Trubus.id—Kabupaten Bandung menjadi saksi pusat kejayaan kina pada masanya. Kina menjadi salah satu ikon Kabupaten Bandung itu. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Ningning Hendasah, menuturkan kina menjadi lambang Kabupaten Bandung.
Arti Kina yakni, “Kokoh, Iuh, Nanjung, dan Ajeg.” Filosopi kina sebagai kekuatan melindungi, menjanjikan secara ekonomi, serta mandiri dalam berbagai bidang. Batik kina juga menjadi batik khas Kabupaten Bandung sejak 2023.
Komisaris PT Sinkona Indonesia Lestari (SIL) Dharma Syahputra menuturkan Bandung adalah Ibu Kota kina, menjadi pusat kejayaan dan pusat pasokan kina dunia. Sekitar abad-19 sebanyak 90% kebutuhan dunia dipasok dari Bandung.
PT SIL masih sebagai produsen terbesar dalam supply kina dunia hingga sekitar 70%. “Kejayaan kina masih berpusat di Bandung dan Subang, kina pahit, tetapi bicara angka dan puncaknya seperti dipandemi kina saat itu terasa manis,” katanya.
Namun, beberapa tahun ini industri kina kian menantang. Angka dalam 3 tahun terakhir menurun drastis. Pasalnya produsen dunia juga menghadapi tantangan yang sama. Kondisi bisnis kina pada tahun 2023 baik PT SIL maupun seluruh indusri kina dunia mengalami penurunan rata-rata sebesar 37,6% dibandingkan dengan kondisi 3 tahun terakhir.
Untuk memastikan kontinuitas dan keberlanjutan kina perlu dukungan dari banyak pihak. Terutama perihal pasokan bahan baku. Mengingat luas lahan makin berkurang, kebutuhan 97% impor.
Dharma menuturkan dalam menghadapi hal itu baru-baru ini PT SIL berinovasi memangkas proses produksi 4 tahapan menjadi 2 tahapan. Namun, tanpa mengurangi kualitas, malah menurunkan Harga Pokok Produksi (HPP) hingga 16%. Sehingga bisa bersaing dengan India.
“Inovasi dalam proses produksi sangat penting untuk memastikan harga bisa kompetitif,” katanya. Ia menambahkan bahwa PT SIL menyuplai untuk beberapa beverage pangsa pasar minuman di luar negeri. PT SIL juga mulai berinovasi membuat minuman tonik.
Tidak hanya itu, baru-baru ini PT SIL menandatangani nota kesepahaman untuk bekerjasama dengan PLN dan pihak lain untuk memasok energi ramah lingkungan atau green energy.
“Kebun kina perlu diintegrasikan dengan kebun PTPN seperti untuk industri pariwisata,” katanya. Bagi industri farmasi pun kebun kina masih sangat penting.
Direktur Utama PT SIL, Wisnu Sucahyo, menambahkan bahwa sebanyak 96% penjualan kina untuk pasar ekspor. “Kita terus melakukan diversifikasi produk kina,” katanya.
Pasar global mensyaratkan kadar kina yang tinggi. Kadar kina yang tinggi ditemukan pada tanaman ledgerian yakni menghasilkan 7,5% kandungan kina. Ia menambahkan bahwa pemasaran minuman berbahan kina di Eropa sangat tinggi. Ada pergeseran penggunaan kina dari farmasi ke beverages.
Adapun produk kina disebut garam kina karena melalui metode garamisasi. Pasar ekspor menginginkan warna garam kina putih bersih, sementara negara lain seperti India masih kekuningan. “Untuk teknologi masih kita yang pegang,” kata Wisnu.
Direktur PT SIL Yogi Subaktyana, menuturkan kapasitas produksi saat ini membutuhkan bahan baku 2.500—3.000 ton pertahun. Hanya dipenuhi 3% bahan baku dan 97% impor dari Kongo.
Hilirisasi produk perlu digemborkan agar menjadi produk yang dapat dinikmati juga dalam negeri. Langkah kedepannya harus berkolaborasi dengan berbagai stakeholder atau pemangku kebijakan.
“Kami berinovasi membuat tonik water dari kina. Selain itu juga memakai pemanis alami stevia,” kata Yogi. Inovasi baru PT SIL juga memangkas 4 tahap menjadi 2 tahap melalui proses simplifikasi.