Trubus.id— “Menerapkan sistem budidaya indeks pertanaman (IP) 400 atau menanam padi 4 kali setahun amat menguntungkan,” kata petani padi di Desa Tegalsari, Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Hartono
IP400 merupakan inisiatif Kementerian Pertanian untuk mendorong ketahanan pangan dengan cara 4 kali menanam dan 4 kali memanen per tahun di lahan yang sama. Menurut Hartono laba petani berlipat jika menerapkan sistem budidaya IP400. Hartono mengelola sawah 1 hektare (ha).
“Jika menanam hingga 4 kali setahun keuntungan jadi berlipat,” kata pria 52 tahun itu. Hartono menuturkan, biaya produksi padi mencapai Rp13,5 juta per ha per musim tanam. Itu sudah memperhatikan benih, tenaga kerja, pupuk, dan sewa alat untuk mengolah tanah.
Menurut ketua kelompok tani Krido Husodo itu panen rata-rata 9—10 ton gabah kering panen (GKP) per musim tanam. Ia beromzet Rp36 juta—Rp45 juta per musim. Hartono memperoleh laba bersih Rp22,5 juta—Rp31,5 juta per ha per musim.
Laba itu kian berlipat karena sejak 2021 ia menerapkan penanaman hingga 4 kali dalam setahun atau IP400.
Menurut penyuluh pertanian di Desa Tegalsari, Kecamatan, Weru, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Aji Catur Nugroho, syarat menerapkan IP400 ketersediaan air mesti sepanjang tahun.
Aji menuturkan, petani mesti disiplin mengatur pola tata tanam. Ada tenggat yang mesti dipenuhi petani jika ingin panen 4 kali dalam setahun. “Masa persiapan tanam (olah tanah—semai) yang semula 14 hari bisa dipersingkat menjadi 7—10 hari,” kata Catur.
Hal itu amat memungkinkan jika menggunakan alat mesin pertanian (alsintan) antara lain traktor, mesin penanam atau transplanter, hingga mesin pemanen.
Menurut Hartono budidaya intensif ala IP400 mesti diimbangi dengan pemupukan berimbang. Hal itu karena penanaman padi terus-menerus dalam setahun akan mengurangi kesuburan tanah.
Hartono menggunakan pupuk organik minimal 600 kg per musim tanam. “Lebih banyak tentu lebih baik,” katanya. Kelebihan mengoptimalkan pupuk organik bisa menghemat penggunaan pupuk kimia.
Lazimnya kebutuhan pupuk kimia (campuran Urea dan NPK) mencapai 200 kg per ha per musim. Namun, sejak menerapkan IP400 Hartono hanya memberikan 50 kg per musim.
Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Sukoharjo, Bagas Windaryatno, S.P., menerapkan IP400 agar konsisten perlu teknologi tepat dan kolaborasi berbagai pihak. Bagas mencontohkan, pemanfaatan benih.
“Setidaknya perlu menanam 2 kali varietas supergenjah masa budidaya ratarata 75 hari setelah tanam (hst) dan 2 kali varietas genjah (90 hst), jika tidak demikian pasti potensinya mundur, setahun 4 kali tidak akan terkejar.
Varietas supergenjah antara lain varietas cakrabuana dan padjadjaran, sementara varietas genjah salah satu contohnya inpari.