Trubus.id — Sebelumnya, Balai Pelayanan dan Saintifikasi Jamu (BPSJ) Kota Pekalongan, Jawa Tengah, butuh waktu 3–4 hari untuk mengeringkan 300–350 kg bahan segar. Namun kini, BPSJ Kota Pekalongan mampu mengeringkan herbal segar dengan cepat menggunakan teknologi pengering pintar hibrida (smart dryer) tipe dua.
Dengan teknologi itu, BPSJ Kota Pekalongan mampu mengeringkan 600–700 kg herbal segar selama 2 hari. Tentu, hal itu meringankan pekerjaan BPSJ Kota Pekalongan.
Menurut dr. Teuku Reza Fadly, Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) BPSJ Kota Pekalongan, pengeringan menggunakan tipe dua selesai dalam dua hari saat terik. Sayangnya, pengeringan dengan mengandalkan panas matahari berlangsung lebih lama saat mendung. Meski begitu pengeringan saat mendung tetap berlangsung jika menggunakan tipe dua. Alasannya, pengering tipe dua memiliki pemanas tambahan dari gas.
Pemanas tambahan dapat dimatikan bila suhu ideal dalam pengering tercapai. Adapun exhaust fan dapat dinyalakan ketika suhu atau kelembapan udara terlalu tinggi.
Kelebihan lain pengering tipe dua yakni simplisia kering yang dihasilkan berkualitas baik. Indikatornya terutama dari kadar air yang kurang dari 10 persen.
“Kadar air tidak lebih dari 10 persen agar simplisia bisa tahan lebih lama dan tidak gampang ditumbuhi cendawan,” kata Reza.
Menurut Prof. Dr. Ir. Lamhot Parulian Manalu, M.Si., peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), pengeringan tanaman obat memiliki tantangan tersendiri dibanding tanaman lain.
Tantangan pertama terkait higienitas. Pengeringan mesti terbebas dari kontaminan agar kualitas simplisia kering terjaga. Tantangan kedua adalah kemunculan cendawan.
“Tanaman obat saat dipanen berkadar air tinggi. Kadar air temulawak dan jahe segar mencapai 80–90 persen. Tidak seperti padi atau jagung yang berkadar air sekitar 30 persen,” kata peneliti yang merancang pengering hibrida tipe satu dan tipe dua itu.
Setidaknya, separuh dari kadar air dalam tanaman obat mesti hilang. Pengeringan sebaiknya segera dilakukan secara cepat untuk menekan berkembangnya cendawan. Bila pengeringan terlambat atau memakan waktu terlalu lama, cendawan mudah berkembang.
Itulah penyebab banyaknya kehilangan pada proses pascapanen tanaman obat berdasarkan pengamatan Lamhot yang mengembangkan konsep pengering tanaman obat sejak 2011. Tantangan ketiga adalah mempertahankan kandungan bahan aktif dalam tanaman obat.