Trubus.id—Tubuh dan leher kerbau simeuleu bagian bawah berwarna hitam kemerah-merahan. Terkadang leher bagian bawah hitam keabu-abuan. Adapun kepalanya dominan berwarna hitam dengan bentuk muka garis muka yang cekung.
Bentuk tanduknya berbeda-beda. Ada yang bertanduk melingkar ke belakang dan arah ke atas (sorong). Ada juga yang tanduknya melingkar ke belakang dan arah menyamping (sapang). Terkadang ditemui juga tanduk yang panjang melingkar ke belakang dan arah menyamping (lefe).
Ada juga kerbau bertanduk agak merunduk dan yang kiri mengarah ke bawah (kiwing). Sementara kerbau bertanduk sanggeng terlihat agak merunduk dan yang kanan mengarah ke bawah.
Menurut Pengawas Bibit Ternak (Wasbitnak), Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU-HPT) Indrapuri, Ir. Jamaliah, kerbau simeulue merupakan kerbau lokal yang dipelihara secara turuntemurun oleh masyarakat di Pulau Simeulue, Kabupaten Simeulue, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).
Kerbau itu kemungkinan berasal dari India pada abad ke19 dan dibudidayakan oleh masyarakat Pulau Simeuleu hingga sekarang. Kerbau simeulue mampu beradaptasi dengan sangat baik di pulau itu dan sifatnya sangat cocok untuk berkembang biak.
Kerbau itu memiliki 2 jenis habitat berbeda yaitu kerbau pantai dan gunung atau rawa. Kerbau pantai hidup di sepanjang garis pantai di sepuluh kecamatan di Pulau Simuelue. Sementara kerbau gunung hidupnya lebih dominan di pegunungan dan hutan.
Tubuh kerbau gunung lebih gemuk dan menampakkan otot serta tidak bisa hidup di pantai. Keunikan itulah yang mendorong pemerintah provinsi yang berjuluk Bumi Serambi Mekah itu untuk menyelamatkan kekayaan plasma nutfah di daerahnya.
Akhirnya Menteri Pertanian dalam Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 579/Kpts/SR.120/4/2014 menetapkan sebagai Rumpun Kerbau Simeuleu.