Friday, April 19, 2024

Kami Bukan Penghunus Jantung

Rekomendasi
- Advertisement -

Sudah lama memang Amerika Serikat mengkampanyekan VCO merangsang hati memproduksi kolesterol tinggi. Minyak murni itu dituduh sebagai penyebab penyakit kardiovaskuler. Setelah penelitian berkembang, kini VCO semakin berani membuktikan dirinya multimanfaat, bukan penghancur hati dan perusak jantung seperti yang difitnahkan.

Mari Enig dalam bukunya Isometric Trans Fatty Acid in the US Diets menyatakan propaganda terhadap minyak kelapa murni pada 1954 menjadi titik tolak kampanye negatif minyak kelapa di seluruh dunia. National Cholesterol Education Program di Amerika Serikat mengeluarkan pernyataan minyak kelapa sawit dan minyak kelapa harus dihindari lantaran kaya kolesterol Bahkan, surat kabar The New York Times 3 Juni 1987 semakin subyektif dengan memuat editorial minyak kelapa dari Indonesia dan Malaysia murah, tetapi menyebabkan penyumbatan pembuluh darah.

Publikasi buruk itu terus mengalami estafet dari berbagai institusi. Pada 1989 Institut Jantung, Paru-paru, dan Darah Nasional serta Badan Riset Nasional Amerika mengumumkan agar konsumen menghindari minyak kelapa dan seluruh turunannya. Karena minyak kelapa memicu tingginya kolesterol jahat. Sedangkan minyak kedelai justru menurunkan kadar lipoprotein yang tak perlu.

Asam lemak jenuh

Menurut Philipines Journal of Coconut Studies dibutuhkan waktu 40-50 tahun untuk melawan serangan gencar itu. Dr Dan Eringthon, ahli ekonomi pertanian Universitas Nasional Australia meneliti masyarakat Tuvalu, di Pasifik Selatan. Hasil riset Dan menunjukan tak ada tanda-tanda penyakit jantung pada penduduk pengkonsumsi minyak kelapa itu. Namun, Setelah mereka pindah ke Selandia Baru dan mengkonsumsi minyak poli tak jenuh, prevalensi penyakit jantung tinggi.

Hal itu membuka mata para peneliti, bahwa kolesterol penyebab penyakit kardiovaskuler pembunuh nomer wahid dunia bukan berasal dari minyak kelapa, tetapi pola makan secara keseluruhan. VCO tak berhak dituding sebagai satu-satunya penyebab. Murray Price, dokter naturopati yang juga penulis buku Coconut Oil for Health mencuatkan pandangan itu dengan mengusung berbagai penelitian.

Murray tak menyanggah jika minyak kelapa memang mengandung asam lemak jenuh. Namun, bukan berarti semua lemak jenuh jahat. Ia membagi lemak ke dalam dua kelompok yaitu rantai panjang dan rantai sedang-pendek. Yang berantai panjang seperti lemak hewani penyebab utama kardiovaskuler.

Sedangkan komponen utama minyak kelapa murni asam lemak rantai sedang. Jenis lemak ini mudah diserap usus karena ukuran molekulnya tidak terlalu besar. Dalam darah, lemak VCO segera masuk ke dalam metabolis energi, tak ditimbun menjadi kolesterol.

Antikolesterol

Kandungan-kandungan lain seperti asam laurat, asam kaprat, asam kaprilat, dan asam kaproat terbukti efektif sebagai antivirus, antibakteri, antidiabetes, antiobesitas, bahkan antikanker. Sayang, masih banyak orang ragu meminum minyak kaya manfaat itu. Riset secara klinis efek kolesterol ekstrak Cocos nucifera itu diteliti oleh K.G. Nevin dari Department of Biochemistry, University of Kerala, India. Nevin menemukan VCO tak meningkatkan kolesterol dalam darah, justeru melindungi jantung. Sebabnya, VCO mampu meningkatkan kolesterol baik dan mengenyahkan kolesterol jahat.

Penelitiannya melibatkan 3 kelompok tikus masing-masing 6 ekor. Selama 45 hari seluruh tikus percobaan itu diberi minyak kacang 8 g/100 g bobot tubuh sebagai kontrol, minyak kelapa asli 8 g/100 g, dan VCO 8 g/100 g. Pada hari ke-46 hewan percobaan dipuasakan selama satu malam sebelum diinjeksi mati dengan menggunakan sodium pentatonat.

