“Kondisi ikan sangat bagus. Tubuh dan fin sangat proporsional,” kata Han-Han. Tak pelak ikan berajah itu pun diganjar gelar grand champion pada Bandung Lou Han Competition 2004, Bandung.
Tak hanya juri yang sepakat menyematkan gelar terbaik bagi cinhua bersosok bongsor itu. Pengunjung yang memadati arena lomba pun setuju ikan berukuran sekitar 30 cm ke atas itu pantas menjadi jawara. “Nongnong jumbo sangat apik dengan head yang bagus. Warna merah tubuh ngeform. Secara keseluruhan ikan itu pantas juara,” ucap Rudy.
Kemenangan menuju tempat terhormat tak semudah membalikkan telapak tangan. Di kelas cinhua A, 16 ikan berukuran jumbo (23 cm ke atas) dari Jakarta, Solo, Garut, Makassar, Banjar, Bandung, dan kota-kota di Kalimantan tampil menawan. Semua menjadi pesaing berat cinhua milik Anton. Namun, berbekal mutiara dan marking yang bagus, ia terpilih sebagai pemenang di kelas itu.
Sukses menekuk pesaing di kelas cinhua A, andalan LCG itu bertarung dengan jawara cinhua B dan C, cencu modern A dan B, cinhua klasik, cencu klasik, golden base, dan kemalau untuk meraih gelar grand champion. Jawara freehead, bonsai, dan unik tidak diikutsertakan.
Dalam perebutan gelar grand champion, penghuni akuarium nomor 211 itu bersaing ketat dengan kampiun cencu modern A dan kemalau. “Cencu dan kemalau juga ngeform. Warna sisik dan mutiara juga bagus. Ukuran head dan face sangat kompak,” kata Rudy. Sayang, keduanya harus rela melepas gelar terbaik ke tangan cinhua karena ukuran tubuh kalah bongsor.
Kemalau ketat
Setiap kelas kontes yang diadakan di Kota Kembang itu menyuguhkan pertandingan ketat. Di kategori kemalau, lou han andalan Beni bersaing ketat dengan juara ke-2, ikan jagoan Seng Tie, sebelum meraih jawara. Perolehan nilai antara keduanya sangat tipis masingmasing 240,5 dan 239,5. “Keduanya tampil dalam kondisi terbaik. Mulai dari kepala hingga ekor hampir sempurna,” kata Rudy, juri asal Salatiga.
Kisah sukses sang pemenang pertama bak jalan panjang penuh rintangan. Sebelum masuk nominasi 10 besar, penghuni akuarium nomor 147 itu harus mengalahkan 19 pesaing. Beradu molek dengan kemalau dari Cianjur, Sukabumi, Yogyakarta, dan Solo, ia tetap memukau para juri. “Nongnong besar dengan sosok tubuh simetris. Mental dan kesehatan pun bagus,” kata Fenddy, juri asal Garut. Rival terberatnya, juara 2 andalan PLC, tak kalah anggun. Sayang, kecantikan mutiara, ekor, dan siripnya belum mampu mengalahkan face dan head milik sang jawara.
Kontes bertajuk Bandung Lou Han Competition 2004 itu berlangsung meriah. Diikuti 224 peserta, panitia harus menyediakan sekitar 250 akuarium. Hobiis dari Kalimantan dan Makassar pun turut meramaikan kontes yang dilaksanakan pada 29 Agustus 2004. Adu kecantikan lou han yang diadakan di Wisma Pusdiklat Teknologi Mineral dan Batubara, Bandung itu memperlombakan 13 kategori. Peserta terbanyak turun di kategori non dan freemarking sebanyak 27 peserta. Sedangkan cinhua B dan cencu B masingmasing diikuti 26 dan 22 peserta.
Kontes cupang
Berbarengan dengan perhelatan itu, diadakan pula kontes cupang. Sebanyak 73 cupang hias beradu cantik di 14 kategori yang dilombakan. Mereka memperebutkan gelar grand champion di kelas senior, junior, dan plakat.
Di kelas senior diperlombakan 3 kategori (dasar senior, maskot senior, dan kombinasi senior). Jawara dasar senior andalan Irwan Sugandi, Jakarta berhasil menekuk jawara kombinasi senior dan maskot senior dalam perebutan gelar grand champion. Saat sekat putih antarkuarium diangkat, serit langsung mengembang sempurna. Sirip atas dan bawah tampak menegang pertanda ketangguhan mental bertanding. “Warna merahnya sangat bagus. Serit rapi dan utuh,” ucap Hariadi, juri asal Yogyakarta.
Menurut Hari—demikian ia disapa–jawara kombinasi dan maskot senior pun tak kalah cantik. Mengandalkan tubuh proporsional dan sirip yang bagus, kedua serit jagoan Irwan Sugandi itu sebenarnya mampu merebut posisi terbaik. Sayang, performa kedua penghuni akuarium nomor 01 itu kurang prima.
Di kategori junior, 19 cupang beradu molek di 3 kategori—maskot junior, kombinasi junior, dan dasar junior. “Semua ikan tampil bagus. Mulai warna hingga mental tanding dalam kondisi prima,” ucap Hari. Menurut kelahiran Yogyakarta 25 tahun silam itu, perolehan nilai di kategori dasar junior sangat ketat dan berbeda tipis.
Setelah menekuk 6 cupang di kategori dasar junior, jawara andalan Ferdinandes, Jakarta, melenggang menuju perebutan gelar young champion. Bertarung dengan jawara maskot dan kombinasi junior, ia tetap tampil garang. Bukaan serit rapi tanpa cacat berpadu indah dengan sisik merah ngejreng.
“Cupang itu memang luar biasa. Spasi antarserit bagus. Bukaan ekor juga sempurna,” tutur Hari. Wajar bila gelar young champion disematkan pada penghuni akuarium nomor 07 itu. Saingannya, jawara kombinasi junior andalan Team SS, harus menyerah karena memiliki cacat pada fin bawah.
Di kelas plakat, persaingan menuju tangga juara pun berlangsung seru. Jawara plakat dasar hitam akhirnya mengukuhkan diri sebagai plakat terbaik.
Kontes cupang yang diselenggarakan oleh Betta Fans Club Bandung itu terbilang sukses. Para peserta yang mayoritas berasal dari Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta antusias mengikuti jalannya kontes hingga akhir. Adu ngedok cupang di Kota Priangan itu mengukuhkan Team SS sebagai juara umum. (Rahmansyah Dermawan)