Gembor atau tempat nasi menjadi wadah rangkaian bunga yang aduhai.
Di tangan Profesor Kuniyoshi Tsuchiya gembor bukan sekadar alat untuk menyiram tanaman. Instruktur dari Institut Ikebana yang bermarkas di Kyoto, Jepang, itu memanfaatkann gembor sebagai ornamen rangkaian nan elok. Ia memanfaatkan tangki mini warna-warni untuk meletakkan flora berupa mawar merah muda, anyelir jingga, dan dedaunan.
Cara membuatnya sangat gampang. Tsuchiya hanya perlu menyiapkan 3 macam pajangan penyiram air yang terisi air. Selanjutnya, ia memasukkan satu per satu materi flora. Itulah kreasi Tsuchiya yang bergaya jiyuka alias gaya bebas. Ia menuturkan, lewat jiyuka perangkai bebas menuangkan segala macam ide menjadi rangkaian yang indah, bahkan nyentrik sekalipun.
Perkakas
Tsuchiya memamerkan belasan ikenobo bergaya jiyuka yang simpel pada acara demonstrasi dan lokakarya Ikebana Ikenobo pada 13 September 2018 di Jakarta Design Center. Penyelenggara acara Ikebana Ikenobo Indonesia. Sebanyak 70 peserta menghadiri kegiatan itu. Tsuchiya memberikan inspirasi bagi para peserta mengenai rangkaian ikenobo jiyuka yang mudah dengan menggunakan wadah sederhana dari perkakas atau dekorasi rumah tangga.
“Untuk rangkaian sederhana, perangkai bahkan bisa memanfaatkan perkakas rumah tangga sebagai wadah rangkaian. Adapun pemilihan flora bisa menggunakan tumbuhan yang hidup di lingkungan sekitar,” kata Tsuchiya. Ia bukan sekadar bicara. Ketika demonstrasi, ia mengambil ceting atau tempat nasi. Tsuchiya memadukannya dengan bunga anthurium dan jengger ayam merah yang senada dengan wadah.
Lisianthus bercorak putih ungu dan daun pita Phormium tenax kian mempermanis rangkaian. Tsuchiya mengubah bentuk daun pita yang lurus menjadi lengkungan sehingga rangkaian tampil lebih luwes. Tsuchiya menuturkan, rangkaian bunga yang simpel juga bisa tampak cantik asalkan perangkai bisa memadupadankan setiap materi flora yang digunakan, serta wadah yang dipakai.
Untuk mendapatkan rangkaian yang elok pun tak perlu memakai flora yang mahal. “Gunakan saja tanaman yang tumbuh di sekitar rumah seperti helikonia, palem, dan hanjuang,” kata Tsuchiya. Herliana S. Wiharsa, ketua Ikebana Ikenobo Indonesia menuturkan, pengenalan ikebana ikenobo di tanah air akan berkesinambungan. Tujuannya agar masyarakat mengetahui bahwa seni merangkai bunga bukan hanya berasal dari Eropa. Banyak orang menyangka merangkai bunga ikebana aliran ikenobo itu susah. Namun, tak perlu khawatir sebab sesungguhnya siapa saja bisa membuat rangkaian ikebana ikenobo.
Juara di Negeri Jiran
Perangkai bunga asal Indonesia, Lucia Raras sukses menorehkan prestasi gemilang pada pagelaran Royal Floria Putrajaya 2018. Rangkaian bunga karya Raras, sapannya, yang bertajuk The Dream Weaver berhasil menyabet predikat The Most Favourite People Choice. Raras mempersembahkan rangkaian yang terinspirasi dari proses imajinasi atau mimpi seseorang.
Namun, alih-alih menampilkan warna-warni bunga, Raras justru memanfaatkan janur sebagai materi utama untuk mewujudkan rangkaian idamannya itu. Ketua umum Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Perangkai Bunga Indonesia (DPP IPBI) itu mengatakan, janur tak melulu berkutat dengan rangkaian tradisional nan sederhana. Lewat The Dream Weaver, Raras membuktikan bahwa janur juga bisa tampil mewah dan modern.
Oleh karena itu, beberapa perancang bunga dan pengunjung takjub pada rangakain Raras. “Selama ini masih banyak orang yang menganggap remeh janur, bahkan di tanah air sekalipun,” katanya. Rangkaian bikinan Raras menggunakan 6.000 lipatan janur dengan beragam bentuk, 2.500 bunga dan daun. Pada festival bunga tahunan itu Raras berkesampatan adu kebolehan dengan sejumlah perancang bunga internasional dari berbagai negara seperti Taiwan, Tiongkok, Jepang, Filipina, Vietnam, dan Jerman. (Andari Titisari)