Tuesday, April 16, 2024

Kebun Manggis, 5 Tahun Panen!

Rekomendasi
- Advertisement -

Pantas jika Amelia Kahanjak Binti— pemilik kebun—bersuka cita. Itulah buah kenekatannya menanam 1.730 bibit manggis asal biji berumur 2 tahun pada 2001. Kala itu cibiran melecehkan mesti ditelan ibu 3 anak itu. “Tanah jelek begini mana cocok ditanami buah-buahan. Mana manggis yang lama berbuah pula yang dipilih.” Begitulah kira-kira kesangsian banyak orang yang disampaikan pada Amelia.

Toh, tekad arek Suroboyo itu tak lantas surut. Terbukti 3 tahun setelah penanaman, sang ratu mulai belajar berbuah. Produksi terus meningkat pada panen berikutnya. “Panen ke-2 tahun ini dari satu pohon dipanen 30-an buah,” kata Amelia.

Pemandangan serupa Trubus temukan di sebuah kebun di kawasan Cipanas, Cianjur. Pada Desember 2004—Januari 2005, pemilik kebun kali ke-2 menuai buah dari pohon yang ditanam pada 2000. Setiap pohon digelayuti 30—40 buah berwarna ungu tua. “Pembibitnya sendiri kaget manggis berbuah cepat,” ujarnya. Bibit umur 2 tahun itu semula diprediksi berbuah pada umur 8—10 tahun.

Nun di Lombok, Nusa Tenggara Barat, kondisi di kebun Jonggol dan Cianjur sudah lama dinikmati pekebun di Suranadi, Lingsar, dan Narmada. Tiga kecamatan itu dikenal sebagai sentra manggis. Hampir di setiap halaman dan kebun penduduk terdapat kerabat mundu itu, mulai dari hitungan jari hingga ratusan pohon. Dari total populasi, 90% bibit asal biji. “Ratarata bibit ditanam pada umur 1,5 tahun. Sekitar 2,5–3,5 tahun kemudian manggis mulai belajar berbuah,” tutur Wardi, SP, staf Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih NTB.

Faktor bibit

Fenomena itu jelas mematahkan mitos bahwa manggis asal biji lama berbuah. Para pekebun menduga, penggunaan bibit dewasa berumur 1,5—2 tahun jadi faktor penentu. Drs Hendro Soenarjono, pakar hortikultura di Bogor, mengamini kemungkinan manggis asal biji cepat berproduksi. Biji manggis bersifat poliembrioni. Artinya, dari satu biji bisa menghasilkan lebih dari 1 tunas. Tunas itu berasal dari embrio, daging biji (endocarp), atau kulit ari pembungkus biji (intergamet).

Bila tunas yang muncul dan bertahan hidup berasal dari endocarp atau intergamet, bibit manggis cenderung bersifat “genjah”. “Ini karena tunas yang tumbuh merupakan “perpanjangan tangan” dari sel induk sehingga tinggal melanjutkan pertumbuhan,” lanjut Hendro. Akibatnya secara fi sik terlihat performa tunas lebih tinggi dan besar ketimbang yang tumbuh dari embrio. Nantinya, bibit pun berbuah lebih cepat.

Kunci sukses lain ialah budidaya intensif seperti yang dilakukan di kebun Amelia. Bibit manggis ditanam di dalam lubang berukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm dengan media campuran pupuk kandang dan tanah. Di sekeliling tajuk ditumpukkan lapisan jerami. Media mesti gembur agar akar manggis—berupa serabut sangat halus—mudah menembus tanah dan menyerap unsur hara sebagai bahan mentah proses fotosintesis.

Sementara menurut Drs Jawal Anwaruddin, MS, dari pelapukan jerami dihasilkan CO2 yang juga dibutuhkan untuk berfotosintesis. Ketika proses fotosintesis lancar, tanaman tumbuh subur dan sehat. “Tanaman yang subur dan sehat akan cepat berbuah karena intinya manggis berbuah bila subur,” tutur Arif Supardi, pengelola kebun.

Pasar dunia

Berita manggis berumur genjah jelas kabar baik untuk para pekebun. Mereka kini boleh berharap menuai rupiah lebih cepat dari sang ratu buah. Pemasaran niscaya bukan sebuah kesulitan. “Manggis itu komoditas dunia yang pasarnya internasional,” ujar Amelia.

Pernyataan mantan pengusaha jamur itu bukan tanpa alasan. Data Biro Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pada 2000 ekspor manggis mencapai 7.182 ton senilai US$5.885.038 atau Rp52,956- miliar. Meski sempat turun pada 2001, nilai itu meningkat kembali pada 2002 menjadi 6.512 ton setara US$6.956.915 atau Rp62,612-miliar. Jumlah negara tujuan melonjak dari 13 negara pada 2000 menjadi 23 negara pada 2002.

Dengan kondisi itu Indonesia menduduki posisi pertama negara pengekspor manggis. Sebut saja misalnya PT Masindo Mitra Mandiri di Tanjungbarat, Jakarta Selatan, yang membutuhkan 300—400 kg per hari untuk pengiriman ke Timur Tengah. Atau PT Agrindo Usahajaya dengan pengiriman 1 ton per minggu.

Demi memenuhi kebutuhan itu, eksportir biasanya berburu pasokan di kebun-kebun rakyat yang tersebar di sentra seperti Tasikmalaya dan Purwakarta (Jawa Barat), Purworejo (Jawa Tengah), hingga ke Bangka-Belitung. Pantas mendengar Amelia membuka kebun, seorang eksportir langsung mengetek minta pasokan bila produksi sudah optimal. Maklum mendapat buah dari 1 kebun menghemat biaya dan kualitas buah terjaga ketimbang mesti berburu.

Kini ketika pohon asal biji berumur genjah, para pekebun berharap manggis Indonesia kian merajai dunia. Lima tahun mendatang kala tanaman berproduksi optimal—1.000 buah per pohon—Amelia menghitung pendapatan. Dengan harga borongan saat ini Rp1-juta per pohon, dari 1.000 pohon saja 9 digit nilai rupiah digenggam. (Destika Cahyana dan Evy Syariefa/Peliput: Laksita Wijayanti dan Sardi Duryatmo)

 

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Kembangkan Padi Varietas Biosalin untuk Wilayah Pesisir Provinsi Banten Tanam di 118 Hektare

Trubus.id—Provinsi Banten memiliki area pesisir pantai. Untuk mempercepat produksi tanaman padi Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Provinsi Banten, itu mengembangkan...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img