Friday, September 22, 2023

Kimeng Berjaya di Prambanan

Rekomendasi
- Advertisement -

“Tekstur akar dan batang sangat serasi. Keharmonisan unsur lainnya pun sempurna,” kata Edi, juri kelas utama. Tepat pukul 09.00 waktu di Candi Prambanan, bendera kemenangan pun tertancap di pot 35.

Hasil itu sesuai prediksi para penggemar bonsai.Kimeng kembali menyandang gelar best in size di kategori besar. Keharmonisan dan keserasian bonsai impor itu memang luar biasa. Percabangan sempurna, termasuk anak cabang hingga cicit cabang. Unsur pembentuknya pun tak kalah menarik. Wajar jika juri memberi nilai tertinggi pada perakaran, batang, cabang, ranting, daun, serta mahkota.

Perjalanan bonsai asal Taiwan menuju tangga juara penuh perjuangan. Saingan di kategori besar pun tak kalah bagus. Maklum, sebanyak 15 jawara nasional ikut bertarung seperti buxus, gulo kemantung, dan cemara duri. Bonsai buxus, jawara pameran nasional bonsai di Sumenep, Madura pada Desember 2003 hampir menjegal kimeng. “Nilai antara kimeng dan buxus berbeda tipis. Buxus tampil prima, tapi perakaran kurang bagus dan kecil,” kata Edi Supriyatmo, juri asal Solo. Nilai kimeng 337,4 sedangkan buxus 336,4. Di penilaian gerak dasar buxus meraih poin tertinggi. Sayang ia tak mampu mengalahkan ketangguhan kimeng di kematangan, keserasian, dan penjiwaan.

Predikat baik sekali memang selalu menjadi langganan kimeng pada setiap pameran nasional. Sebelumnya ia meraih best in show di pameran bonsai nasional di Bandung pada 2002. Ia memiliki perakaran yang kokoh, tekstur batang tua, kematangan dan keharmonisan yang bagus. Tujuh kali meraih predikat baik sekali membuat Ficus microcarpa itu pantas meraih Gold Award—kemenangan 6 kali berturut-turut dengan predikat baik sekali.

Adu kecil

Pertarungan di kelas madya tak kalah seru. Dengan peserta terbanyak—110 peserta—bonsai asal Jawa Timur , Jawa Tengah, Jakarta, dan Bandung berebut tempat terbaik. Pesona Ulmus selkova milik Freddy Susanto asal Jakarta menarik perhatian juri. Bonsai dengan nomor peserta 98 itu berhasil menyisihkan 39 pesaingnya. “Batang besar serasi dengan akar. Cabang dan ranting pun tumbuh sempurna,” kata Susanto, ayah 3 anak itu. Best in show di kelas madya dan best in size di kategori besar pun diraihnya dengan mudah.

Persaingan di kategori kecil (small) sangat ketat. Diikuti 30 peserta, bonsaibonsai kecil itu beradu molek. Gelar best in size diraih loa kebanggaan Rudi Setiawan asal Jakarta. “Loa sangat sempurna. Batang dan akar sangat serasi. Percabangannya pun sangat bagus,” kata Susanto, juri kelas madya asal Jakarta. Rivalnya, sancang tampil kurang prima. Menurut anggota PPBI Pusat itu, tekstur sancang belum menunjukkan kematangan.

Panacea 2

Pameran bonsai yang diadakan di Taman Wisata Candi Prambanan, Klaten, bertajuk Panacea Bonsai II 2004 berlangsung semarak. Selama seminggu, penggemar bonsai dapat menikmati keindahan liukan cabang bonsai nan anggun. “Semua bagus dan cantik. Juri harus jeli menilai keharmonisan dan keserasian bonsai,” kata Edi, ketua juri kelas madya.

Pameran bertaraf nasional itu merupakan pameran bonsai tingkat utama dan madya perdana yang diikuti oleh 154 peserta. Pada pameran ini, bonsai di kelas utama hanya memperebutkan best in size. Di kelas madya selain best in size, best in show, dan best in ten turut diperebutkan. “Ini terakhir kalinya best in show dan best in ten digelar. Pameran nasional berikutnya sudah dihilangkan,” kata T Soekimto, dewan juri. Selain pameran, pasar bonsai pun turut meramaikan perhelatan PPBI cabang Klaten itu. (Rahmansyah Dermawan)

 

- Advertisement -
- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Menteri Teten Dorong Hilirisasi Bawang Merah Brebes

Trubus.id— Pengembangan produk turunan bawang merah menjadi salah satu solusi mendorong kesejahteraan petani dan usaha kecil menengah (UKM) di...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img