Trubus.id— Petani bisa memilih varietas padi bioemas untuk ditanam. Padi bioemas termasuk varietas padi baru unggul. Batang kokoh dan malai berisi penuh. Ketika dilihat dari kejauhan, bulir-bulir padi itu tampak kuning keemasan.
Peneliti di Pusat Riset Tanaman Pangan, Organisasi Riset Pertanian dan Pangan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dr. Ir. Iswari Saraswati Dewi, M.Si., mengatakan selain berwarna menarik, padi itu produktif, genjah, serta tahan beragam hama dan penyakit.
Bioemas padi unggul dengan produksi 8,5 ton gabah kering giling (GKG) per hektare (ha) dan berpotensi hasil 10,09 ton GKG per ha. Umur panennya 115 hari setelah tanam dengan persentase gabah isi 90,6%.
Bioemas juga terbukti agak tahan wereng batang cokelat biotipe 1, 2, dan 3. Dewi merakit padi itu sejak 2014 menggunakan teknologi kultur antera. Teknologi itu memangkas waktu pemuliaan padi dibandingkan dengan teknik konvensional.
Dewi mengatakan, teknik konvensional membutuhkan waktu minimal 4 tahun untuk menghasilkan galur murni. Kalau kultur antera cukup satu tahun. Ia menggunakan tiga tetua yaitu Inpari 18, padi gogo limboto, dan padi dari International Rice Research Institute (IRRI).
Ketiga tetua itu terbukti unggul. Menurut Dewi Inpari 18 salah satu varietas padi yang dipersiapkan menghadapi perubahan iklim global. Selain itu Inpari 18 juga relatif tahan kekeringan dan terhadap wereng batang cokelat (WBC) biotipe 1 dan biotipe 2, serta agak tahan terhadap biotipe 3.
Tetua kedua, yaitu padi varietas limboto yakni varietas padi gogo yang rilis pada 1999. Keunggulan padi itu antara lain berumur genjah yaitu 105 hari setelah semai, dan tahan beberapa ras penyakit blas (blas daun dan blas leher malai).
“Limboto digunakan sebagai sumber gen ketahanan untuk berbagai penyakit blas,” kata peneliti alumnus Institut Pertanian Bogor itu. Tetua bioemas yang ketiga yaitu galur elit IR87705-14-11-B-SKI-12. Galur itu berasal dari galur introduksi IRRI turunan IR64 yang diperbaiki toleransinya terhadap cekaman kekeringan.
