Trubus.id—Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyiapkan langkah antisipatif terhadap dampak kasus antidumping udang beku Indonesia di pasar AS melalui diversifikasi pasar ke beberapa negara potensial.
“Kita perlu optimalkan pasar potensial dimana pangsa pasar udang Indonesia nya masih kecil,” jelas Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Budi Sulistiyo pada siaran pers.
Lebih lanjut ia menuturkan data ITC Export Potential mencatat, udang mentah beku Indonesia (HS 030617) masih memiliki peluang di pasar Tiongkok dan Jepang. Adapun udang matang beku (HS 160521) potensial untuk pasar Jepang, Australia, dan Korea Selatan.
Budi memaparkan potensi peluang pasar untuk keempat negara tersebut mencapai USD800 juta. Jumlah itu setara dengan volume 121 ribu ton udang beku. Ia menuturkan artinya ada peluang pasar alternatif, mengingat kualitas udang tak kalah dengan negara lain.
“Upaya diversifikasi pasar udang Indonesia tentunya perlu didukung peningkatan efisiensi usaha di budidaya, pengolahan dan logistik sehingga harga udang Indonesia lebih kompetitif,” tutur Budi.
Pada siaran pers ia menuturkan terkait pengenaan tarif antidumping dan countervailing duties (CVD) membuat udang beku Indonesia menjadi kurang kompetitif di pasar Amerika Serikat.
Budi memastikan KKP terus berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan, Kemenkomarves, dan para pelaku udang di hulu-hilir guna memastikan kelancaran ekspor ke Amerika Serikat (AS).
Selain itu, KKP telah mengirimkan surat kepada Kedutaan Besar (Kedubes) RI di Washington DC untuk mendapatkan dukungan komunikasi dengan otoritas AS. Menurut Budi hal itu diperlukan dalam proses hearing guna pembelaan terhadap hasil preliminary determintation margin dumping udang beku Indonesia.
“Kami terus bergerak melakukan langkah-langkah yang diperlukan guna menyikapi tuduhan otoritas AS terhadap udang dari Indonesia,” tegas Budi.
Direktur Pemasaran Ditjen PDSPKP, Erwin Dwiyana memaparkan udang Indonesia di pasar Tiongkok masih terbuka. Hal itu ditunjukkan dengan gap peluang ekspor sampai 2028 diperkirakan sebesar USD544 juta.
“Khusus pasar Tiongkok, harga udang kita masih dapat bersaing dengan Ekuador,” ujar Erwin.
Lebih lanjut ia menuturkan, adapun di pasar Jepang gap peluang ekspor udang hingga 2028 diperkirakan mencapai USD214 juta. Erwin menuturkan Jepang merupakan peluang pasar yang optimis bagi udang beku dan udang olahan Indonesia.
“Saat ini Indonesia menduduki peringkat ke-3 sebagai negara penyuplai udang terbesar ke pasar Jepang dengan pangsa pasar 16,5% bersaing dengan Vietnam dan Thailand,” jelas Erwin.
Ia menuturkan selanjutnya Korea Selatan juga merupakan pasar potensial dengan gap peluang ekspor diperkirakan sebesar USD26 juta hingga 2028.
Menurut Erwin kompetitor Indonesia di pasar Korea Selatan antara lain Vietnam dan Thailand. Sementara untuk pasar Australia yang juga merupakan pasar potensial udang memiliki perkiraan gap peluang ekspor sebesar USD30 juta.
“Kita baru berkontribusi 1,32% di pasar udang Australia,” ujar Erwin.