Serum jaringan darah, hati, ginjal, dan jantung dianalisis kadar lemaknya. Caranya, sebanyak 500 mg jaringan darah dihomogenisasi dengan kloroform dan metanol, perbandingan 2:1, lantas dicampur dengan 0,02% kalsium klorida. Setelah diaduk dan didiamkan. Minyak menyambung di bagian atas. Airnya diserap menggunakan teknik evaporasi agar menjadi bubuk kering.

Dari situlah total kolesterol, trigliserida, dan fosfolipida. Hasilnya nilai kolesterol di jaringan darah tikus pengkonsumsi VCO 17% lebih rendah dibanding minyak kacang dan minyak kelapa. Bahkan, pada jantung dan hati, total kolestrolnya 23% dan 30%, lebih rendah dibanding minyak kacang dan minyak kelapa.

Nilai trigliserida pada darah tikus pengkonsumsi VCO juga menunjukkan 46% lebih rendah dibanding kontrol minyak kacang dan pembanding minyak kopra. Di Indonesia, uji praklinis VCO terhadap kolesterol juga dilakukan oleh Dr Joko Sulistyo, periset dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, LIPI. Hasil risetnya; kadar kolesterol mencit yang diberi VCO 50 mikroliter turun 9 mg/dl pada hari ke- 28. Melorotnya kolesterol itu juga diimbangi oleh naiknya HDL-dikenal sebagai kolesterol baik-pada hari ke-13. Itu amat menggembirakan lantaran memperkecil risiko beragam penyakit seperti serangan jantung dan arteriosklerosis.

Polifenol

Faktor utama penyebab terjadinya penyakit jantung koroner dan arteriosklerosis adalah oksidasi lemak LDL. Agar tidak terjadi oksidasi terhadap LDL, darah memerlukan kandungan antioksidan tinggi. Penelitian antioksidan VCO yang berpengaruh pada oksidasi LDL dilaporkan setahun kemudian. Dengan menggunakan kromatografi diperoleh polifenol, senyawa antioksidan yang terdiri dari enzim katalase, superdioksida dismutase, glutathionin peroksida, dan glutationin reduktase.

T J Rajamohan dari University of Kerala, India membuktikan jumlah polifenol pada VCO lebih tinggi dibandingkan minyak kacang maupun minyak kelapa biasa. Dibandingkan minyak kacang yang nilai polifenolnya 45 mg/dl dan kopra 65 mg/ dl, nilai polifenol VCO 80 mg/dl. Dengan antioksidan tinggi itu kemampuan menghambat pembentukan karbonil protein LDL penyumbat saluran jantung juga meningkat. Persentasenya mencapai 90% pada VCO, sedangkan minyak kelapa 80%, dan minyak minyak kacang 60%.

Menurut Dr Ir M. Ahkam Subroto, M. App. Sc., ahli peneliti utama Pusat Penelitian Bioteknologi, kandungan antioksidan dalam minyak kelapa murni berupa vitamin E dan polifenol. Jumlahnya sangat bervariasi, kata Ahkam. Dalam 100 g VCO kualitas premium terdapat 0,1 mg vitamin E dan 80 mg polifenol. Vitamin E dan polifenol meningkatkan kandungan dan aktivitas enzim-enzim antioksidan dalam tubuh. Efeknya mencegah terjadinya peroksidasi dari lipida dan menurunkan kadar lipida dalam plasma darah dan jaringan, serta oksidasi LDL oleh oksidan fisiologis.

Mengingat pentingnya kandungan vitamin E dan polifenol dalam VCO, hendaknya para produsen mencantumkan kandungan keduanya, kata alumnus New South Wales University, Australia itu. Bersama asam-asam lemak VCO, jumlah vitamin E dan polifenol layak disandingkan pada label sehingga konsumen secara pasti mengetahui kualitas dari produk VCO itu.

Berkat segudang penelitian, kini sang perawan tak saja bersih dari terjal fitnah seputar pengendapan lemak penyumbat kolesterol. Setelah ditemukannya antioksidan polifenol, VCO kian bersinar dengan manfaatnya melindungi jantung, bukan penyebab jantung koroner. (Vina Fitriani).

 

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Demi Energi Bersih Mahasiswa ITB dan IKN Nusantara Bangun Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya  (PLTS)

Trubus.id—Kolaborasi Mahasiswa Institut Teknologi Bandung  (ITB) bersama Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara hasilkan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img