Catwalk berkarpet hijau itu memanas. Riuh rendah tepuk tangan penonton mengiringi perebutan gelar best in show. Sesaat setelah Intan Pulomas, serama jantan terbaik dan Ken Dedes betina terbaik, menampilkan aksi panggung yang menghipnotis, tim juri menggelar rapat tertutup. Tak lama berselang, pembawa acara mengumumkan penerima piala paling bergengsi di kontes itu adalah Intan Pulomas.
Keanggunan Intan Pulomas memang memikat. Serama kesayangan Intan Serama Farm itu tampil maksimal. Ia berhasil menyingkirkan dua rival terberat di kelas jantan best of the best. “Ketika pemilihan best in show ia lebih banyak bergaya dan tampil maksimal,” ujar Hengky Tanjung, ketua tim juri. Kerja kerasnya membuahkan hasil manis, mahkota best in show disandang setelah mengempaskan Ken Dedes.
Ken Dedes bukanlah lawan enteng. Bermodal sosok fi sik dan aksi panggung memukau, serama milik Faradina Farm itu menjadi rival berat. Terbukti ia menaklukkan lima saingan di kelasnya. Kemenangan mutlak ia rengkuh setelah mengantongi angka tertinggi 62,33. Sayangnya di panggung best in show, keprimaan menurun sehingga aksinya berkurang. Dada busung yang membuat ia tampil seksi rupanya belum cukup mengalahkan Intan Pulomas.
Kesuksesan Intan Pulomas diawali dengan mendepak Jet-Z, jawara dewasa jantan A dan Kencana, juara di kelas muda. Sebelumnya serama unggulan Intan Serama Farm itu bersaing ketat di kelas dewasa jantan B. Nama-nama beken seperti Lauser, koleksi Daman, Joss Terkini kepunyaan Super Joss Farm, dilibasnya. “Intan Pulomas memang tak terkalahkan dalam bergaya,” lanjut Hengky Tanjung.
Gaya tentara
Kontes serama yang diselenggarakan di Gedung Hero, Kopo Plaza, Bandung, itu mempertandingkan 6 kelas, dewasa jantan A, dewasa jantan B, betina, muda, remaja, dan anak. Tiga kelas yang paling banyak menyedot perhatian penonton: dewasa jantan A, dewasa jantan B, dan muda. Kelaskelas itu memang diikuti serama-serama berkualitas dari berbagai penjuru tanahair, seperti Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, dan Bandung.
Di kelas jantan dewasa A, Jet-Z serama kaya gelar asal Yogyakarta, koleksi WS Farm, juga turun dan menjadi yang terbaik. Sayang saat perebutan gelar best in show aksi panggungnya kurang maksimal. Di kelas muda, Kencana kesayangan Sofyan dari Bintara Farm meraih jawara. Ia mendapatkan angka 66,33 sekaligus mengenyahkan langkah Black Gold unggulan Intan Serama Farm yang terus menguntitnya. Kemenangan itu membuka kesempatan baginya untuk mengadu kesempurnaan fi sik dengan Intan Pulomas.
Kategori anak kebanjiran peserta. Sepuluh kontestan berambisi meraih takhta tertinggi di kelasnya. Namun akhirnya Pasteur, serama kebanggaan Pohin, menyabet jawara kelas anakan setelah mengempaskan Sultan, koleksi Toni Sutrisno. Ukuran mini dan inisiatif tinggi dalam bergaya menjadikan Pasteur istimewa. “Ia terbaik di antara anakan berkualitas lainnya yang berpotensi menduduki takhta jawara,” ungkap Sayong, tim juri. Tak heran bila tawaran senilai Rp20-juta dilayangkan pada ayam berbulu dominan putih itu. Brownies kesayangan Asri Farm hanya berada posisi ketiga. Brownies tampil prima berkat rawatan tekun Dadang di Jakarta.
Kontes perdana
“Itu merupakan kontes ekshibisi—permulaan,” ujar Jerry Hermawan Lo, ketua umum P2ASI (Persatuan Pemerhati Ayam Serama Indonesia) pusat. Meski untuk kali pertama, kontes yang diramaikan sesi lelang serama koleksi Super Joss Farm, Yogyakarta, itu menarik perhatian penonton.
Buktinya para pengunjung yang semula datang untuk menyaksikan Kontes Lou Han dan Cupang Alfamart 2005, di tempat yang sama, menyempatkan melihat aksi serama yang lucu. “Saya belum pernah melihat serama. Ternyata lucu dan unik,” ujar Heidi, perempuan berkulit putih asal Bandung.
Menurut tim juri, kontes serama yang diselenggarakan akhir Mei 2005 itu belum melahirkan jawara yang tampil optimal. “Kami mencari serama yang berjalan seperti tentara,” ujar Hengky Tanjung. Gaya tentara ketika maju ke medan laga menjadi penilaian utama. Tim juri berharap di kontes mendatang kualitas serama kian meningkat sehingga menjadi tontonan yang mengasyikkan.
Kontes perdana itu juga menjadi simbol dikukuhkannya Persatuan Pelestari Ayam Serama Indonesia (P2ASI) cabang Bandung yang menobatkan J.Robert D.Lesmana—hobiis serama asal Bandung—sebagai pemegang mandat untuk membentuk P2ASI di kota Bandung. Bagi Robert—sapaan akrabnya—terselenggaranya kontes itu menjadi titik awal makin dikenalnya serama di kota Bandung. Rona bangga menyelimuti pria kelahiran 1943 itu, “Saya senang Bandung dipercaya sebagai tuan rumah,” ujarnya. (Hanni Sofi a/Peliput: Nyuwan S.B.)