabicum kelas A, B, dan C; Prospek kelas A, B, dan C; Utama Nonbunga kelas A, B, dan C, Bunga Kompak kelas A, B, dan C; serta Antik Unik. Ada empat puluh delapan gelar bergengsi diperebutkan dalam ajang yang dihakimi juri kenamaan asal Yogyakarta dan Solo: Aris Budiman, Yusniar Basuki, Rusmadi, Andi Kabul, dan Erlambang.
Menurut Adeng—panggilan akrab Aris Budiman—salah satu juri, meski terjadi peningkatan secara kualitas, keseluruhan tanaman adenium hanya menampilkan 70% dari optimal. Ia berharap kontes mendatang performa tanaman akan lebih baik. (Hanni Sofi a)