Trubus.id—Siapa sangka di kawasan pegunungan Raung Gumitir, Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur, tersimpan kopi robusta nikmat nan istimewa. Kopi-kopi itu bercitarasa caramelly, cereally, spicy, clove, pepper, dan brown sugar.
“Saya Bersama pekebun kopi lainnya yang tergabung dalam Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) mendaftarkan kopi khas itu untuk mendapatkan sertifikat IG,” kata pekebun kopi di Desa Pace, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember, H. Hasan Putra.
Hasan dan kelompok mendaftarkan kopi mereka dengan merek Kopi Robusta Java Raung Gumitir Jember. Cita rasa unggul itu tak lepas dari karakter tanah wilayah itu yang cocok untuk kopi robusta.
Para petani hanya memetik dan memilih secara selektif buah kopi yang merah sehingga buah merah minimal 95%. “Kami uji laboratorium di Puslitkoka dan nilai SCAA kopi itu lebih dari 80,” kata Hasan yang berkebun kopi sejak 1998.
Menurut peneliti di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka), Djoko Soemarno, S.P., M.P., kopi yang tersertifikasi IG tergolong bermutu tinggi.
“Kalau dari segi mutu fisik, kopi IG masuk kualitas 1 dan 2 yang nilainya sudah bagus. Kalau 3—4 kategori sedang dan 5—6 kategori tidak bagus. Jika lebih dari 6 masuk kategori kopi asalan. Dan di Indonesia masih banyak kopi asalan,” tutur Djoko.
Kategorisasi itu berdasarkan kualitas fisik biji kopi yang dihasilkan seperti kebersihan, kekeringan, ukuran, penampakan, dan aroma. Kopi IG juga unggul dari segi penilaian mutu rasa karena memiliki skor lebih dari 80%.
“Ada standar SCAA dan kopi yang memiliki nilai lebih dari 80% termasuk kategori kopi specialty untuk arabika. Kalau robusta namanya fine robusta,” tutur Djoko.
Hingga hari ini ada 48 wilayah yang kopinya tersertifikasi IG. Misal Gayo di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Toraja (Provinsi Sulawesi Selatan), dan Toba (Provinsi Sumatra Utara). Yang kali pertama tersertifikasi IG yakni kopi asal Kintamani, Provinsi Bali, pada 2008.
Menurut Djoko salah satu tujuan sertifikasi IG untuk mengenalkan kopi lokal khas Indonesia di dalam dan luar negeri. Kopi Indonesia memang masih kalah dari Brazil dan Vietnam dari segi produktivitas.
“Namun dari segi variasi, kopi kita lebih variatif. Itu tak lepas dari banyaknya gunung berapi di Indonesia,” kata Djoko.