Itulah modal Golden Beryl, serama andalan Abdul Rahman Tjung untuk menghempaskan saingan terdekatnya, Cat Eye, pada kontes Serama Indonesia Satu di Pasar Seni, Taman Impian Jaya Ancol, Maret 2005.
Walaupun asor, Cat Eye diakui sebagai ayam jantan berkualitas. “Kedua ayam bagus. Sulit menentukan kualitasnya,” ujar Hengky Tanjung. Sukses Golden Beryl layak diacungi jempol karena persaingan di kelas dewasa jantan A dan betina sangat berat. “Di kelas itu serama sudah pandai bergaya. Jadi, enak dilihat,” ujar salah satu p enonton. Lima belas peserta bertarung dengan sengit di kelas dewasa jantan A; 14 peserta beradu centil di kelas betina. Pemenang di kelas itu inominasikan dalam pemilihan the best inshow.
Di kelas yang penuh saingan itulah Cat Eye bertarung. Memang ia gagal menjadi yang terbaik. Toh, di kelas dewasa jantan A Cat Eye berhasil keluar sebagai kampiun. Juara kedua ialah Rock Crystal dari Intan Serama Farm.
Cakra, jagoan Nuryasin mesti puas di posisi ketiga. Meski tampil gaya, serama itu dinilai juri kurang prima dan hanya mengantongi angka 74,667, terpaut tipis dengan Rock Crystal. Andalan lain, Golden Star membayangi langkah Cakra. Sayang Golden Star harus mengaku kalah atas kesayangan Nuryasin itu dengan poin 74,00.
Semarak
Lomba bagus-bagusan yang diikuti oleh lebih dari 60 peserta dari berbagai kota itu, seolah milik Intan Serama Farm. Betapa tidak, dari 6 piala, 5 di antaranya disabet farm di Pulomas itu, yakni juara anak jantan, juara muda jantan, juara dewasa jantan A, juara dewasa jantan B, dan juara betina. Mega Bird Farm (MBF) menempatkan jagoan di posisi juara remaja jantan.
Pada kontes itu kualitas peserta yang datang dari Jakarta, Bogor, Cirebon, Yogyakarta, dan Surabaya makin meningkat menyaingi serama introduksi Malaysia. “Dengan begitu serama kian mendapat tempat di hati masyarakat kita,” tutur Rudiasfi e Sjofi nal Sekretaris Jenderal P2ASI (Persatuan Pelestari Ayam Serama Indonesia).
Animo penonton bagus. Meski kontes diwarnai hujan gerimis, mereka rela berdesak-desakkan di luar arena. Di sela-sela kontes, digelar acara lelang ayam serama. Gunawan Atmadja, hobiis asal Pondokindah, Jakarta Selatan, memenangkan lelang anakan serama sebesar cangkir. (Hanni Sofi a/Peliput: Oki Sakti P.)
Idola Indonesia 2005
“Lucu,” ujar Delon sambil membelai sosok serama jagoan di pergelangan tangannya. Runner-up kontes menyanyi Indonesian Idol itu menghadiri kontes Serama Idol yang diselenggarakan Persatuan Pelestari Ayam Serama Indonesia (P2ASI) di Pantai Indah Kapuk Garden Cafe akhir Februari 2005. Tak hanya Delon, Irwan Buce Li—pemeran utama sinetron Buce Li—pun turut meramaikan jalannya acara. Sebelum naik panggung unjuk kebolehan bermain double stick, ia menyempatkan mengelus beberapa calon serama idol.
Sebanyak 20 peserta datang dari berbagai daerah. Empat belas peserta kelas jantan dan 6 peserta kelas betina. Masing-masing kontestan bergaya di atas catwalk selama 1 menit. Penonton memilih serama favoritnya untuk menentukan serama idol.
Saat jam menunjukkan pukul 20.00 dinobatkan idola baru serama. Si Piko dari Faradina Serama Farm menyisihkan 14 pesaingnya di kelas jantan dewasa dengan pemilih berjumlah 5. Sementara idola betina dewasa jatuh pada Golden Beryl dari Intan Serama Farm dengan jumlah pemilih 11. Tubuh mungil menjadi modalnya dalam beratraksi. Ditambah gaya membusungkan dada yang unik membuat Golden Beryl banyak dipilih.
Beberapa penonton rela berdesakan, ingin melihat lebih dekat serama idola itu. Maskot 2005 versi P2ASI itu memang memikat. Buktinya banyak penonton berkomentar: “Kereeen abis.” (Hanni Sofi a)